Sukses

Virgin Orbit Milik Miliarder Richard Branson Ajukan Kebangkrutan di AS

Virgin Orbit Milik Miliarder Richard Branson yang berbasis di California itu mengajukan perlindungan kebangkrutan ke Pengadilan Kebangkrutan AS di Distrik Delaware dan dikabarkan akan menjual asetnya.

Liputan6.com, Jakarta Perusahaan peluncuran satelit milik miliarder Richard Branson, Virgin Orbit mengajukan perlindungan kebangkrutan Chapter 11 di Amerika Serikat setelah gagal mengamankan jalur pendanaan.

Melansir CNBC International, Selasa (4/4/2023) perusahaan yang berbasis di California itu mengajukan perlindungan kebangkrutan ke Pengadilan Kebangkrutan AS di Distrik Delaware dan dikabarkan akan menjual asetnya.

Kabar mengenai pengajuan perlindungan itu datang setelah bocornya sebuah audio dari CEO Virgin Orbit, Dan Hart yang memberi tahu karyawan selama rapat umum pekan lalu bahwa perusahaan menghentikan operasi "untuk masa mendatang".

Selain itu, Virgin Orbit juga mengatakan akan memberhentikan hampir semua tenaga kerjanya.

“Sementara kami telah melakukan upaya besar untuk mengatasi posisi keuangan kami dan mendapatkan pembiayaan tambahan, pada akhirnya kami harus melakukan yang terbaik untuk bisnis ini," ungkap Hart dalam sebuah pernyataan.

“Kami percaya bahwa teknologi peluncuran mutakhir yang diciptakan oleh tim ini akan memiliki daya tarik yang luas bagi pembeli karena kami melanjutkan proses untuk menjual Perusahaan. Pada tahap ini, kami percaya bahwa proses Chapter 11 merupakan jalan terbaik ke depan untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan penjualan yang efisien dan memaksimalkan nilai,” tambahnya.

Perusahaan itu juga menyebut akan berfokus pada proses penjualannya untuk memberikan kejelasan tentang masa depan perusahaan.Virgin Orbit mengatakan komitmen dari Virgin Investments telah memungkinkan perusahaan untuk mendapatkan dana senilai USD 31,6 juta melalui pembiayaan "debitur yang dimiliki".

Proses ini, dikenal sebagai pembiayaan DIP, merujuk pada pendanaan untuk bisnis yang telah mengajukan perlindungan kebangkrutan Chapter 11 agar mereka dapat tetap beroperasi.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kembangkan Roket

Sebagai informasi, Virgin Orbit mengembangkan sistem yang menggunakan jet 747 yang dimodifikasi untuk mengirim satelit ke luar angkasa dengan menjatuhkan roket dari bawah sayap pesawat di tengah penerbangan.

Misi terakhir perusahaan itu mengalami kegagalan penerbangan, dengan masalah selama peluncuran yang mencegah roket mencapai orbit.

Virgin Orbit adalah salah satu dari sedikit perusahaan roket di AS yang berhasil mencapai orbit dengan kendaraan peluncuran yang dikembangkan secara pribadi. Roket miliknya telah meluncurkan enam misi sejak 2020, menghitung empat keberhasilan dan dua kegagalan.

Miliarder Richard Branson mendirikan perusahaan tersebut pada tahun 2017 dan memiliki 75 persen saham.

Perusahaan memulai layanan komersial pada tahun 2021 dan mulai berdagang secara publik di bursa saham Nasdaq setelah apa yang disebut merger SPAC.

Kesepakatan itu melihat nilai perusahaan hampir USD 4 miliar pada saat itu.

Ini adalah gambaran yang sangat berbeda saat ini. Virgin Orbit kini hanta memiliki nilai pasar sekitar USD 65 juta.

"Hari ini pikiran dan perhatian saya tertuju pada banyak rekan tim dan teman berbakat yang sekarang menemukan jalan ke depan yang telah berkomitmen pada misi dan janji dari semua yang diwakili Virgin Orbit,” kata CEO Dan Hart.

“Saya yakin dengan apa yang telah kami bangun dan berharap dapat mencapai transaksi yang memposisikan Perusahaan dan teknologi kami untuk peluang dan misi masa depan," tambahnya.

3 dari 3 halaman

Virgin Orbit Milik Miliarder Richard Branson PHK 675 Karyawan

Perusahaan roket milik miliarder asal Inggris, Richard Branson yaitu Virgin Orbit melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK ) terhadap sebagian besar pekerjanya karena kepemimpinan perusahaan berjuang untuk mendapatkan dana tambahan.

Mengutip CNN Business, Jumat (31/3/2023) sekitar 675 karyawan akan diberhentikan pada 3 April, menurut sebuah dokumen publik yang diajukan pada Kamis (30/3) atau sekitar 85 persen dari tenaga kerja Virgin Orbit

Namun, juru bicara Virgin Orbit enggan memberikan komentar menyusul beredarkan dokumen pengajuan.
 
Sebelumnya, pada 15 Maret 2023, CEO Virgin Orbit Dan Hart telah memberi tahu hampir semua staf perusahaan untuk menghentikan operasi, menempatkan mereka pada cuti selama seminggu karena perusahaan roket itu bekerja untuk mendapatkan dana tambahan.
 
Dokumen publik tersebut menyatakan bahwa perusahaan akan mengeluarkan biaya sekitar USD 15 juta terkait dengan keputusan untuk menghentikan operasi, termasuk USD 8,8 juta untuk pembayaran pesangon dan biaya tunjangan karyawan, serta USD 6,5 juta untuk biaya lain yang terkait dengan layanan outplacement dan WARN.
 
Sebagai informasi, WARN Act merupakan undang-undang di Amerika Serikat yang mewajibkan perusahaan untuk memberikan pemberitahuan sebelumnya kepada karyawan 60 hari sebelum di PHK.
 
Virgin Orbit juga menjual uang kertas konvertibel senilai USD 10,9 juta — sejenis utang jangka pendek — kepada Virgin Orbit Holdings, Inc., yang sepenuhnya dimiliki oleh The Virgin Group milik Branson.
 
Perusahaan roket itu didirikan pada tahun 2017 setelah memisahkan diri dari perusahaan saudaranya, Virgin Galactic, yang berfokus pada penggunaan pesawat supersonik.
 
Virgin Orbit, di sisi lain, telah mengembangkan roket yang diluncurkan dari udara, dijuluki LauncherOne, untuk mengangkut satelit kecil ke orbit.
 
Roket LauncherOne milik Virgin Orbit mencapai orbit untuk pertama kalinya pada Januari 2021, lebih awal dari sebagian besar pesaingnya dan hanya setelah satu upaya yang gagal. Roket itu kemudian menyelesaikan tiga misi yang sukses dari California.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.