Sukses

Peringkat Miliarder Gautama Adani Anjlok Parah, dari Orang Terkaya ke-5 Jadi 20

Sudah hampir sebulan sejak tuduhan short-seller dari Hidenburg Research terhadap perusahaan yang dimiliki miliarder india Gautama Adani menggemparkan dunia bisnis investasi.

Liputan6.com, Jakarta - Sudah hampir sebulan sejak tuduhan short-seller dari Hidenburg Research terhadap perusahaan yang dimiliki miliarder india Gautama Adani menggemparkan dunia bisnis investasi.

Meski sudah menampik tuduhan tersebut, Grup Adani masih belum mampu menghapus keraguan dan pertanyaan dari perusahaan investasi yang berasal dari New York itu. Pasalnya, Hidenburg melontarkan tuduhan praktik manipulasi harga, saham, dan pencucian uang yang dilakukan oleh Grup Adani.

Kerajaan milik miliarder Adani sendiri berfokus pada bisnis pelabuhan, pusat data, energi, bandara, dan masih banyak lagi. Seiring dengan ambisi pembangunan Perdana Menteri India Narendra Modi, perusahaan ini berkembang pesat. Diketahui, Adani dan Modi memiliki hubungan dekat menurut media lokal.

Penurunan Saham Grup Adani Masih Berlanjut

Penurunan pasar saham ini bermula akibat publikasi laporan Hidenburg pada 24 Januari lalu dan terus berlanjut. Grup Adani kehilangan nilai pasar lebih dari USD 132 miliar pada 20 Februari yang disebabkan penurunan tajam  saham mereka, seperti dilaporkan pada Bloomberg News. Angka ini mencapai lebih dari setengah nilai pasarnya.

Selama aktivitas perdagangan pada 21 Februari di Bursa Efek Mumbai, sebagian besar entitas yang sudah membentuk konglomerat Adani pun berakhir di zona merah.

Adani Enterprises, umumnya sebagai unggulan, berakhir dengan turun 3,16 persen, Adani Green Energy turun 5 persen, Adani Total Gas turun 5 persen, dan Adani Transmission turun 4,99 persen.

Keadaan tersebut telah memotong kekayaan bersih milik Crazy Rich India ini. Melansir Bloomberg, kekayaan bersihnya menyusut menjadi USD 49,1 miliar artinya penyusutan terjadi sebesar hampir USD 72 miliar. Miliarder yang memulai tahun ini sebagai salah satu dari lima orang terkaya dunia, kini berada di luar daftar 20 besar.

Investor legendaris George Soros baru-baru ini menegaskan bahwa peristiwa ini melemahkan Modi yang harus bertanggung jawab atas hal yang telah terjadi.

“Modi dan perusahaan bisnis Adani adalah sekutu dekat, nasib mereka saling terkait,” kata Soros saat pidatonya di Munich Security Conference 2023 melansir The Street.

Soros melanjutkan, “Adani Enterprises mencoba mengumpulkan dana di pasar saham, tetapi dia gagal. Adani dituduh melakukan manipulasi saham lalu sahamnya runtuh seperti rumah kartu.”

Menurut Soros, Modi memang tidak berkomentar terhadap masalah ini, tetapi sebenarnya Ia harus menjawab pertanyaan dari investor asing dan dari parlemen.

“Saya mungkin naif, tetapi saya mengharapkan kebangkitan demokrasi di India” jelas Soros mengakhiri kritik pedasnya.

Soros mengklaim bahwa India adalah negara demokrasi yang pemimpinnya, Narendra Modi, bukanlah seorang demokrat.

Konglomerat Adani baru-baru ini mendapatkan layanan dari firma hubungan masyarakat Kekst CNC yang berfokus dalam komunikasi kritis.

Kekst yang kantornya sudah tersebar di seluruh dunia dikenal menangani komunikasi seputar ledakan penilaian pada WeWork, empat tahun lalu.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Menyewa Firma Hukum yang Kuat

Grup Adani mempertahankan layanan dari firma hukum New York yang dikenal kuat dan mahal, yaitu Wachtell, Lipton, Rosen, dan Katz demi menanggapi tuduhan dari Hindenburg Research, menurut Financial Times.

Sering dikenal membela perusahaan yang diserang oleh investor aktivis, firma hukum ini bahkan menulis pedoman tentang masalah tersebut. Laporannya berjudul “Dealing with activist hedge funds (and other activist investors)” pada 2020.  Di dalamnya terdapat daftar berbagai kasus serangan investor aktivis dan memberi panduan cara menanggapinya.

“Ketika manajemen dan direktur perusahaan bekerja sama mempersembahkan strategi jangka panjang yang menarik untuk untuk menciptakan nilai, investor akan mendengarkan,” jelas firma hukum tersebut menyimpulkan.

Selaras dengan kasus Grup Adani yang berusaha meyakinkan investor tentang kemampuannya untuk membayar utang. Investor mengamati rasio leverage dan kemampuannya untuk menghasilkan arus kas setelah pembatalan penjualan saham senilai USD 2,5 miliar.

Beberapa waktu lalu, para eksekutif mengatakan kepada pemegang obligasi bahwa tujuannya adalah untuk memangkas rasio hutang bersih grup terhadap Ebitda agar menjadi di bawah tiga kali lipat di tahun berikutnya, dari 3,2 kali saat ini, mengutip Bloomberg News.

Adani Power telah membatalkan rencana untuk memasukkan pabrik batu bara di India Tengah sebagai bagian dari keseluruhan upaya grup untuk membatasi belanja modal dan menghemat kas. Tentu saja, konglomerat juga bisa menjual aset mereka.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.