Sukses

Meski Ekonomi Pulih, Indonesia Wajib Waspadai Resesi 2023

Ekonomi Indonesia saat ini dalam kondisi baik, namun tetap harus bersiap karena dunia sedang menghadapi resesi.

Liputan6.com, Jakarta Kementerian BUMN bersama BUMN menyelenggarakan Natal Bersama 2022 bertajuk Pulanglah mereka ke Negerinya Melalui Jalan Lain di ICE BSD, Tangerang Selatan pada Sabtu (14/1/2023). Acara ini diharapkan bisa meningkatkan soliditas dalam menghadapi tantangan di tahun 2023.

Menteri BUMN Erick Thohir mengingatkan adanya permasalahan ekonomi yang harus dihadapi Indonesia pada tahun ini. Setelah berhasil menunjukkan peran dalam penanganan Covid-19, dia menegaskan, kini BUMN harus bersiap menghadapi resesi ekonomi.

"Saya berharap tentu dengan perayaan Natal dan Tahun Baru ini adalah kekuatan kita untuk bersatu menghadapi tantangan 2023. Ayo kita solid ayo kita bersatu untuk Indonesia yang kita cintai," katanya dalam keterangan tertulis, Minggu (15/1/2023).

Sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), dia mengungkapkan, BUMN telah banyak berkontribusi dalam penanganan Covid-19 di Indonesia. Mulai dari membukan rumah sakit darurat Covid-19 di Kemayoran hingga penyediaan vaksin di awal pandemi.

"Untuk itu kita lihat dalam penanganan covid, alhamdulillah kita menjadi salah satu negara yang terbaik dalam penangan covid. Tepuk tangan untuk kita semua. Tepuk tangan untuk pimpinan negara kita Bapak Jokowi," ungkapnya.

Erick menjelaskan, ekonomi Indonesia saat ini dalam kondisi baik, namun tetap harus bersiap karena dunia sedang menghadapi resesi. Mulai dari isu lapangan pekerjaan, energi dan kebutuhan pokok harus menjadi perhatian.

"Di sinilah saya berharap BUMN dan para keluarga BUMN yang ada di sini kembali dengan segala kerendahan hati kita harus bersatu lagi. Bersatu dalam apa? Penanganan ekonomi. Karena itu, isu pangan, isu energi, isu lapangan pekerjaan, BUMN harus kembali bekerja keras membuktikan kita hadir," tegasnya.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Perayaan Natal

Staf Menteri BUMN Arya Sinulingga menambahkan, dirinya bersyukur karena perayaan Natal di Kementerian BUMN akhirnya bisa kembali diselenggarakan. Alasannya, karena sudah belasan tahun perayaan Natal di BUMN tidak diselenggarakan.

"Terus terang, kami BUMN gugup dan deg-degan karena ini acara Natal yang sudah belasan tahun tidak pernah dilaksanakan," bebernya.

Pada 2019, dia menceritakan, Menteri BUMN Erick Thohir menyambut baik saat dirinya mengusulkan penyelenggaraan kebaktian dan Natal. Akhirnya, Natal diselenggarakan kembali di Kementerian BUMN dan dihadiri para direksi.

Sayangnya, acara Natal tidak bisa diselenggarakan di 2020 karena pandemi Covid-19. Dan pada 2021, perayaan Natal diselenggarakan hanya di Kementerian BUMN.

"Beliau (Erick Thohir) sampaikan ke saya, kalau bisa kita tahun depan (2022) pandemi sudah berlalu, ayo kita rayakan Natal bersama karyawan BUMN," kata Arya.

Akhirnya pada 2022, Kementerian BUMN dan BUMN menyelenggaraan Natal Bersama. Tidak hanya untuk karyawan yang berada di Jabodetabek, tetapi juga di delapan kota lainnya. Mulai dari Medan, Pekanbaru, Surabaya, Labuanbajo, Balikpapan, Timika, Manado dan Ambon.

"Semoga ini bukan yang pertama dan terakhir. Tahun depan kita buat lebih baik lagi," tandas Arya.

3 dari 4 halaman

Ekonomi Dunia Masih Suram, Tapi Indonesia Mampu Bertahan

Banyak lembaga penelitian dan keuangan baik nasional maupun internasional memprediksikan ekonomi dunia bakal tertekan di 2023. Hal yang sama juga diungkapkan oleh  Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.

Namun Menko Airlangga yakin beberapa negara akan mengalami perbaikan ekonomi, terutama China dan Indonesia juga masih diproyeksikan bakal positif di tahun ini.

"Kalau dilihat dari beberapa negara yang memiliki ketahanan tinggi yaitu negara yang ketergantungan dengan ekspornya relatif rendah atau kontribusi eskpornya kurang dari 50 persen, itu antara lain, Jepang 47 persen, Indonesia 45 persen, Brazil 40 persen China 39 persen dan Amerika Serikat 28 persen," ujar Airlangga Hartarto, dalam acara konferensi pers, di Youtube Sekretariat Presiden, Rabu (11/1/2023).

Sejumlah negara ini memiliki pasar domestik yang sangat kuat dan di samping itu juga beberapa dengan potensi 50 hingga 75 persen seperti Afrika Selatan, Inggris dan India.

"Oleh karena itu kita juga melihat potensi ke depan, nilai-nilai komoditas ke depan relatif pada tren menurun, di mana gas alam, prospek tahun 2023 adalah USD 4 per mmbtu, minyak brent sekitar USD 80,44 mmbtu, batubara USD 305,15, nikel USD 31.431, CPO 4.135 Malaysia ringgit per ton, dan gandum USD 791 per dusel," terang dia.

Di sisi lain, beberapa negara yang manufakturnya ekspansif yaitu Jepang, Prancis, Meksiko, Indonesia, Brazil, India dan Arab Saudi. Tetapi hampir beberapa negara besar seperti Italia, Jerman, Korea semuanya memiliki PMI di bawah 50 persen.

"Sehingga ini menunjukkan bahwa dunia masih ketidakpastian, dan kita juga melihat bahwa pertumbuhan ekonomi , pertumbuhan perdagangan yang tahun ini ekspansinya 3,5 persen tahun depan diperkirakan hanya satu persen," kata dia.

4 dari 4 halaman

Alasan Bank Dunia Pangkas Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Global 2023 Jadi 1,7 Persen

Bank Dunia melaporkan pertumbuhan ekonomi global akan melambat tajam menjadi 1,7 persen pada 2023. Ini akan menjadi laju ekspansi terlemah ketiga dalam hampir tiga dekade dan 1,3 poin persentase lebih rendah dari perkiraan sebelumnya.

Pelemahan ini terjadi karena pengetatan kebijakan moneter untuk mengatasi inflasi dan perang Rusia di Ukraina meredam prospek.

Dengan Amerika Serikat, kawasan Euro, dan China semuanya mengalami pelemahan, lembaga yang berbasis di Washington itu juga mengatakan guncangan negatif lebih lanjut, termasuk inflasi yang lebih tinggi, kenaikan suku bunga yang tiba-tiba untuk menahannya, dan kebangkitan kembali pandemi COVID-19, bisa mendorong ekonomi global ke dalam resesi.

"Pertumbuhan global telah melambat sejauh ekonomi global hampir jatuh ke dalam resesi - yang didefinisikan sebagai kontraksi dalam pendapatan per kapita global tahunan - hanya tiga tahun setelah keluar dari resesi yang disebabkan pandemi pada 2020," kata laporan setengah tahunan Prospek Ekonomi Global Bank Dunia seperti dikutip dari Antara, Rabu (11/1/2023).

Pertumbuhan ekonomi global diperkirakan akan pulih menjadi 2,7 persen pada 2024, turun 0,3 poin dari proyeksi Juni.

Penurunan tajam dalam pertumbuhan kemungkinan akan meluas, dengan proyeksi pertumbuhan diturunkan untuk hampir semua negara maju dan sekitar dua pertiga dari emerging markets dan ekonomi berkembang pada 2023, dan sekitar setengah dari semua negara pada 2024.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.