Sukses

Cuaca Ekstrem, Petani Ngeluh Susah Tanam dan Panen Cabai

Petani cabai mengaku pada periode Desember-Februari merupakan waktu paling berpengaruh pada produktivitas. Alasannya, tingkat curah hujan yang tinggi.

Liputan6.com, Jakarta Petani cabai mengaku pada periode Desember-Februari merupakan waktu paling berpengaruh pada produktivitas. Alasannya, tingkat curah hujan yang tinggi.

Sehingga ini berpengaruh pada pola panen cabai yang dijalankan petani. Jika hujan terjadi sepanjang hari, artinya petani tak bisa melakukan panen.

"Seperti tahun-tahun biasanya, bulan Desember-Februari adalah cuaca yang sulit untuk tanaman cabai," ujar Ketua Asosiasi Champion Cabai Indonesia Tunov Mondro Atmojo kepada Liputan6.com, Minggu (8/1/2023).

Tunov dengan cuaca ekstrem saat ini, tak terlalu berpengaruh pada pendapatan petani. Menurut catatannya, petani masih mengantongi untung dari proses penjualan tadi. Hanya saja, waktu panen yang terganggu, sedikit pengaruhi harga.

"Kerusakan tanaman juga tidak signifikan kecuali yang kena banjir di beberapa wilayah seperti di Kulonprogo, Kebumen dan beberapa daerah," kata dia.

Dia juga mengaku telah banyak bantuan dari pemerintah kepada petani cabai. Utamanya dalam menghadapi cuaca ektrem dengan curah hujan yanh tinggi.

Sebu saja daerah-daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DI Yogyakarta, hingga Lombok Timur. Bantuan yang diberikan pun beragam, mulai dari penyediaan lahan, hingga biaya logistik.

"Bantuan pemerintah banyak yang sudah di terima oleh petani di beberapa wilayah provinsi. Bantuan tanaman cabai ribuan ha tiap tahun guna mengantisipasi cuaca ekstrem, suplai ke Jakarta melalui toko tani maupun TTIC (Toko Tani Indonesia Center), akomodasi pengiriman hingga pendampingan di lapangan secara intensif," pungkasnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Ganggu Panen

Cuaca ekstrem yang terjadi belakangan turut berdampak ke banyak sektor, termasuk pertanian. Petani cabai yang terdampak mengaku kesulitan panen karena hujan yang berkepanjangan.

Ketua Asosiasi Champion Cabai Indonesia Tunov Mondro Atmojo mengatakan kondisi cuaca saat ini berimbas pada rusaknya tanaman cabai.

"Cuaca ekstrim sangat berpengaruh di tanaman cabai, dampak cuaca ekstrim jelas merusak tanaman cabai yg notabene rentan cuaca dan hama," kata dia saat dihubungi Liputan6.com, Jumat (6/1/2023).

 

3 dari 4 halaman

Harga Naik

Dia menyebut, hujan yang terjadi sepanjang hari juga menghambat petani untuk panen. Dengan begitu, stok cabai menjadi menyusut, yang pada akhirnya mempengaruhi harga jual di tingkat petani dan tingkat hilir.

"Pengaruh harga paling besar adalah hujan dari pagi di daerah sentra karena petani tidak akan ada yang panen ketika turun hujan, seperti beberapa minggu terakhir ini, sering hujan dari pagi di daerah sentra yang mengakibatkan kosong stok," ungkapnya.

"Tapi jika tidak hujan mereka akan panen, inilah yang membuat harga cabai akhir-akhir ini fluktuasinya sangat tinggi, semalam bisa naik turun di atas Rp 10.000/kg," sambung Tunov.

Mengutip Panel Harga Badan Pangan Nasional, harga cabai merah keriting berada di angka rata-rata Rp 37.720 per kilogram. Kemudian, cabai rawit merah rata-rata Rp 59.270 per kilogram.

 

4 dari 4 halaman

Mendag: Harga Tidak Naik

Diberitakan sebelumnya, Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan memastikan pemerintah terus mengendalikan harga pangan terutama cabai dan bawang di tengah cuaca ekstrem di musim penghujan ini. Pemerintah memastikan mengendalikan harga cabai dan harga bawang dengan mensubsidi angkutan pangan.

"Kalau mahal sekali kan transpor diganti. Sehingga harganya bisa terukur. Kalau lebih mahal lagi ya harganya disubsidi oleh pemerintah daerah dari anggaran 2 persen APBD," ujar Zulkifli Hasan di Kantor Kementerian Perdagangan, Jumat (6/1/2022).

Sementara untuk wilayah Bali dan Jakarta, Zulkifli mengklaim pemerintah telah mensubsidi pangan. Khusus di Jakarta, malah telah mensubsidi daging dalam skala besar-besaran.

"(Jakarta) itu banyak sekali subsidinya. Sudah, kalau di Bali itu semua harga disubsidi," ujarnya.

Dia juga mengklaim, sejauh ini harga komoditas di Indonesia telah stabil. Meski dia juga tidak menampik ada kenaikan harga cabai mencapai 27 persen namun jika dilihat secara harga, masih di ambang batas wajar.

"Jangan salah, dulu Rp 120.000 sempat turun Rp 20.000, jadi kalau Rp 30.000 naik, 50 persen naiknya. Tapi masih Rp 30.000 begitu, masih jauh," ucapnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.