Sukses

Miliarder Bill Gates Ragu Ubah Gaya Hidup Bisa Atasi Masalah Perubahan Iklim

Miliarder ini meragukan niat konsumen mengubah gaya hidup demi mengurangi risiko perubahan iklim.

Liputan6.com, Jakarta - Perubahan iklim didorong oleh pelepasan emisi gas rumah kaca dan emisi tersebut berasal dari setiap sektor ekonomi global, di antaranya adalah listrik, manufaktur, transportasi, pertanian, dan aktivitas industri. Secara kolektif, emisi gas rumah kaca umumnya meningkat selama beberapa dekade.

Untuk meminimalisir risiko perubahan iklim, aktivis kerap menganjurkan untuk mengurangi konsumsi sebagai salah satu solusi potensial.

Namun, miliarder sekaligus pendiri Microsoft Bill Gates merngungkapkan dirinya ragu hal itu dapat benar-benar dilakukan oleh konsumen.

"Saya pikir tidak realistis untuk mengatakan bahwa orang benar-benar akan mengubah gaya hidup mereka karena kekhawatiran tentang iklim," kata Gates, dikutip dari CNBC International, Jumat (30/9/2022).

"Anda dapat memiliki revolusi budaya di mana Anda mencoba untuk membuang segalanya, Anda dapat menciptakan situasi seperti Korea Utara di mana negara memegang kendali. Selain otoritas pusat yang sangat besar untuk membuat orang patuh, saya pikir masalah aksi kolektif sama sekali tidak dapat diselesaikan," ujar Gates kepada Akshat Rathi dalam sebuah episode podcast Bloomberg, bertajuk Zero, yang dipublikasikan pada Kamis (29/9). 

Menurut sang miliarder, sebagian besar individu mungkin tidak akan mengubah gaya hidup mereka secara kurang nyaman untuk kepentingan masalah global.

"Siapa pun yang mengatakan bahwa kami akan memberitahu orang-orang untuk berhenti makan daging, atau berhenti menginginkan rumah yang bagus, dan kami pada dasarnya hanya akan mengubah keinginan manusia, saya pikir itu terlalu sulit," kata Gates.

Bahkan jika negara-negara dan individu-individu yang memiliki cukup akses dan mampu mengurangi, hal itu masih tidak akan cukup untuk mengurangi emisi gas rumah kaca untuk mengendalikan perubahan iklim, kata Gates.

Gates mengungkapkan, dia sendiri bahkan membayar dana hingga USD 9 juta per tahun untuk mengkompensasi emisi gas rumah kacanya.

"Tetapi hanya memiliki beberapa negara kaya, beberapa perusahaan kaya, dan beberapa individu kaya membeli jalan keluar mereka sehingga mereka dapat mengatakan bahwa mereka bukan bagian dari masalah, itu tidak ada hubungannya dengan pemecahan masalah,” kata Gates.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Dilema Penggunaan Energi

Bill Gates melanjutkan, bahwa "Orang-orang yang berada di ruang iklim mungkin tidak menyadari betapa banyak hal yang bersaing untuk meningkatkan jumlah sumber daya yang dimiliki masyarakat".

Solusinya, menurut Gates, adalah menciptakan alternatif teknologi yang lebih baik di mana biaya yang lebih terjangkau dapat dikeluarkan untuk mencegah perubahan iklim.

Menurut Gates, penting juga untuk mengetahui bahwa jalan menuju dekarbonisasi tidak selalu merupakan jalan kemajuan yang lurus dari bahan bakar fosil.

Perang di Ukraina dan upaya Eropa untuk mengurangi ketergantungannya pada energi dari Rusia telah menunjukkan bahwa mungkin ada kemunduran sementara dalam tujuan dekarbonisasi yang lebih besar demi menjaga kebutuhan individu, ungkapnya. 

Gates melihat, antara sekarang dan nanti, Eropa mungkin perlu kembali menggunakan bahan bakar fosil.

"Haruskah Anda membuka kembali pabrik batu bara? Mungkin. Pragmatik ini cukup penting. Haruskah ladang gas Belanda dibuka kembali? Mungkin begitu. Ini adalah serangkaian pengorbanan yang sangat sulit. Sangat tidak terduga," ujar Gates.

"Dalam jangka pendek, Anda hanya perlu menemukan solusi apa pun, bahkan jika itu berarti emisi akan naik. Semakin cepat perang berakhir, semakin baik. Tapi ada banyak pertimbangan yang masuk ke bagaimana mengakhirinya," beber dia.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.