Sukses

Menko Airlangga Tetap Yakin Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,2 Persen di 2022

Keyakinan Menko Airlangga akan pertumbuhan ekonomi di 5,2 persen ini dipengaruhi semakin membaiknya penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto yakin ekonomi Indonesia bisa tumbuh 5,2 persen di 2022. Namun memang pertumbuhan ekonomi Indonesia masih dibayangi ancaman inflasi global dan tantangan lainnya.

"Untuk pertumbuhan ekonomi kita masih optimis mencapai 5,2 persen di 2022," katanya dalam webinar Bisnis Indonesia di Jakarta, Selasa (2/8/2022).

Keyakinan pertumbuhan ekonomi di 5,2 persen ini dipengaruhi semakin membaiknya penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia. Salah satunya adalah percepatan vaksinasi di seluruh wilayah Indonesia.

Selain itu, konsumsi juga terus menunjukkan peningkatan seiring dengan membaiknya indikator utama konsumsi, investasi, dan sektor eksternal. Kemudian, peningkatan harga komoditas global (kelapa sawit dan batu bara) juga mendorong penerimaan negara.

"Selanjutnya, neraca perdagangan kita masih positif. Dalam periode Januari-Juni 2022 mendekati USD 24,39 miliar. Ini meningkat dua kali lipat dibandingkan periode Januari sampai Juni 2021. Kemudian Rupiah dan IHSG masih relatif terkandali," imbuhnya.

Menko Airlangga menambahkan, cadangan devisa Indonesia juga cukup memadai mencapai USD 136,4 miliar hingga akhir Juni 2022. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan posisi pada akhir Mei 2022 sebesar USD 135,6 miliar.

Menurutnya, posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,6 bulan impor atau 6,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor

Meski begitu, Menko Airlangga tetap mewaspadai sejumlah risiko yang berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun ini. Misalnya permasalahan geopolitik dunia akibat konflik Rusia dan Ukraina, krisis energi global dan supply energi, normalisasi suku bunga negara maju, disrupsi rantai pasok, hingga ketidakpastian berakhirnya pandemi Covid-19.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Ketahanan Ekonomi Indonesia Lebih Baik dari AS dan China

Sebelumnya, Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Suahasil Nazara, mengatakan kondisi ketahanan fundamental ekonomi Indonesia lebih baik dibandingkan negara lain. Hal itu terlihat dari tingkat inflasi yang dialami negara lain yang tinggi.

“Kita lihat di Amerika Serikat pertumbuhan ekonomi sudah sempat negatif yang Q2 nya bahkan 2 kuarter berturut-turut mengalami penurunan dan yang terakhir itu di bawah nol," kata Suahasil dalam Mid Year Economic Outlook 2022, Selasa (2/8/2022).

"Tiongkok kalau dilihat di Q2 ini 0,4 persen, Tiongkok yang kita tahu Biasanya pertumbuhan yaitu ada di level atas sekarang tumbuhnya tipis sekali,” lanjut dia.

Begitupun dilihat dari sisi Consumer confidence index di Amerika Serikat menunjukkan tren yang menurun. Menurutnya, hal itu harus disikapi dengan sangat hati-hati dan Indonesia harus selalu memantau posisi ekonomi negara-negara lain untuk memperkuat ketahanan dan melakukan pengaturan terhadap kebijakan-kebijakan dalam negeri.

Wamenkeu pun membandingkan Indonesia dengan negara-negara lain dalam konteks PDB. Produk Domestik Bruto (PDB) riil Indonesia pada 2021 sudah berada di level sebelum terjadi pandemi Covid-19.

“Kita termasuk yang sudah artinya sudah melewati kondisi 2019, kalau kita lihat level PDB riil Q1 2022 terhadap rata-rata 2019 kita juga sudah di zona yang positif. Lihat bahwa banyak negara peer grup kita yang masih dibawah belum kembali ke level 2019 kita termasuk negara yang sudah kembali,” katanya.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 3 halaman

Inflasi

Dari sisi inflasi, Indonesia inflasinya masih rendah dibandingkan negara lain, yakni Australia diangka 5,1 persen, kemudian negara Argentina dan Turki inflasinya diatas 76 persen. Artinya, kondisi fundamental ekonomi Indonesia masih kuat.

“Inflasi ini akan meningkat angka Indonesia ada di 4,44 persen bulan Juni dan kemarin Badan Pusat Statistik baru mengeluarkan angka 4,9 persen. Jadi, posisi kita belum terlalu berubah karena Australia yang lebih sedikit lebih tinggi dari kita ada di 5,1 persen. Negara-negara lain banyak sekali yang menghadapi inflasi yang lebih tinggi jauh lebih tinggi dari Indonesia,” ungkapnya.

Suahasil mengatakan, stabilitas ekternal Indonesia yakni current account defisit sebagai persentase terhadap PDB Indonesia masih positif.

“Jadi, kita current account surplus 0,3 persen dari PDB. Kalau kita lihat budget defisit budget deficit kita di sekitar 4,6 persen dan bisa dilihat negara-negara yang budget defisit yaitu pembiayaannya itu bahkan bisa ke arah double digit dari PDB nya,” ujarnya.

Menurutnya, Indonesia termasuk yang sangat moderat. Fundamental ekonominya masih terjaga meskipun defisit di atas 3 persen, tapi Pemerintah terus berusaha menjaga posisi tersebut.

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.