Sukses

Lockdown Covid-19 Dicabut, Sebagian Besar Pabrik di Shanghai Kembali Bergerak

Sebagian besar pabrik di Shanghai kembali beroperasi, ketika lockdown Covid-19 telah dicabut.

Liputan6.com, Jakarta - Pabrik-pabrik di dua pusat ekonomi China yang dilanda Covid-19 sebagian besar telah kembali beroperasi, ketika pembatasan mulai dilonggarkan.

Kembali beroperasinya pabrik-pabrik ini diumumkan oleh Kementerian Perindustrian dan Teknologi Informasi China.

Dilansir dari CNBC International, Rabu (15/6/2022) Wakil Menteri Xin Guobin mengatakan kepada wartawan bahwa di 96,3 persen bisnis dan industri di Shanghai yang dilacak oleh pemerintah telah kembali bekerja, dengan tingkat produksi di atas 70 persen.

Di provinsi selatan Guangdong, yang merupakan pusat industri, produksi pada dasarnya telah kembali normal, kata Xin dalam bahasa Mandarin, menurut terjemahan CNBC.

Untuk industri otomotif Shanghai secara keseluruhan, dia juga mengungkapkan bahwa produksi terus meningkat.

Adapun provinsi Jiangsu, Zhejiang dan Anhui, yang juga telah memulai kembali aktivitas pekerjaan dan produksi.

Pabrik-pabrik di ketiga wilayah tersebut dilaporkan telah menghasilkan kinerja yang "lebih baik dari yang diharapkan,"menurut Xin, tanpa membeberkan angka.

"Banyak perusahaan mengatakan melalui upaya dua bulan pada Mei dan Juni 2022, mereka akan mencoba untuk mendapatkan kembali produksi yang tertunda dari Maret dan April," jelasnya. 

Sebagai informasi, Shanghai telah membuka kembali sektor bisnis dan industri di wilayahnya bulan ini setelah sekitar dua bulan memberlakukan lockdown untuk mencegah penyebaran Covid-19. 

Pabrik Tesla telah mencapai produksi penuh, sementara pembuat mobil milik negara yang berbasis di Shanghai, SAIC melihat produksi pada awal Juni 2022 naik hampir 60 persen YoY.

SAIC juga merupakan mitra untuk Volkswagen dan General Motors di China.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

31 Persen dari PDB China Terdampak Lockdown Covid-19

Pada awal Mei 2022, Nomura mengatakan sekitar 31 persen dari PDB China terdampak lockdown Covid-19.

Perkiraan itu turun menjadi 9 persen pada hari Senin (13/6).

Masih belum diketahui jelas seberapa cepat ekonomi China dapat pulih dari dampak Covid-19 dan pembatasan aktivitas bisnis.

Bisnis jasa di negara itu telah terpengaruh lebih dari produsen, yang seringkali dapat terus berproduksi jika pekerja tinggal di lokasi dan truk dapat mengangkut pasokan.

Produksi industri China secara tak terduga turun 2,9 persen di bulan April. Penurunan itu diperkirakan akan meningkat menjadi penurunan 0,7 persen year-on-year di bulan Mei, menurut jajak pendapat kantor berita Reuters.

3 dari 4 halaman

Lockdown Covid-19 di Shanghai Dicabut, Warga Masih Hati-Hati Belanja

Lockdown di Shanghai mungkin sudah berakhir, tetapi China tetap berpegang pada strategi eliminasi nol Covid-19, membuat kota berpenduduk 25 juta itu tentunya masih berhati-hati ketika keluar rumah dan menghabiskan uang.

Seorang ibu dua anak bernama Yang Zengdong mengungkapkan, dia siap mengajak keluarganya jalan-jalan untuk menyambut pembukaan kembali Shanghai dari lockdown Covid-19 pada Rabu, 1 Juni 2022.

Hal itu akan dilakukannya dengan bepergian ke pusat perbelanjaan, untuk melihat toko mana yang sudah buka dan mungkin membeli sejumlah minuman atau mainan kecil untuk putri kecilnya--sederhana, tetapi bahkan kesenangan sederhana itu tidak mungkin dilakukan selama lockdown dua bulan yang melelahkan.

"Banyak teman saya, orang-orang dengan keluarga dan anak-anak, ide mereka adalah membeli lemari es yang lebih besar, atau makanan. Mereka tidak tertarik untuk membeli barang-barang yang tidak diperlukan sekarang," kata Yang, yang berprofesi sebagai guru, dikutip dari Channel News Asia, Jumat (3/6/2022).

CEO raksasa e-commerce Alibaba Group Daniel Zhang mengungkapkan, warga Shanghai masih fokus belanja pada kebutuhan sehari-hari.

"Di semua tingkat konsumen yang berbeda, permintaan untuk kebutuhan pokok telah naik dan sensitivitas harga berkurang. Sedangkan sehubungan dengan pembelian yang tidak penting, ada sensitivitas harga yang lebih tinggi," kata Zhang kepada analis.

Dia juga mengungkapkan, konsumen sempat melakukan penimbunan hingga mempersiapkan ketidakpastian di masa depan.

Meskipun Shanghai pasti akan melihat kebangkitan ritel pasca lockdown Covid-19, hal itu masih dihantui dengan dampak pengeluaran ritel yang anjlok 48,3 persen year-on-year yang dilaporkan pada bulan April.

4 dari 4 halaman

Karantina Massal Covid-19 di Shanghai Hambat Logistik Ekspor dan Rantai Pasokan Global

Tindakan karantina massal untuk mencegah penyebaran Covid-19 akhir pekan lalu di Shanghai, termasuk penutupan jalan raya, berdampak parah pada truk yang membawa barang-barang ekspor menuju pelabuhan kota.

Masalah itu diungkapkan oleh perusahaan logistik Orient Star Group.

"Truk yang memuat kargo dan peti kemas tidak dapat memasuki terminal Shanghai," kata perusahaan tersebut, yang juga berkontribusi pada Supply Chain Heat Map CNBC, dikutip dari laman CNBC International, Selasa (14/6/2022).

Peta panas adalah alat data baru yang dibuat CNBC dengan 13 penyedia data maritim dan logistik top dunia untuk memberi investor wawasan yang lebih baik tentang arus inventaris secara real time.

"Banyak klien tidak punya pilihan selain mengubah pelabuhan muat ke Ningbo atau pelabuhan kecil lainnya di sepanjang Sungai Yangtze," ungkap Orient Star Group.

Pelabuhan Ningbo yang menjadi tujuan alternatif logistik ekspor besar juga menunjukkan peningkatan kemacetan karena kasus Covid-19 terus bermunculan di beberapa distrik di kota Shanghai.

"Produksi dan manufaktur pada dasarnya dilanjutkan di Shanghai, tetapi begitu ada karantina, transportasi dan drayage terpengaruh sampai batas tertentu," jelas perusahaan tersebut.

DHL Global Forwarding juga mengungkapkan bahwa pengemudi truk yang masuk dan keluar dari wilayah Shanghai masih menghadapi tantangan.

Selama lockdown Covid-19 di China, perlambatan truk menyebabkan kekurangan bahan baku untuk perusahaan otomotif seperti Volkswagen dan Tesla.

Sebelum pembatasan terbaru, pengemudi truk masih diharuskan untuk memberikan hasil tes negatif Covid-19 dalam 48 jam dan izin lalu lintas nyang diakui secara nasional, kata Akil Nair, wakil presiden manajemen operator global dan strategi laut Seko Logistics untuk Asia-Pasifik.

Dalam praktiknya, Akil Nair menyebut, banyak otoritas daerah juga meminta agar tes dilakukan kembali secara lokal dan di jalan raya.

"Beberapa pengemudi berhati-hati dalam pengiriman ke Shanghai dan kapasitas belum sepenuhnya pulih ke volume pra-lockdown," bebernya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.