Sukses

Penerimaan Negara Sentuh Rp 1.699 Triliun per November 2021

Realisasi pendapatan negara sampai akhir November 2021 mencapai Rp1.699,4 triliun, atau sekitar 97,5 persen dari total pagu Rp1.743,6 triliun.

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Keuangan melaporkan realisasi pendapatan negara sampai akhir November 2021 mencapai Rp1.699,4 triliun, atau sekitar 97,5 persen dari total pagu Rp1.743,6 triliun. Posisi penerimaan negara ini pun tumbuh jika dibanding periode sama tahun lalu sebesar Rp 1.423,1 triliun.

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengatakan, penerimaan negara sampai November ditopang oleh penerimaan pajak hingga mencapai Rp 1.082,6 triliun, atau tumbuh 17 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu tercatat Rp925,3 triliun.

Penerimaan pajak terus melanjutkan tren positif, sejalan dengan pemulihan aktivitas ekonomi dan melandainya varian delta. Capaian penerimaan pajak hingga November sudah mencapai 88 persen dari target APBN sebesar Rp1.229,6 triliun.

"Ini yang paling penting ditunjukkan oleh pajak kenaikan penerimaannya pertumbuhannya naik terus dari 15 persen (bulan Oktober) ke 17 persen. Sehingga total penerimaan negara juga tubuhnya semakin kuat menjadi 19,4 persen," kata dia alam Konferensi Pers APBN KiTa, Selasa (21/12).

Dia menjelaskan, penerimaan pajak yang berasal dari PPh migas mengalami pertumbuhan tinggi hingga 57,7 persen yang dipicu oleh kenaikan harga komoditas minyak bumi dan gas bumi dan non migas tumbuh 12,6 persen. Sementara itu, geliat aktivitas ekonomi yang meningkat sangat tercermin dari kinerja pajak pertambahan nilai (PPN) tercatat tumbuh 19,8 persen.

“Ini semakin menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi nampaknya mengalami penguatan cukup tinggi terutama sesudah kita bisa melakukan penanganan varian delta,"

Sementara pajak bumi dan bangunan (PBB) justru mengalami minus 6,2 persen karena masih ditopang dari pendapatan PBB migas. Terakhir pajak lainnya tumbuh 79,7 persen dampak dari penyesuaian tarif bea materai.

Selain, itu penerimaan negara pada November 2021 juga ditopang dari kepabeanan dan cukai sebesar Rp232,25 triliun, atau setara dengan 108,0 persen dari target APBN 2021 yang sebesar Rp215 triliun. Realisasi ini pun tumbuh 26,6 persen jika dibandingkan posisi periode sama tahun lalu yang hanya tercatat Rp183,5 triliun.

Jika dirincikan, posisi penerimaan kepabeanan dan cukai terdiri dari cukai yang tumbuh 10,84 persen meskipun terjadi kenaikan cukai rokok, bea masuk tumbuh 18,25 persen dipengaruhi trend kinerja impor nasional yang terus meningkat, dan melonjak lebih tinggi hingga 819,49 persen adalah bea keluar, dikarenakan volume dari ekspor terutama komoditas tembaga bauksit dan kelapa sawit.

"Penerimaan bea masuk dan bea keluar yang tumbuh positif ini menjadi kontributor utama," katanya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Penerimaan PNBP

Selanjutnya, untuk penerimaan negara bukan pajak (PNBP) memberikan sumbangsih sebesar Rp382,5 triliun dari total penerimaan negara Rp1.699,4 triliun. Realisasi pnbp sampai dengan akhir November 2021 ini setara dengan 128,3 peren dari target APBN dan tumbuh 25,4 persen jika dibandingkan periode sama tahun lalu.

Jika dibedah, penerimaan PNBP ini terdiri dari pendapatan sumber daya alam migas yang tumbuh 24,7 persen, atau mencapai 106,6 dari target APBN. Pertumbuhan ini di terutama disebabkan kenaikan ICP dalam 12 bulan terakhir. Kemudian pendapatan SDA non migas tumbuh 86,9 persen akibat adanya kenaikan harga komoditas batu-bara, tembaga, timah dan nikel.

Di samping itu penerimaan PNBP juga ditopang oleh pendapatan kekayaan negara yang dipisahkan mencapai 116,7 persen dari target APBN. Kenaikan ini dipengaruhi berkurangnya setoran dividen, utamanya deviden BUMN perbankan dan tidak adanya pendapatan dari sisa surplus Bank Indonesia.

Kemudian pendapatan PNBP lainnya tumbuh 32,4 persen atau 112,8 persen dari target APBN. Kenaikan pendapatan ini terjadi dari hak negara lainnya penjualan hasil tambang dan domestic market obligation migas dan layanan PNBP K/L. Serta pendapatan BLU yang tumbuh 80,1 persen.

"Jadi kita lihat seluruh komplemen dari PNBP mengalami melebihi penerimaan target APBN atau sudah mencapai di atas target semuanya dan pertumbuhannya luar biasa," pungkasnya.

 

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.