Sukses

Seberapa Penting Inklusi Keuangan Bagi Pemulihan Ekonomi Nasional?

Pemangku kepentingan di sektor keuangan ditantang untuk bersinergi dalam menyediakan layanan keuangan yang paling tidak memiliki tiga karakteristik.

Liputan6.com, Jakarta Anggota Dewan Komisioner Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Tirta Segara mengatakan bahwa seluruh pemangku kepentingan di sektor keuangan, baik Pemerintah Daerah, OJK, dan Indonesia maupun industri jasa keuangan ditantang untuk bersinergi dalam menyediakan layanan keuangan yang paling tidak memiliki tiga karakteristik.

Karakteristik pertama adalah accessible atau mudah diakses, kedua yaitu flexible; bisa menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat, dan yang ketiga adalah affordable; dengan biaya murah, menurut Tirta.

Tirta pun menggarisbawahi tiga alasan penting mengapa inklusi keuangan harus terus didorong dan diharapkan dapat menjadi salah satu solusi mempercepat pemulihan ekonomi nasional.

"Pertama, kami meyakini bahwa inklusi keuangan dapat menjadi mesin pendorong proses pemulihan ekonomi. Karena, penyaluran pembiayaan bagi pengusaha kecil, mikro, bahkan ultra mikro dapat menjadi awal untuk menggerakkan kembali roda perekomonian," kata Tirta, dalam acara Penutupan Bulan Inklusi Keuangan (BIK) yang digelar secara daring pada Selasa (2/11/2021).

Oleh karena itu, Tirta menyampaikan bahwa pihaknya akan mendorong industri jasa keuangan untuk terus mengembangkan produk keuangan yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masyarakat.

Dalam kaitan ini, salah satu kemajuannya adalah melalui tim percepatan akses keuangan daerah. OJK juga mendorong program Kredit atau Pembiayaan Melawan Rentenir (KPMR), yang merupakan skema pembiayaan dengan proses cepat, dan dengan biaya rendah.

"Kami mengharapkan agar KPMR dapat menjadi salah satu jawaban yang muah dan terjangkau bagi pegiat pariwisata, pelaku usaha ultra mikro, mikro, dan kecil, agar mereka bukan hanya bertahan hidup, tetapi juga membangkitkan kembali usahanya pasca pandemi," ujar Tirta.

"Kedua, inklusi keuangan juga diharapkan dapat mendukung ketahanan ekonomi masyarkat dalam berbagai situasi dan kondisi," lanjutnya.

Ketersediaan keuangan yang disertai dengan peningkatan keterampilan pengelolaan keuangan, menurut Tirta, akan membantu masyarakat untuk bertahan dalam menghadapi tekanan ekonomi.

"Hal ini memungkinkan bagi mereka lebih siap menghadapi situasi krisis," ujarnya.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Menciptakan Budaya Hidup Hemat

Peran inklusi keuangan yang ketiga, Tirta menyebutkan, utamanya terkait dengan funding, atau tabungan, atau investasi untuk masa depan.

Tirta mengungkapkan bahwa orang dewasa di Indonesia yang mengikuti program pensiun berjumlah hanya sekitar 6 persen - relatif sangat rendah.

"Kita semua perlu menyiapkan hari tua kita, agar tidak menjadi beban ahli waris di kemudian hari," ujar Tirta.

"Selain itu, kami meyakini bahwa program inklusi keuangan melalui kebiasaan menabung sejak dini dapat menciptakan budaya hidup hemat," pungkasnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.