Sukses

Survei BI: Korporasi Butuh Tambahan Pembiayaan untuk Operasional

Peningkatan kebutuhan pembiayaan terutama terjadi pada sektor industri pengolahan, konstruksi, dan perdagangan.

Liputan6.com, Jakarta - Survei Bank Indonesia (BI) mengungkapkan kebutuhan pembiayaan korporasi terindikasi meningkat pada kuartal I 2021, terutama untuk mendukung aktivitas operasional. Hal ini terindikasi dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) kebutuhan pembiayaan korporasi pada tiga bulan mendatang sebesar 17,1 persen.

Peningkatan kebutuhan pembiayaan terutama terjadi pada sektor industri pengolahan, konstruksi, dan perdagangan.

"Kebutuhan pembiayaan korporasi tersebut sebagian direncanakan menggunakan kredit bank, namun sebagian lainnya akan dipenuhi dari Dana Sendiri (Laba Ditahan)," jelas Kepala Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono, seperti dikutip dari keterangan tertulisnya pada Selasa (19/1/2021).

Di sisi lain, penambahan pembiayaan yang dilakukan oleh rumah tangga pada 3 dan 6 bulan yang akan datang diindikasikan masih terbatas. Kebutuhan pembiayaan oleh rumah tangga yang masih terbatas tersebut terutama akan diajukan kepada bank umum, dengan jenis pembiayaan yang diajukan mayoritas berupa Kredit Multi Guna (KMG).

Sementara mengenai penawaran perbankan, penyaluran kredit baru diperkirakan akan mulai meningkat pada awal 2021. Hal tersebut terindikasi dari SBT perkiraan penyaluran kredit baru Januari 2021 sebesar 53,1 persen, yang lebih tinggi dibandingkan SBT perkiraan penyaluran kredit baru Desember 2020 sebesar 42,8 persen.

"Berdasarkan kelompok bank, peningkatan diperkirakan terjadi pada bank umum Syariah dan bank umum, sementara berdasarkan jenis penggunaan peningkatan tertinggi terjadi pada KMK dan KPR," jelas Erwin.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

BI: Penjualan Eceran Mulai Membaik, Tapi Masih Minus

Bank Indonesia (BI) mencatat penjualan eceran tumbuh membaik meskipun masih minus, khususnya pada November 2020. Hal tersebut tercermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) yang tumbuh - 1,2 persen (mtm) dibandingkan pada Oktober 2020 yang tumbuh -5,3 persen.

"Indeks Penjualan Riil (IPR) November 2020 yang tumbuh -1,2 persen (mtm), membaik dari -5,3 persen (mtm) pada Oktober 2020," kata Kepala Departemen Komunikasi, Bank Indonesia, Erwin Haryono di Jakarta, Selasa (12/1/2020).

 

Perbaikan terjadi pada sebagian besar kelompok barang. Terdiri dari penjualan sandang, bahan bakar kendaraan bermotor, suku cadang dan aksesoris tumbuh positif.

Secara tahunan, kinerja penjualan eceran periode November 2020 mengalami kontraksi dengan pertumbuhan IPR sebesar -16,3 persen (yoy). Angka ini sedikit lebih dalam dari -14,9 persen (yoy) pada bulan Oktober 2020. Hal ini dipengaruhi oleh kelompok Peralatan Informasi dan Komunikasi serta Perlengkapan Rumah Tangga Lainnya.

Pada Desember 2020, kinerja penjualan eceran secara bulanan diprakirakan meningkat. IPR Desember 2020 diprakirakan tumbuh sebesar 2,9 persen (mtm).

Hal ini didorong meningkatnya permintaan masyarakat pada saat Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Natal dan tahun baru. Seluruh kelompok diprakirakan mengalami pertumbuhan yang positif, terutama pada kelompok Peralatan Informasi dan Komunikasi serta Perlengkapan Rumah Tangga Lainnya.

"Secara tahunan, kinerja penjualan eceran pada Desember 2020 diprakirakan masih dalam fase kontraksi dengan pertumbuhan IPR sebesar -20,7 persen (yoy)," kata dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.