Sukses

Teknologi USC PLTU Masuk Peta Jalan Penurunan Emisi

PLTU USC juga sudah dilengkapi dengan peralatan pengendalian pencemaran udara, sehingga emisi yang dihasilkan dapat memenuhi Baku Mutu Emisi.

Liputan6.com, Jakarta Penerapan teknologi Ultra Super-Critical (USC) pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) masuk dalam peta jalan penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dari sektor energi.

Direktur Teknik dan Lingkungan Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Wanhar mengatakan jika PLTU USC yang kini sedang dibangun antara lain PLTU Jawa 9 & 10, PLTU Jawa Tengah (Batang), dan PLTU Jawa 4 (Tanjung Jati B), memiliki standar di negara-negara maju dalam OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development).

"Bukan sebagai standar, tapi semacam road map (peta jalan) penggunaan PLTU di Indonesia," jelas dia, seperti mengutip Antara.

Sebelumnya Wanhar pernah menjelaskan bahwa teknologi USC termasuk Clean Coal Technology (CCT) yang dapat menurunkan emisi GRK karena memiliki efisiensi sebesar 40 persen.

"Arti dari efisiensi 40 persen itu adalah kemampuan dari PLTU USC untuk mengkonversi sebanyak 40 persen dari setiap energi yang terkandung di dalam batu bara yang digunakan oleh PLTU USC menjadi energi listrik (kWh)," jelas dia.

PLTU USC juga sudah dilengkapi dengan peralatan pengendalian pencemaran udara, sehingga emisi yang dihasilkan dapat memenuhi Baku Mutu Emisi. "Beberapa negara telah menerapkan teknologi ini salah satunya adalah Jepang," tambah Wanhar.

Wanhar juga menyampaikan pembangunan PLTU Sistem Jawa, Madura, dan Bali (Jamali) harus menggunakan boiler teknologi USC. Namun tidak untuk PLTU di luar Sistem Jamali, mengingat kapasitasnya masih kelas 50-300 MW.

Bagi PLTU yang belum memasang teknologi USC, masih boleh menggunakan teknologi satu tingkat di bawah USC, yaitu Super Critical.

"Atau PLTU Mulut Tambang untuk daerah yang memiliki tambang batu bara rendah kalori," katanya.

 

Saksikan Video Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

PLTU Mulut Tambang

PLTU Mulut Tambang merupakan pembangkit listrik tenaga batu bara dengan skema Mine-to-Mouth, dengan lokasi pembangkit yang terletak paralel terhadap lokasi tambang batu bara.

Pembangkit listrik ini dapat dilengkapi unit pengering untuk meningkatkan nilai kalori dan mengurangi kandungan air.

Khusus di Indonesia, Wanhar menyebutkan bahwa PLTU USC yang sudah beroperasi adalah PLTU Cilacap Expansi 2 dan PLTU Jawa 7 yang menggunakan standar China. Kementerian ESDM mencatat terdapat sembilan lokasi PLTU batu bara yang akan menggunakan teknologi USC, dengan total kapasitas sebesar 10.130 MW.

"Dengan dibangunnya PLTU USC dengan kapasitas total 10.130 MW tersebut, berpotensi mampu menurunkan emisi GRK sebesar 8,9 juta ton CO2," urai Wanhar.

Sementara itu, Pengamat Energi sekaligus Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan mengatakan teknologi USC akan baik apabila diterapkan dalam jangka panjang karena telah terbukti efisiensinya dalam mengurangi dampak lingkungan, utamanya polusi udara.

"Mudah-mudahan ini bisa diterapkan di semua PLTU, karena ini terkait dengan komitmen kita, di mana pemerintah memang berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, terutama yang dihasilkan oleh PLTU," katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.