Sukses

OPEC Sepakat Pangkas Produksi Lagi, Harga Minyak Melonjak 2 Persen

OPEC dan sekutu penghasil minyaknya sepakat untuk memperpanjang pemangkasan produksi selama 1 bulan ke depan.

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak melonjak pada awal pekan ini. Hal tersebut menyusul sepakatnya negara-negara produsen minyak yang tergabung dalam OPEC untuk memperpanjang pemangkasan produksi selama 1 bulan ke depan.

Dikutip dari CNCB, Senin (8/6/2020), harga patokan internasional berjangka minyak mentah Brent naik 2,2 persen menjadi USD 43,23 per barel. Sementara minyak mentah AS naik 1,92 persen menjadi USD 40,31 per barel.

Pada Sabtu pekan lalu, OPEC dan sekutu penghasil minyaknya sepakat untuk memperpanjang pemangkasan produksi bersejarah kelompok itu selama satu bulan ke depan. Ini sebagai upaya berkelanjutan untuk menyeimbangkan pasar minyak global. Perjanjian tersebut diselesaikan selama pertemuan konferensi video grup.

"Hari ini (Sabtu 6 Juni 2020) kami memiliki alasan untuk optimis tentang masa depan, tetapi kami belum keluar dari hutan dan tantangan ke depan masih harus dilihat," kata Menteri Energi Arab Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman dalam pidato pembukaan ketika pertemuan OPEC+.

Dia mendesak kelompok itu untuk menunjukkan persatuan dan mengambil keputusan cepat.

"Bersama kita lebih kuat, bersama-sama kita dapat memulihkan stabilitas pasar minyak dan membantu membangun kembali ekonomi global," katanya.

Dimulai pada 1 Mei, aliansi tersebut memangkas produksi sebesar 9,7 juta barel per hari. Pemotongan awalnya seharusnya mulai menurun pada 1 Juli.

Sekarang, pengurangan produksi Juli akan menjadi 9,6 juta barel per hari, setelah Meksiko yang menyumbang 100 ribu barel per hari, mengatakan pihaknya tetap berkomitmen pada perjanjian kelompok sebelumnya.

Pemotongan produksi minyak akan ditinjau setiap bulan, dengan pertemuan berikutnya dijadwalkan untuk 18 Juni.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tantangan yang Dihadapi

Salah satu masalah yang sedang berlangsung untuk OPEC+ adalah negara-negara yang tidak mematuhi kuota yang ditentukan, dan perjanjian hari Sabtu bergantung pada tingkat kepatuhan yang lebih besar.

Negara-negara yang gagal membatasi output dengan jumlah yang dialokasikan harus memberlakukan pemotongan tambahan pada bulan Juli, Agustus dan September untuk menebus ketidakpatuhan pada bulan Mei dan Juni.

"Kepatuhan yang efektif sangat penting jika kita ingin mengamankan stabilitas yang dimenangkan dengan susah payah di pasar minyak global dan mengembalikan kepercayaan pada persatuan dan keefektifan seluruh kelompok," kata Pangeran Abdulaziz bin Salman.

Menjelang pertemuan, pasar minyak menunjukkan optimisme atas kesepakatan. Pada Jumat pekan lalu, West Texas Intermediate melonjak 5,72 persen menjadi mantap pada USD 39,55, sementara patokan internasional, minyak mentah Brent naik 5,78 persen menjadi mantap padaUSD 42,30. Itu adalah keuntungan keenam berturut-turut dari setiap kontrak, dan merupakan penyelesaian tertinggi sejak 6 Maret.

"Kesepakatan hari ini adalah perkembangan positif dan, kecuali gelombang Covid-19 kedua menghantam dunia, itu akan menjadi tulang punggung pemulihan cepat untuk industri energi," kata Bjornar Tonhaugen, Kepala Pasar Minyak Rystad Energy.

“Itu karena penurunan stok minyak yang akan kita lihat sebagai akibat dari defisit produksi. Saham sekarang yang menjaga harga pada level yang relatif rendah dan semakin cepat mereka jatuh, semakin cepat kita akan melihat harga naik," ungkap dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini