Sukses

Petani Masih Sulit Dapat Akses Modal

Realisasi penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) di sektor pertanian juga masih di bawah 7 persen.

Liputan6.com, Jakarta - Petani masih sulit mendapatkan akses modal. Akibatnya, banyak petani yang masih hidup di bawah kemiskinan. Petani harus mencari modal dengan cara lain.

Deputi Komisioner Pengawas Perbankan III Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Slamet Edi Purnomo mengatakan, sebenarnya infrastruktur yang mendukung pertanian telah memadai, tapi kebijakan yang ada belum diterapkan dengan baik.

Sebagai contoh, kehadiran Kredit Usaha Tani (KUT) dan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dirasa belum maksimal. Realisasi penyaluran KUR di sektor pertanian juga masih di bawah 7 persen.

"Semua infrastruktur dalam mendukung pertanian cukup memadai, ada KUR, dan dari sisi asuransi juga. Kalau kita katakan pertanian risikonya paling tinggi sebetulnya sudah ada asuransi, termasuk padi bahkan sampai sapi. Yang sekarang tidak ada itu sebetulnya gerakannya yang kurang masif," paparnya dalan Focus Group Discussion bertajuk Strategi Permodalan yang Berkelanjutan dalam Pengembangan Agribisnis Padi, Senin (29/4/2019).

Saat ini, masih banyak petani yang kesulitan mengklaim KUR karena prosesnya yang tidak sederhana. Perbankan tidak mau menyalurkan kredit karena petani tidak punya agunan, penghasilan yang tidak tetap dan tidak adanya sertifikat kepemilikan tanah.

Imbasnya, petani belum bisa merasakan kemakmuran, karena penyaluran kredit didominasi pada pedagang. Apalagi, pedagang mengambil untung paling besar di sektor pertanian.

"Cabai saja kalau dari petaninya paling Rp 20 ribu (per kilogram), kalau sudah sampai di tangan pedagang dijual sampai Rp 50 ribu (per kilogram)," ujarnya.

Oleh karena itu, jika petani mendapatkan informasi yang tepat mengenai akses permodalan, maka petani akan lebih mandiri dan berkembang nantinya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Program Wirausaha Pertanian Dongkrak Pendapatan Petani Purwakarta

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno meninjau kegiatan operasional pabrik pengolahan gabah di Sentral Pengolahan Beras Terpadu (SPBT) atau Rice Milling Unit (RMU) di Desa Taringgulandeuh, Kecamatan Kiarapedes, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat.

RMU Desa Taringgulandeuh sendiri merupakan salah satu dari 3 RMU di Purwakarta yang dibangun oleh PT Bank Tabungan Negara (BTN) sebagai upaya perseroan mendukung program kewirausahaan pertanian yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan usaha desa.

"Saya senang dengan BTN yang sudah bekerjasama dengan Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) sehingga sudah punya Rice Miling Unit di Purwakarta," ujar dia di Purwakarta, Jumat (26/4/2019).

Program pembentukan RMU oleh perusahaan BUMN ini disebutnya merupakan instruksi dari Presiden Joko Widodo (Jokowi), yang menekankan agar petani untuk bisa ditingkatkan pendapatannya.

"Tujuannya, bahwa pendapatan dari RMU ini keuntungannya betul-betul dibagikan kepada anggota Gapoktan. 80 persen untuk anggota Gapoktan, 20 persen untuk menjaga operasionalnya," jelas Rini.

Adapun RMU di Kecamatan Kiarapedes ini telah beroperasi sejak November 2018 dan memiliki kapasitas produksi sebesar 1,5 ton per jam, serta mampu menampung gabah sebanyak 40-50 ton.

Gabah diambil dari petani-petani di Purwakarta dan sekitarnya yang mampu mengasilkan beras dengan kualitas baik (super slip) dengan kapasitas produksi sebesar 6-6,5 ton per hari. Kompleks RMU dikelola secara profesional oleh Gapoktan Bersama.

3 dari 4 halaman

Kementan Siapkan Dana Dua Triliun untuk Petani Milenial

Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani (Serasi) merupakan program Kementerian Pertanian (Kementan) untuk mewujudkan peningkatan produktivitas pertanian.

Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP), Kementan Sarwo Edhy dalam Diskusi Forum Wartawan Pertanian bertemakan Program Serasi Meningkatkan Produktivitas.

Dalam diskusi itu, Sarwo Edhy mengatakan bahwa fokus pertanian ada di tiga provinsi, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan, dengan target keseluruhan mencapai 400 ribu hektare pada 2019.

"Target 400 ribu hektar tahun ini setelah melalui proses validasi CPCL (Calon Petani Calon Lokasi)," kata Sarwo Edhy di Gedung PIA Kementerian Pertanian RI, Rabu (24/4).

Tahun lalu, Kementan menargetkan keseluruhan Program Serasi menjangkau 500 ribu hektare di seluruh Indonesia. Namun setelah proses validasi, Kementan menetapkan target menjadi 400 ribu hektare pada 2019.

Ditjen PSP pun menyiapkan dana sebesar Rp2,5 triliun untuk implementasi Program Serasi. Nilai sebesar ini berasal dari perhitungan Rp4,3 juta per hektare yang dipakai untuk perbaikan jaringan tersier.

Sarwo Edhy menuturkan, Program Serasi telah menunjukkan hasil yang baik di lapangan. Antara lain produktivitas pertanian naik menjadi 6,5 ton GKP per ha di Tanah Laut, Kalimantan Selatan, dari sebelumnya berjumlah 3 ton GKP per ha.

4 dari 4 halaman

Kendalikan Harga Pangan, Pemerintah Bangun Cold Storage di Sentra Pertanian

Pemerintah Jokowi-JK tengah berupaya untuk mengendalikan harga kebutuhan pokok ditingkat petani maupun masyarakat menjelang Ramadan dan Idul Fitri. Salah satu upaya yang dilakukan adalah membangun sentra atau tempat penyimpanan dingin (cold storage) untuk beberapa komoditas pangan.

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan, dengan pembangunan cold storage ini maka akan menguntungkan para petani. Sebab, petani telah memasuki panen raya, setidaknya ada suatu tempat penyimpanan besar untuk hasil tani.

"Cabai turun harganya bawang merah, kemudian ayam, telur. Ini menjadi perhatian serius agar petani bisa berporduksi dan untung. Petani sederhana, bagaimana bisa untung. Mungkin satu bulan lalu masalah peternak ayam dan telur karena harga jatuh," katanya saat ditemui di Kementerian Perekonomian, Jakarta, Kamis (25/4/2019).

"Nah solusi permanen kami tawarkan adalah membangun cold storage untuk produk-produk pertanian kita yang mudah rusak," tutur Amran.

Menurutnya, selama ini belum ada tempat penyimpanan dingin yang besar untuk hasil pertanian. Kebanyakan para petani justru menyimpan di tempat masing-masing, sehingga hasil panen yang dihasilkan pun menjadi rusak.

Secara otomatis itu juga yang akan mempengaruhi harga jual pangan.

"Ini kan sederhana sebenarnya. Kalau ada penyimpanan ini. Kalau panen puncak kita menyerap dan memberi harga yang menguntungkan petani. Pada saat off season, panen rendah, paceklik, ini dikeluarin. Sehingga ke depan inflasi terjaga sepanjang masa," katanya.

"Sekarang sudah dibangun di Brebes untuk bawang, kapasitasnya 380 ton sudah jadi, bawang merah dan cabai. Kami sampaikan ke Bulog agar menyerap langsung dari petani" sambungnya.

Di sisi lain, Amran juga memastikan beberapa komoditas pangan seperti daging, beras, cabai, ayam, gula, bawang hingga yang lainnya dipastikan semua terjaga stoknya. Bulog sendiri, kata dia sudah mulai menggelontorkan ke beberapa pasar.

"Sudah digelontorkan. sekarang bulog punya stok tadi," pungkasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.