Sukses

PT Timah Kembangkan Teknologi Penambangan Laut Ramah Lingkungan

Rancangan purnarupa penambangan timah ramah lingkungan di laut akan selesai pada tahun ini.

Liputan6.com, Jakarta - PT Timah (Persero) sedang merancang purnarupa (prototipe‎) penambangan timah di laut dengan konsep ramah lingkungan. langkah ini telah menjadi komitmen perusahaan dengan pemerintah.

Direktur Utama Timah Riza ‎Pahlevi mengatakan, perusahaan sudah menjalankan penambangan timah di darat dengan metode ramah lingkungan. Sedangkan untuk tambang ramah lingkungan di laut, saat ini tengah tahap merancang prototipe.

"Sekarang yang di darat udah berjalan, sedangkan untuk yang di laut tengah dalam tahap pembuatan prototipe," ‎kata Riza, di Gedung DPR, Jakarta, Senin (20/1/2019).

Rancangan purnarupa penambangan timah ramah lingkungan di laut akan selesai pada tahun ini berbarengan dengan penetapan zonasi penambangan timah di laut.

"Tahun ini mudah-mudahan sudah selesai. ‎ Iya (berbarengan dengan zonasi)," tuturnya.

Ia menegaskan, teknologi yang digunakan untuk penambangan timah di lautan harus ramah lingkungan untuk menjaga masa depan lingkungan hidup. "Ya. dan itu sifatnya enviromental friendly," tandasnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Laba PT Timah Capai Rp 255,54 Miliar Kurtal III 2018

Laba PT Timah Tbk (TINS) tercatat sebesar Rp 255,545 miliar atau Rp 34 per saham hingga September 2018. Angka tersebut turun sekitar 15 persen dari Rp 300,573 miliar atau Rp 41 per saham pada periode yang sama tahun lalu.

Penurunan laba TINS disebabkan antara lain oleh peningkatan beban pokok pendapatan, beban umum serta administrasi dan beban keuangan. 

Mengutip laporan keuangan per September 2018 yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI) Kamis (29/11/2018), pendapatan usaha TINS meningkat 2,75 persen dari Rp 6,621 triliun per September 2017 menjadi Rp 6,803 triliun per September 2018.

Meski demikian, pertumbuhan pendapatan perseroan tidak sebanding dengan kenaikan beban perusahaan. Beban pokok pendapatan TINS naik 4,6 persen, dari Rp 5,469 triliun menjadi Rp 5,720 triliun. Hal inilah yang menyebabkan laba kotor TINS turun 6,08 persen menjadi Rp 1,082 triliun, dari Rp1,152 triliun per September 2017.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.