Sukses

Pantau Langsung Aktivitas Vulkanik, Menteri Jonan Sebut Gunung Bromo Aman

Gunung Bromo merupakan gunung api aktif bertipe kerucut slinder dalam kaldera dengan ketinggian 2.329 meter di atas permukaan laut.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan melakukan pemantauan langsung aktivitas vulkanik di Gunung Bromo. Pemantauan dilakukan di pos pengamatan gunung api di Kabupten Probolinggo‎, Jawa Timur.

Dari hasil pengamatan langsung secara visual, sesmik dan deformasi, Jonan mengatakan bahwa aktivitas vulkanik Gunung Bromo ‎tidak mengkhawatirkan. Tetapi memang saat ini status gunung api tersebut adalah level II atau waspada.

"Aktivitas vulkanis tidak ada yang mengkhawatirkan kalau lihat datanya, data analog dan digital, tidak ada yang perlu dikhawatirkan," kata Jonan, di Pos Pemantauan Gunung Bromo, Probolinggo, Jawa Timur, Selasa (8/1/2018).

Dengan status waspada, maka jarak aman untuk masyarakat ‎adalah radius 1 kilometer (km) dari kawah. Sedangkan pihak yang bisa memasuki melewati batas 1 km adalah petugas vulkanologi atau pengamat gunung api.

"Jarak aman dari kawah 1 km tidak boleh dimasuki, tapi untuk petugas vulkanologi bisa masuk di radius itu. Kalau di luar itu atau masyarakat umum safety-nya  kurang," tuturnya.

Gunung Bromo Secara administratif terletak di empat kabupaten di provinsi Jawa Timur yaitu Kabupaten Probolinggo di sebelah utara, Kabupaten Malang di sebelah Selatan, kabupaten Lumajang di sebelah timur dan Kabupaten Pasuruan di sebelah Barat.

Sedangkan secara geografis terletak di 07° 56’ 30” LS dan 112° 57’ BT.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Gunung Api Aktif

Gunung Bromo merupakan gunung api aktif bertipe kerucut slinder dalam kaldera dengan ketinggian 2.329 meter di atas permukaan laut. Kerucut ini tercatat sebagai salah satu gunung api yang sering mengalami erupsi dari 129 gunung api aktif di Indonesia.

Tenggang waktu antara satu erupsi dengan erupsi lainnya terjadi kurang dari satu tahun sampai dengan 16 tahun, sejak pertama kali tercatat tahun 1804.

Sebelum tahun tersebut gunung api ini bukan tidak pernah mengalami erupsi, tetapi pencatatan erupsinya baru dimulai pada tahun 1804 oleh Belanda. Setidaknya sampai tahun 2016 sudah mengalami erupsi sebanyak 56 kali.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.