Sukses

5 Proyek Beroperasi Tahun Ini, Produksi Migas Terdongkrak

Lima proyek hulu migas yang beroperasi tersebut akan menambah produksi migas sebesar 7.800 barel per hari untuk minyak dan 98 juta kaki kubik per hari untuk gas.

Liputan6.com, Jakarta Satuan Kerja Khusus Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengumumkan, akan ada 5 proyek hulu migas yang beroperasi pada tahun ini. Produksi dari proyek ini bisa meningkatkan produksi migas Indonesia‎.

Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi mengatakan, kelima proyek hulu migas yang beroperasi, yaitu pengembangan lapangan gas Blok A Aceh oleh PT E&P Malaka, dengan target berproduksi Juli 2018. "Blok A, di Aceh, Medco ini diharapkan akan segera onstream," kata Amien, di Kantor SKK Migas, Jakarta, Jumat (6/7/2018).

Proyek selanjutnya, adalah optimalisasi fasilitas produksi Lica oleh PT Medco E&P Indonesia, diperkirakan akan beroperasi pada Oktober 2018.

Kemudian proyek yang akan digarap PT Pertamina Hulu Energi Offshore West Java (ONWJ), yang ditargetkan beroperasi pada Oktober 2018.

Proyek hulu migas yang akan berproduksi adalah pengaliran gas Temelat ke Gunung Kebang Stasiun‎ oleh PT Medco E&P Indonesia akan beroperasi Desember 2018 dan pembangunan pipa gas di lapangan Poeleng oleh PT Pertamina EP.

Amien mengungkapkan, lima proyek hulu migas yang beroperasi tersebut akan menambah produksi migas sebesar 7.800 barel per hari untuk minyak dan 98 juta kaki kubik per hari untuk gas.

"Produksi migas didorong dengan melakukan percepatan penyelesaian proyek dan memprioritaskan kegiatan yang menjaga tingkat produksi," tandasnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Sektor Hulu Migas Setor USD 8,5 Miliar ke Negara

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyebutkan penerimaan negara dari sektor hulu migas mencapai USD 8,5 miliar, selama semester pertama 2018.

Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi mengatakan, capaian penerimaan negara dari hasil produksi migas selama semester pertama 2018 tersebut baru 71 persen, dari target Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2018 sebesar USD 11,9 miliar.

‎"Sampai Juni 2018 pendapatan negara dari hulu migas USD 8,5 miliar," kata Amien, di Kantor SKK Migas, Jakarta, Jumat (6/7/2018).

Amien memperkirakan, penerimaan negara dari produksi migas sampai akhir tahun mencapai‎ USD 14,2 miliar atau 120 persen dari target APBN. Hal tersebut karena harga minyak yang lebih tinggi dari yang diperkirakan dan ditetapkan dalam APBN.

"Revenue signifikan diatas target, karena harga minyak lebih tinggi dari yang diperkirakan," tutur Amien.

Amien mengungkapkan, pendapatan sektor hulu migas ‎selama semester pertama 2018 mencapai USD 17,191 miliar.

Pendapatan tersebut dibagi untuk bagian kontraktor USD 3,4 miliar, biaya penggantian atas kegiatan produksi migas (cost recovery) USD 5,2 miliar dan bagian negara USD 8,5 miliar.

Pendapatan tersebut berasal dari produksi minyak dan gas (migas) siap jual lifting selama‎ semester pertama 2018 mencapai 1,9 juta barel setara minyak per hari (Barel Oil Equivalen per Day/BEOPD).

"Kalau dilihat, pencapaian penerimaan sektor hulu migas USD 17,1miliar, sedangkan target APBN ‎USD26,2 miliar," dia menandaskan.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.