Sukses

Indef: Pertumbuhan Ekonomi Surabaya Masih Bagus

Indef menyatakan, pelaku usaha sangat rasional melihat prospek jangka panjang di Surabaya. Kota Pahlawan itu memiliki kelas menengah yang besar.

Liputan6.com, Jakarta - Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira menuturkan, teror bom di Surabaya dan Sidoarjo selama dua hari berturut-turut tidak terlalu berdampak kepada iklim dunia usaha di sana.

Dia menuturkan, prospek bisnis di Ibu Kota Jawa Timur itu masih cerah dengan ada tingkat populasi kelas menengah yang semakin besar. Selain itu lewat laju pertumbuhan ekonomi dan perkembangan kawasan industri di Surabaya.

"Pada 2017 lalu, pertumbuhan ekonomi Jawa Timur 5,45 persen, lebih tinggi dari rata-rata nasional yang 5,1 persen. Pengembangan kawasan industri di sekitar Surabaya juga bagus. Saya kira pelaku usaha sangat rasional melihat prospek jangka panjang," ujar dia dalam pesan tertulis kepada Liputan6.com di Jakarta, Senin (14/5/2018).

Dia pun menyampaikan, ada perbedaan efek dari kasus-kasus bom terdahulu antara lain di Hotel JW Marriot dan Bom Bali dengan insiden yang terjadi dalam dua hari ini di Surabaya. Ia berkata, aksi teror tersebut sifatnya menyerang target warga lokal dan aparat keamanan, bukan fasilitas publik atau pusat keramaian.

Bhima juga meminta, aparat keamanan dapat segera menangkap pelaku teror agar kepercayaan investor semakin cepat pulih. Hal itu agar teror bom tidak menurunkan pertumbuhan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dan Produk Domestik Bruto (PDB).

"Intinya pemerintah dan aparat keamanan tetap harus mewaspadai ancaman terorisme berdekatan dengan penyelenggaraan event-event besar seperti Pilkada, Asian games dan IMF World Bank meeting di Bali," tutur dia.

Insiden bom Surabaya ini, ia memperkirakan, bisa menurunkan geliat ekonomi di sektor pariwisata sampai mengubah perilaku masyarakat untuk mengurangi kegiatan di pusat-pusat perbelanjaan.

"Ini bisa berpengaruh ke konsumsi rumah tangga. Padahal momentumnya sebentar lagi Ramadhan, di mana tingkat konsumsi paling tinggi sepanjang tahun," kata dia.

Selain itu, Bhima tidak ingin berasumsi lebih lanjut, bagaimana perekonomian negara ke depan jika kasus teror bom seperti ini terus berlanjut. "Saya enggak mau berspekulasi," ujar dia.

 

 Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Sri Mulyani: Pemerintah Tak Akan Biarkan Aksi Teror Ganggu Ekonomi RI

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan, pemerintah tidak akan membiarkan aksi teror memengaruhi perekonomian Indonesia yang saat ini sudah cukup baik. Ia memastikan pemerintah akan sigap menangani aksi radikal yang menebar teror di Indonesia.

Sri Mulyani mengatakan, ‎Indonesia harus menjaga persepsi keamanan saat kondisi perekonomian global sedang bergejolak. Oleh karena itu, penanganan aksi teror harus dilakukan untuk menciptakan kenyamanan.

"Jadi dari sisi tindakan yang dilakukan teroris di mana itu terjadi di berbagai negara, kita berharap penanganan ini bisa menimbulkan kenyamanan bagi investor dan menjadi tanda bahwa Indonesia bisa menjaga keamanan," kata Sri, di Kantor Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Jakarta, Senin 14 Mei 2018.

Pemerintah tidak akan membiarkan ‎aksi teror menghilangkan persepsi positif terhadap perekonomian Indonesia. Menurutnya, kondisi ekonomi Indonesia saat ini sedang membaik. Hal tersebut tecermin dalam kondisi moneter yang kondusif dan perekonomian masyarakat yang menggeliat.

"Tentu kita berkepentingan untuk tidak membiarkan suatu teror itu, kemudian menghilangkan kepercayaan dan persepsi positif pada ekonomi kita," tuturnya.

Menurut Sri Mulyani, pemerintah terus mendukung penanganan teroris yang dilakukan aparat keamanan TNI, Polri, dan Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) agar keamanan kembali stabil. Langkah tersebut dapat meredam kekhawatiran masyarakat terhadap keamanan Indonesia dan menjamin kepercayaan pihak luar. 

Terlebih, Indonesia akan menjadi tuan rumah pertemuan Word Bank dan IMF pada Oktober 2018.

‎"Kita harus bisa mengembalikan keamanan yang ada di dalam negeri, karena tahun ini kita semua tahu bahwa akan masuk tahun politik, pilkada, Asian Games, pertemuan IMF-WB," kata dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.