Sukses

Imbal Hasil Rendah, Penjualan ORI Seri 014 Seret

Kementerian Keuangan menyatakan meski imbal hasil ORI seri 014 rendah tetapi profil investor ritel semakin meningkat.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan membukukan hasil penjualan Obligasi Negara Ritel (ORI) Seri 014 senilai Rp 8,95 triliun.

Realisasi penjualan ORI Seri 014 tersebut jauh dari target indikatif pemerintah yang sebesar Rp 20 triliun maupun outlook Rp 13,4 triliun dengan tingkat imbal hasil atau kupon 5,85 persen per tahun.

Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati menilai, capaian atau hasil penjualan ORI Seri 014 masih dalam kisaran target pemerintah. Pemerintah akan berupaya untuk melakukan lelang Surat Berharga Negara (SBN) untuk menutup kebutuhan pembiayaan sampai akhir tahun ini.

"Yang dicapai dari ORI kemarin masih dalam range yang kita targetkan. Kita akan tetap melihat kesempatan 7 kali (lelang) sampai akhir tahun ini. Kita optimistis bisa memenuhi kebutuhan pembiayaan di 2017," jelas dia di Gedung Dhanapala, Jakarta, Selasa (24/10/2017).

Di lokasi yang sama, Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko, Robert Pakpahan menyadari realisasi penawaran ORI Seri 014 jauh dari target yang diharapkan.

"Targetnya Rp 13 triliun, tapi yang masuk Rp 8,9 triliun. Ini memang tidak sebesar target di awal. Kita sadar itu," ujar dia.

Dia mengaku, penerbitan ORI Seri 014 kurang menarik karena tingkat bunga atau imbal hasil yang rendah, yakni 5,85 persen per tahun. Tingkat kupon ini merupakan imbal hasil terendah sepanjang sejarah penerbitan ORI sejak 2006.

"Kuponnya mungkin ya. Sekarang di Indonesia kecenderungannya tingkat bunga turun, sehingga kupon 5,85 persen tergolong rendah. Ini memang mencerminkan secondary market di pasar SBN waktu itu. Jadi faktanya begitu karena masih menyesuaikan dengan tingkat bunga yang rendah," Robert menjelaskan.

Satu hal yang menurut Robert ada kemajuan dalam proses penawaran ORI Seri 014. Minat investor untuk pemesanan ORI dengan nilai Rp 5 juta sampai Rp 100 juta meningkat.

"Kita gembira, karena pemesan di level Rp 5 juta sampai Rp 100 juta meningkat. Porsinya lebih dari 40 persen. Jadi level keritelan dari penerbitan ORI kali ini sukses lah," ujar dia.

Robert mengaku tak khawatir dengan pemenuhan kebutuhan pembiayaan untuk menutup defisit fiskal hingga akhir 2017. Pemerintah akan mencari opsi penerbitan lain, karena masih ada kesempatan melakukan 7 kali lelang.

"Untuk financing, kami tidak khawatir karena banyak opsi di dalam lelang. Bahkan 2 kali lelang terakhir sebenarnya sudah melampaui target kita. Minggu lalu saja, lelang targetnya Rp 17 triliun, kita ambil Rp 22 triliun. Sebelumnya juga sudah lebih," tutur dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Selanjutnya: Profil Pemesanan ORI 014

Dari data DJPPR Kemenkeu, hasil penjualan ORI Seri 014 senilai Rp 8,95 triliun. Investor yang memesan ORI ini sebanyak 22.882 investor, dan 11.182 investor di antaranya merupakan investor baru.

Adapun profil pemesan ORI Seri 014, antara lain:

1. Jumlah pemesan ORI 014 terbesar pada kisaran Rp 5 juta sampai dengan Rp 100 juta atau 44,73 persen

2. Rata-rata volume per pemesanan adalah Rp 391,08 juta

3. Jumlah pemesan di wilayah DKI Jakarta mencapai 37,7 persen dari total jumlah pemesanan. Sedangkan wilayah Indonesia Barat selain DKI Jakarta mencapai 54,6 persen dan di wilayah Indonesia bagian Tengah dan Timur mencapai 7,7 persen

4. Berdasarkan kelompok umur, jumlah pemesan terbesar berada pada kelompok usia di atas 40 tahun, yakni mencapai 77,28 persen dari total jumlah pemesan, dengan volume pemesanan sebesar Rp 7,52 triliun atau 84,05 persen dair total volume pemesanan. 5. Jumlah pemesan berdasarkan kelompok profesi, paling banyak pegawai swasta 15,29 persen, wiraswasta 15,39 persen, dan Ibu Rumah Tangga 7,44 persen. Sementara profesi lainnya mencapai 43,16 persen.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.