Sukses

BPTJ Targetkan Pengguna Angkot di Jakarta Mencapai 60 Persen

Tidak mudah membuat masyarakat untuk beralih dari kendaraan pribadi ke angkutan umum.

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) menargetkan 60 persen masyarakat ibu kota menggunakan angkutan umum pada 2029. Namun sayangnya tidak mudah membuat masyarakat untuk beralih dari kendaraan pribadi ke angkutan umum.

Kepala BPTJ Elly Adrian Sinaga mengatakan, ‎saat ini, pengguna angkutan umum di Jakarta baru sekitar 15 persen dari jumlah penduduk ibu kota di siang hari. Sedangkan BPTJ mempunyai tugas dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub) untuk meningkatkan pengguna angkutan umum.

‎"Kami di BPTJ punya tugas ada beberapa indikator kinerja utama yang ditetapkan melalui Peraturan Menteri Perhubungan, salah satunya meningkatkan penggunaan angkutan umum," ujar dia di Kantor BPTJ, Jakarta, Jumat (26/5/2017).

Untuk memenuhi tugas tersebut, lanjut dia, pihaknya telah menetapkan target peningkatan pengguna angkutan umum. Sehingga pada 2029 diharapkan pengguna angkutan umum di ibu kota meningkat 60 persen.

"Penggunaan angkutan umum di Jabodetabek hanya 15 persen, di 2019 harus kami capai 40 persen, di 2024 harus mencapai 50 persen, dan 2029 akan mencapai 60 persen. Kalau nggak berlari nggak akan tercapai," kata dia.‎

Menurut Elly, target 60 persen pengguna angkutan umum harus tercapai karena pertumbuhan luas jalan di Indonesia, khususnya Jakarta kalah jauh dibandingkan dengan pertumbuhan jumlah kendaraan pribadi.

"Kenapa harus 60 persen, karena di Indonesia kapasitas rasio jalan kita perbandingan luas jalan dan wilayah, Jakarta paling 5,6 persen, Singapura 20 persen lebih. Maka berpikirnya harus lebih canggih dengan negara-negara yang kapasitas jalannya sudah oke," lanjut dia.

Oleh sebab itu, Elly menghimbau masyarakat untuk mau beralih dari kendaraan pribadi ke angkutan umum. Selain itu, operator angkutan umum juga diharapkan bisa meningkatkan jumlah armada dan layanannya agar masyarakat mau melakukan bermigrasi ke angkutan umum massal.

‎"Jangan banyak-banyak angkutan pribadi yang kecil, tapi menggunakan yang masal. Jadi modal share angkutan umum mengikat, kecepatan perjalanan akan meningkat. Semua orang sekarang mengeluh stres. Kalau sekarang perjalanan 1 jam itu sudah oke banget. Sekarang hampir 2 jam pulang balik 4 jam. Biaya transpor juga mahal, 30 persen dari penghasilan," tandas dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.