Sukses

Kegiatan Perdagangan Berjangka di Jakarta Rentan Pencucian Uang

Bappebti menggandeng PPATK sebagai antisipasi agar mencegah kegiatan pencucian uang dan pendanaan teroris.

Liputan6.com, Jakarta - DKI Jakarta termasuk wilayah yang ekonomi dan perputaran uang yang tinggi. Hal ini membuat kota tersebut sangat rentan terjadi tindak pidana pencucian uang.

Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Bachrul Chairi menyatakan, tak hanya rentan terjadi tindak pidana pencucian uang tetapi juga pendanaan teroris. Oleh karena itu, Bappebti menyoroti perputaran uang pada kegiatan itu di Jakarta.

‎"DKI Jakarta, berisiko tinggi terjadi TPPU (Tindak Pidana Pencucian Uang) dan TPPT (Tindak Pidana Pendanaan Teroris),pada sektor perdagangan berjangka. Sedangkan Jawa Timur, Jawa Barat dan Jawa Tengah berisiko menengah terjadinya TPPU dan TPPT," kata Bachrul, saat melakukan penandatanganan kerja sama dengan PPATK, di kantor Bappebti, Jakarta, Selasa (2/5/2017).

Kepala Biro Pengawasan Pasar Berjangka dan Fisik Bappebti Pantas Lumban Batu‎ menuturkan, kegiatan bursa berjangka perdagangan komoditas mayoritas dilakukan di Jakarta. Ini membuat tingginya risiko praktik pencucian uang dan pendanaan teroris di Jakarta.

"Jakarta berisiko tinggi karena pialang bergerak di industri berjangka 90 persen berada di Jakarta. Kami anggap Jakarta sangat berisiko dan nasabah cukup besar," papar Pantas.

Bachrul menambahkan, selama ini memang belum ditemukan TPPU dan TPPT pada kegiatan bursa berjangka komoditi.

Namun, pihaknya akan melakukan antisipasi agar hal tersebut tidak terjadi, dengan menggandeng Pusat Pelaporan ‎dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), serta menyusuri detail sumber dana yang diputar peserta bursa berjangka komoditi.

‎"Modusnya karena belum pernah mengalami di industri ini kami akan cari sumbernya. Indikasi modusnya menggunakan dana orang lain itu indikasi modus, dengan adanya ketentuan yang baru kami lebih dalam menanyakan. Kami tanya sumbernya dari mana," tutur Bachrul.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.