Sukses

Olah Air Limbah, JK Ingin Indonesia Contek Jepang dan Singapura

Wapres Jusuf Kalla ingin Indonesia juga mulai memikirkan teknologi untuk mendaur ulang air limbah menjadi air bersih.

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla ingin Indonesia tak melulu memikirkan bahan baku air untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Indonesia juga harus memikirkan teknologi untuk mendaur ulang air limbah menjadi air bersih.

Hal ini dinilai sudah harus dilakukan mengingat jumlah lahan hijau sebagai area resapan air terus berkurang. Penyebabnya antara lain karena pembakaran hutan.

"Maka solusinya recycling seperti banyak dilakukan di Singapura, Jepang. Kalau di Singapura air minimal dipakai 3 kali, di Jepang 5 kali. Artinya semua sistem drainase. Menteri PU, semua dirubah dari ke sungai ke darat. Kalau dulu umumnya drainase jatuhnya ke laut, akhirnya pantai rusak. Sekarang harus ke sistem pembersihan air yang seperti di Kuningan itu," ujar JK, di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta, Selasa (3/5/2016).

Untuk mewujudkan sistem itu, JK mengakui, memang butuh waktu. Sambil menunggu teknologi rampung, serangkaian langkah efisiensi juga harus terus dilakukan. Sebut saja penggunaan shower bukan lagi bak air. Bila sistem ini diubah diperkirakan bisa menghemat 30 persen konsumsi air.

Tapi, tantangan juga harus diselesaikan PDAM. Perusahaan ini, menurut JK, harus memastikan tidak ada kebocoran dan memastikan air selalu mengalir. Kalau saat mandi menggunakan shower lalu air tiba-tiba mati akan merepotkan warga.

Perubahan ini, diakui JK, memang membutuhkan adaptasi, seperti saat pengalihan penggunaan minyak tanah ke gas elpiji 3 kilogram (kg). Awalnya masyarakat protes dengan segala kekurangan yang muncul, tapi sekarang masyarakat menikmati manfaatnya.

"Jadi semua kota, ini lagi Pak Menteri Dalam Negeri, semua kota harus mulai proyek itu. Di samping membersihkan air kali, laut, juga membersihkan air sekaligus. Sehingga air dapat dipakai 3 kali. Itulah semua harus dilihat dari sekarang rencana hari ini, manfaatnya 10 tahun yang akan datang. Karena apabila 10 tahun akan datang air makin berkurang sumbernya, kebutuhan makin naik. Itu pasti sudah, pasti terjadi. Kalau apabila ini diperbaiki maka akan kita menciptakan sistem air yang baik,"pungkas JK.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.