Sukses

Mentan Amran: Kapal Ternak Untungkan Peternak dan Konsumen

Manfaat dari adanya kapal ternak yaitu angkutan ternak sapi dari Rp 1,8 juta menjadi Rp 320 ribu atau turun 80 persen.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menegaskan bahwa pengadaan kapal ternak ditujukan untuk memotong rantai distribusi sehingga bisa menguntungkan peternak sekaligus konsumen. Dengan kapal ternak tersebut harga beli sapi menjadi lebih tinggi namun harga jual tidak akan semahal saat ini. 

Amran menjelaskan, saat berkunjung ke Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), dirinya melakukan perjanjian jual beli dengan pedagang, dan bukan petani. Dalam perjanjian tersebut Kementerian Pertanian sepakat dengan pedagang harga daging sapi hidup Rp 29 ribu per kilogram. Bahkan Kementan bersedia membeli dengan harga daging sapi hidup Rp 30 ribu hingga Rp 35 ribu per kilogram.

"Kami sepakat harga Rp 29 ribu dan kita beli Rp 30 ribu bahkan sampai Rp 35 ribu per bobot hidup sapi di NTT yang akan dikirim ke Jakarta," jelasnya dalam keterangan tertulis, Senin (14/12/2015).

Amran melanjutkan, setelah perjanjian tersebut, sapi yang dibeli oleh Kementerian Pertanian akan diangkut dengan menggunakan kapal ternak. Langkah ini sesuai dengan target pemerintah yang ingin merubah struktur pasar. "Distribusi ini mau kami potong 50 persen yaitu biasanya 8 rantai distribusi menjadi 4 rantai. Dengan demikian harga di tingkat konsumen akan menjadi Rp 75 ribu sampai Rp 85 ribu per kilogram," tegasnya. 


Selain itu, manfaat lain dari adanya kapal ternak, yaitu angkutan ternak sapi dari Rp 1,8 juta menjadi Rp 320 ribu atau turun 80 persen. Amran juga mengatakan tanpa kapal ini biasanya lama perjalanan dua bulan dari peternak sapi sampai ke Jakarta, namun dengan adanya kapal ternak ini menjadi 5 hari atau seminggu saja.

"Manfaat lainnnya biasanya lamanya perjalanan dua bulan bukan terjadi penggemukan pada sapi malah terjadi penggurusan atau terjadi penyusutan bobot badan sapi sampai 20 persen bahkan ada sapi yang sampai mati. Sebesar 20 persen itu hilang ditelan bumi, tak dinikmati baik konsumen, pedagang, maupun peternak sapi," sambung Mentan.

Mentan Amran menambahkan, dengan adanya beberapa keuntungan tadi, target lainnya adalah ingin merubah struktur pasar dengan memenuhi 80 persen kebutuhan dengan sapi lokal dan 18 persen sampai 20 persen dipenuhi dari impor.

"Kami yakin 80 persen bisa merubah struktur pasar karena kita telah memotong rantai pasoknya dan sudah dibuktikan Jumat kemarin dengan kedatangan perdana kapal ternak yang mengangkut 350 ekor sapi," katanya.

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) pun memberikan apresiasi kepada aksi dari pemerintah dengan kapal khusus pengangkut ternak. KPPU menilai langkah pemerintah yang diawali dengan pengiriman perdana sekitar 350 ekor sapi dari NTT menuju Jakarta pada hari Jumat 11 Desember 2015 ini tidak sekedar menjadi pilot project, melainkan juga dapat menjadi salah satu pemicu perubahan positif.

Dengan pasokan 350 ekor sapi diharapkan akan memperbaiki pola distribusi daging sapi yang selama ini diduga rentan dipermainkan oleh pihak tertentu yang pada akhirnya mengakibatkan tingginya harga daging sapi.


Seperti diketahui, pemerintah telah melakukan terobosan sebagai upaya optimalisasi untuk menata distribusi ternak sapi nasional dan perbaikan tata niaga dengan memanfaatkan kapal angkut khusus ternak, sehingga sapi dari NTT tidak lagi diangkut dengan kapal barang atau truk dengan jarak yang sangat panjang.

Pemanfaatan kapal khusus ternak yang menghubungkan antar pulau atau yang disebut tol laut ini, diharapkan dapat membantu pemenuhan kebutuhan sapi di daerah konsumsi oleh daerah sentra produksi.

Pengangkutan ternak sapi dengan pelayaran perdana kapal ternak KM Camara Nusantara 1 telah dilakukan pada Minggu, 6 Desember 2015 pukul 01.00 WITA dari Pelabuhan Tenau Kupang NTT dan tiba di Pelabuhan Tanjung Priok pada Jumat, 11 Desember 2015.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Peternak Sapi NTT Terbelenggu Tengkulak

Peternak Sapi NTT Terbelenggu Tengkulak

Wakil Gubernur NTT, Benny A Litelnoni mengatakan, peternak sapi di Nusa Tenggara Timur (NTT) selama ini terbelenggu ulah para tengkulak melalui kaki tangan mereka masuk ke pelosok desa di 21 kabupaten dan kota di NTT untuk membeli sapi dari para peternak dengan harga rendah.

Dirinya menegaskan, dengan dukungan pemerintah melalui kapal ternak dan subsidi biaya angkut ke Jakarta, para peternak menyambut positif langkah Pemerintah RI melalui Kementerian Pertanian.

"Kami sebagai warga NTT sangat mendukung keberadaan kapal ternak untuk meningkatkan kesejahteraan para peternak dan kabar tentang kapal ternak sudah tersebar di seluruh NTT. Ini dari hasil kunjungan saya ke daerah maupun laporan dari para kepala dinas terkait," kata Benny, Senin (14/12/2015).

Dia menambahkan, dukungan Menteri Pertanian RI Andi Amran Sulaiman dengan datang langsung ke Kupang untuk memantau kesiapan pengangkutan perdana 353 ekor sapi NTT untuk diangkut ke Jakarta. Hal itu sempat membuat jera para tengkulak untuk melaksanakan aksi mereka menghasut para peternak untuk tidak menjual sapi kepada depot-depot logistik (Dolog) dari Perum Badan Urusan Logistik (Bulog).

Mendengar kabar tentang kapal ternak, para tengkulak melalui kaki tangan mereka bergerak menghasut bahwa kapal ternak yang tengah disiapkan pemerintahan Joko Widodo hanyalah lips service, dengan merujuk pada gembar-gembor pemerintahan sebelumnya yang berjanji akan menyediakan kapal ternak tidak kunjung terealisasi hingga pemerintahan berganti setelah Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014.

"Mereka sempat terhasut tapi syukurlah Presiden Jokowi dan Mentan Amran Sulaiman didukung Kementerian Perhubungan dan Bulog bekerja sungguh-sungguh mengimplementasikan konsep Tol Laut untuk mendukung pembangunan di Indonesia timur untuk pemerataan pembangunan," kata Benny.

Sebagaimana diberitakan, harga bobot hidup sapi di NTT yang dikirim ke Jakarta adalah Rp 30 ribu per kilogram bobot hidup. Pembelian ternak dari NTT ke DKI Jakarta dilakukan oleh Badan Urusan Logistik (Bulog) yang diwakili oleh Depot Logistik (Dolog).

Ternak selanjutnya akan dikirim ke kandang ternak lokal di Desa Gandasari Kecamatan Cikarang Barat, Bekasi Jawa Barat milik Perum Bulog. Pemulihan ternak akan dilakukan selama dua hari di kandang penampungan Dolog, dan untuk selanjutnya sapi dapat dimanfaatkan oleh pembeli sebagai sapi bakalan dan siap potong.

"Syukurlah para menteri terkait bekerja keras mendukung kebijakan pemerintah Jokowi untuk mendukung pembangunan daerah, dan kami sangat bangga NTT menjadi provinsi pertama yang mengimplementasikan konsep tol laut, dan sapi NTT menjadi pengguna pertama tol laut," pungkas Benny. (Gdn/Ahm)



**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini