Sukses

Beroperasinya Terminal Teluk Lamong Dorong Ekspor Ikan

Biaya logistik dan transportasi di Indonesia mencapai 27 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) nasional.

Liputan6.com, Jakarta - Beroperasinya Terminal Peti Kemas (TPK) Teluk Lamong, Jawa Timur, yang diresmikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada akhir pekan lalu dinilai akan mampu mendorong pertumbuhan industri perikanan di dalam negeri.

Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Saut Hutagalung mengatakan, secara khusus bagi Jawa Timur dan provinsi lain yang selama ini banyak ekspor melalui pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, peresmian TPK Teluk Lamong membuka peluang baru untuk lebih mengenjot ekspor perikanan.

"Ekspor hasil perikanan via Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya sekitar 35 persen hingga 37 persen dari total nilai ekspor hasil perikanan kita per tahun. Khususnya bagi kawasan timur Indonesia dan wilayah Sulawesi dan Kalimantan, perbaikan pelayanan di pelabuhan Teluk Lamong akan meningkatkan daya saing ekspor," ujarnya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (25/5/2015).

Menurut Saut, pengembangan Teluk Lamong merupakan bagian dari rencana pengembangan Tol Laut dan konektivitas laut nasional. Berdasarkan data P2HP KKP, ekspor hasil perikanan pada 2014 mencapai 1,27 juta ton dengan nilai US$ 4,64 miliar. Sementara target ekspor sepanjang 2015 ini adalah 1,42 juta ton senilai US$ 5,60 miliar.

"Tentu perlu percepatan pengembangan Tol Laut agar secara nasional daya saing meningkat. Khusus di bidang kelautan dan perikanan, maka perlu juga percepatan pengembangan Sistem Logistik Ikan Nasional (SLIN) memanfaatkan Tol Laut sebagai tulang punggung transportasi laut," lanjutnya.

Saut juga mengungkapkan, TPI Teluk Lamong merupakan bagian dari Alur Pelayaran Barat Surabaya (APBS) yang saat ini dapat disinggahi kapal kargo besar lintas samudera.‎

"Ini kemajuan penting bahwa kapal kargo internasional dapat singgah langsung di pelabuhan Indonesia. Selama ini semua kapal kargo internasional singgah dan alih muatan ke kapal kargo lebih kecil di Singapura lalu diangkut ke Indonesia," jelasnya.

Demikian juga sebaliknya, kontainer tujuan ekspor dimuat kapal kargo dari Indonesia diangkut ke Singapura lalu dialihmuat ke kapal kargo internasional selanjutnya dibawa ke negera tujuan seperti Uni Eropa (UE) atau Amerika Serikat (AS).‎ Hal ini mengakibatkan biaya logistik dan transportasi menjadi tinggi dan daya saing bisnis rendah.

“Secara nasional, biaya logistik dan transportasi di Indonesia mencapai 27 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) nasional sementara di negara maju dan Singapura di bawah 10 persen dan di beberapa negara ASEAN lain seperti Thailand, Malaysia hanya sekitar 12 persen hingga 13 persen dari PDB," katanya.

Jika TPK Teluk Lamong beroperasi dengan baik, lanjut Saut, biaya logistik laut dapat turun signifikan. Jika logistik darat-laut dan pelabuhan terintegrasi maka biaya logistik dapat turun sampai 50 persen. Jika ini tercapai, maka daya saing logistik Indonesia sejajar dengan negara ASEAN di luar Singapura.

Perkembangan ini, dalam pandangan Saut, sangat positif bagi peningkatan ekspor. Harga produk perikanan Indonesia akan dapat lebih bersaing dari sisi harga. Selama ini, ekspor produk perikanan kita masih kuat terutama karena pasokan, mutu dan ‎pemenuhan syarat ekspor seperti delivery service namun harga umumnya lebih tinggi.

"Dengan turunnya biaya logistik, harapan kita adalah tidak saja harga produk lebih bersaing tetapi juga keuntungan eksportir lebih tinggi dan harga jual di tingkat produsen seperti nelayan akan lebih tinggi juga," tandasnya. (Dny/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini