Sukses

Surplus Neraca Perdagangan RI Diperkirakan Hanya US$ 200 Juta

Pemerintah diminta dapat melakukan kebijakan yang cepat dan komprehensif untuk meredam ketergantungan impor barang-barang konsumsi.

Liputan6.com, Jakarta - Pengamat Ekonomi dari INDEF, Enny Sri Hartati memperkirakan Indonesia akan mencatatkan surplus neraca perdagangan sekitar US$ 100 juta-US$ 200 juta pada Maret ini. Hal ini terjadi karena masih ada tekanan berat dari impor migas dan barang-barang konsumsi.

Badan Pusat Statistik (BPS) sebelumnya menyebutkan neraca perdagangan Indonesia pada Februari 2014 surplus US$ 785,3 juta.

"Kalau impor migas mentah nggak terlalu banyak, neraca perdagangan bisa surplus US$ 100 juta-US$ 200 juta. Tapi kalau impor olahan minyak masih tinggi, maka susah untuk surplus," cetus Enny saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Jumat (2/5/2014).

Di sisi lain, dia menyoroti permintaan barang-barang konsumsi seperti produk ponsel dan mainan masih cukup tinggi, sehingga Indonesia kesulitan untuk meredam impor produk-produk tersebut.

"Selama permintaan tinggi dan produk kita kurang kompetitif, maka susah nekan impor ponsel meskipun mau dikenakan pajak barang mewah. Yang ada impor ilegal justru marak," ujarnya.

Enny mengimbau agar pemerintah dapat melakukan kebijakan yang cepat dan komprehensif untuk meredam ketergantungan impor barang-barang konsumsi. Caranya melalui peningkatan produksi dalam negeri.

"Makanya pemerintah harus mendorong investasi, misal untuk produk ponsel supaya bisa mencegah impor ilegal. Berikan insentif, jangan sampai kayak kasus BlackBerry di mana permintaan produknya tinggi di Indonesia tapi malah bikin pabrik di Malaysia," tegas dia.

Rencananya pada hari ini BPS akan kembali mengumumkan neraca perdagangan dan tingkat Inflasi di Indonesia.(Fik/Nrm)

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.