Ciputra Development Cetak Prapenjualan Tertinggi, Begini Rekomendasi Saham CTRA

Equity Research Analyst Kiwoom Sekuritas Vicky Rosalinda mengatakan, prapenjualan atau marketing sales CTRA mencatatkan sales tertinggi senilai Rp 10,2 triliun sepanjang 2023.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 16 Jan 2024, 20:19 WIB
PT Ciputra Development Tbk (CTRA) membukukan prapenjualan atau marketing sales tertinggi senilai Rp 10,2 triliun sepanjang 2023. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - PT Ciputra Development Tbk (CTRA) membukukan prapenjualan atau marketing sales tertinggi senilai Rp 10,2 triliun sepanjang 2023. Lantas, bagaimana prospek saham CTRA pada 2024?

Equity Research Analyst Kiwoom Sekuritas Vicky Rosalinda mengatakan, prapenjualan atau marketing sales CTRA mencatatkan sales tertinggi senilai Rp 10,2 triliun sepanjang 2023. Raihan tersebut tumbuh 24% secara year on year (YoY) dan mencapai target 105% dari target prapenjualan yaitu Rp 9,8 triliun. 

Dengan program insentif PPN yang kembali dilaksanakan sejak November kemarin berkontribusi menunjang pertumbuhan dengan menyumbangkan marketing sales sebesar Rp 769 miliar. Terlebih, suku bunga hipotek tetap menguntungkan dengan konsisten sepanjang 2023 dan hipotek terus menjadi metode pembayaran utama bagi pelanggan. 

"Dengan begitu, prospek saham CTRA untuk tahun 2024 diprediksi masih akan positif," kata Vicky saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (16/1/2024).

Ia melanjutkan, terdapat sejumlah faktor pendukung bagi saham CTRA di antaranya adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia yang akan diprediksi akan mencapai 5,3%-5,7% pada 2024, pertumbuhan ekonomi yang positif dapat mendorong permintaan terhadap properti. Selain itu, program Pemerintah dalam kebijakan PPN pembelian rumah akan mendorong sektor properti bertumbuh pada tahun ini.

Meski demikian, investor tetap perlu memperhatikan sejumlah sentimen yang dapat mempengaruhi saham CTRA, yaitukebijakan Pemerintah yang baru nanti setelah pemilihan umum (pemilu), ketidakpastian politik, dan kondisi pasar keuangan global.

Namun, ia melihat insentif PPN DTP yang diberikan oleh Pemerintah akan membantu mendorong penjualan stok-stok rumah yang sudah ready dan siap dilakukan perjanjian serah terima kepada konsumen. Selain itu suku bunga acuan yang diperkirakan melandai akan menjadi pendukung bagi emiten Ciputra Development dalam meraih penjualan pada 2024.

Bagi para investor, ia merekomendasikan beli saham CTRA dengan target harga Rp 1.405 per saham.

 

 

 

2 dari 4 halaman

Rekomendasi Saham

Pengunjung melintas di papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta, Rabu (15/4/2020). Pergerakan IHSG berakhir turun tajam 1,71% atau 80,59 poin ke level 4.625,9 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sementara itu, Analis NH Korindo Sekuritas Indonesia Axell Ebenhaezer menuturkan, Ciputra Development memang sedang banyak melakukan peluncuran proyek menarik. Jadi, tidak heran apabila angka prapenjualan yang diraih sangat tinggi. 

"Pada 2024 CTRA bisa mencetak kinerja yang sama atau mungkin lebih baik lagi, terutama jika sentimen penurunan suku bunga benar terjadi," kata Axell. 

Menurut ia, harga saham CTRA sudah naik cukup banyak dan masih ada potensi terus menanjak lagi. Dengan begitu, ia menyarankan agar investor hold saham CTRA secara jangka panjang dengan target harga Rp 1.500 pada 2024.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

3 dari 4 halaman

Katalis Positif Ini Bakal Topang Sektor Saham Properti pada 2024

Layar yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat acara Penutupan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2022 di Jakarta, Jumat (30/12/2022). PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada 59 perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) atau pencatatan saham sepanjang 2022. Pada penutupan perdagangan akhir tahun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup lesu 0,14% atau 9,46 poin menjadi 6.850,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya diberitakan, sektor properti diyakini memiliki prospek yang cerah pada 2024. Ini mengingat, katalis positif yang menjadi bahan bakar pertumbuhan sektor tersebut.

Analis NH Korindo Sekuritas Indonesia Axell Ebenhaezer menuturkan, sektor properti pada tahun depan memiliki prospek yang sangat baik. Proyeksi ini karena ada dua katalis positif yang membayanginya. 

Pertama adalah insentif PPN terbaru dari Pemerintah yang akan membuat konsumen membeli properti menjadi lebih terjangkau. Katalis kedua adalah tingginya prospek pemangkasan suku bunga the Fed dan juga suku bunga Bank Indonesia. 

"Mayoritas pembelian properti di Indonesia menggunakan kredit, jadi menurunnya suku bunga akan mendorong penjualan,” kata Axell kepada Liputan6.com, ditulis Senin (1/1/2024). 

Menurut ia, masih ada saham emiten properti yang bisa dicermati oleh investor, yakni saham SMRA. Sebab, harga saham masih relatif cukup murah, dan mereka memiliki banyak proyek pengembangan menarik, terutama di Serpong, Bogor, dan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara. Terkait dengan target harga sahamnya terdekat di level Rp 725 per saham. 

Sementara itu, Head Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi melihat tren properti untuk tahun depan masih akan tumbuh positif seiring dengan berlanjutnya insentif PPN dari Pemerintah serta potensi pengetatan kebijakan suku bunga akan berakhir pada akhir kuartal I 2024.

"Tantangannya adalah jika pelemahan daya beli masyarakat Indonesia terjadi akibat dari suku bunga yang tertahan di level tertinggi sejak 2018 tersebut akan lebih panjang dari perkiraan pasar,” kata Audi. 

Hingga kuartal II 2023 sektor real estate masih menunjukkan penurunan sebesar 12,3% year on year (YoY). Meski demikian, berdasarkan data dari Menko Perekonomian menunjukkan sektor perumahan dan konstruksi berkontribusi sebesar 14%-16% terhadap PDB Indonesia. 

 

 

4 dari 4 halaman

Efek Insentif PPN

Karyawan melintasi layar yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat acara Penutupan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2022 di Jakarta, Jumat (30/12/2022). PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada 59 perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) atau pencatatan saham sepanjang 2022. Pada penutupan perdagangan akhir tahun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup lesu 0,14% atau 9,46 poin menjadi 6.850,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Di samping itu, ia juga menjelaskan, efek insentif PPN dari pemerintah akan memberikan dampak positif bagi emiten properti. Ia pun menilai insentif Pemerintah akan dapat mendongkrak permintaan

"Kami melihat dampaknya akan positif untuk menggairahkan permintaan properti di tengah kondisi pengetatan kebijakan moneter bank sentral,” ujar dia. 

Dengan demikian, sektor properti ini bakal dibayangi sentimen positif. Misalnya dari angka backlog yang masih besar sebanyak 9,9 juta unit meski telah alami penurunan sepanjang 2023 akan menjadi penopang pada masa depan. Terlebih, untuk 2024 dengan kebijakan moneter yang diperkirakan akan lebih longgar akan memberikan ruang pertumbuhan yang lebih besar.

Bagi investor, ia merekomendasikan beli saham BSDE dengan target harga Rp 1.650 per saham dan beli saham CTRA dengan harga saham Rp 1.470 per saham. 

Infografis Ekonomi RI Jauh Lebih Baik dari Negara Lain (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya