DBD hingga Malaria Menghantui Pakistan Pasca Bencana Banjir

Berbagai masalah kesehatan muncul di Pakistan pasca bencana banjir bandang.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 15 Sep 2022, 10:38 WIB
Korban banjir beristirahat setelah hujan deras di sebuah kamp di Hyderabad, Pakistan, Selasa (6/9/2022). Di Pakistan yang dilanda banjir di mana hujan muson lebat yang belum pernah terjadi sebelumnya telah menewaskan ratusan orang, hujan sekarang mengancam situs arkeologi kuno yang berasal dari 4.500 tahun yang lalu, kata kepala pejabat situs itu pada Selasa. (AP Photo/Pervez Masih)

Liputan6.com, Islamabad - Para pejabat kesehatan Pakistan memperingatkan krisis kesehatan yang mengancam di negara itu setelah banjir besar baru-baru ini.

Dilansir BBC, Kamis (15/9/2022), tiga puluh tiga juta orang telah terkena dampak banjir, yang telah menewaskan hampir 1.500 orang sejak pertengahan Juni.

Ketika upaya penyelamatan dan evakuasi berlanjut di beberapa bagian negara itu, para ahli kesehatan melaporkan lonjakan demam berdarah, malaria, dan infeksi lambung yang parah.Banyak pengungsi yang tinggal di dekat genangan air. 

Demam berdarah sudah merenggut nyawa dan kasus meningkat dari hari ke hari.

Sekitar 3.830 kasus demam berdarah telah dilaporkan oleh pejabat kesehatan di provinsi Sindh selatan, dengan setidaknya sembilan kematian, tetapi ada kekhawatiran ini mungkin perkiraan konservatif.

"Secara keseluruhan situasi di Sindh sangat buruk, kami mengorganisir kamp medis di seluruh provinsi. Sebagian besar kasus yang kami lihat sekarang adalah pasien demam berdarah diikuti oleh malaria," Dr Abdul Ghafoor Shoro, sekretaris jenderal Asosiasi Medis Pakistan , kepada BBC. 

"Beban DBD sama di seluruh provinsi dan meningkat setiap hari. Saat kami periksa ke laboratorium, kasus suspek sekitar 80% dari tes yang dilakukan."

Dr Shoro, yang telah merawat sejumlah pasien demam berdarah di rumah sakit Agha Khan di Karachi, khawatir situasinya hanya akan memburuk dalam beberapa minggu mendatang.

2 dari 4 halaman

Warga Masih Mengungsi

Pemandangan dari udara ini menunjukkan daerah pemukiman yang banjir setelah hujan lebat di provinsi Balochistan (29/8/2022). Jumlah korban tewas akibat banjir monsun di Pakistan sejak Juni telah mencapai 1.136, menurut angka yang dirilis pada 29 Agustus oleh Otoritas Manajemen Bencana Nasional negara itu. (AFP/Fida Hussain)

Sudah lebih dari dua bulan sejak banjir mulai, namun di seluruh Pakistan, ribuan desa masih terendam, membuat banyak keluarga mengungsi.

Dengan jalan di banyak komunitas terpencil yang masih tidak dapat digunakan karena kerusakan air, beberapa komunitas terpaksa mengandalkan mobil van untuk perawatan kesehatan mereka, tetapi jumlahnya sedikit dan jarang.

Muna Sajjad telah membawa anaknya yang berusia satu tahun, Sakina, ke klinik keliling dekat Sehwan di provinsi Sindh, berharap dia akhirnya mendapatkan perawatan medis.

Sakina tidak sehat selama beberapa hari dengan infeksi lambung. Ibunya memeluknya erat-erat ke dadanya untuk mencoba menenangkannya, tetapi Sakina tidak berhenti menangis - dia mengalami dehidrasi, muntah, dan kesakitan. 

“Dua anak saya tidak sehat, saya tidak punya uang untuk merawat mereka, saya kehilangan segalanya karena banjir,” kata Muna. 

"Jika saya tidak sampai ke klinik, saya yakin Sakina akan mati. Kami tidak punya makanan bahkan untuk memberi makan diri kami sendiri dan anak-anak kami yang sakit."

3 dari 4 halaman

Korban Banjir Pakistan Terus Bertambah

Korban banjir saat menerima bantuan Yayasan Edhi di Distrik Ghotki, Sindh Pakistan, Rabu (7/9/2022). Akses ke air bersih adalah masalah terbesar bagi mereka yang mencoba mencari makanan dan tempat tinggal. (AP Photo/Fareed Khan)

Korban banjir besar di Pakistan masih butuh bantuan internasional sebagaimana korban meninggal masih terus bertambah dan jutaan orang terdampak. Kondisi ekonomi Pakistan saat ini juga sedang sulit.

Pemerintah Pakistan berkata perubahan iklim menjadi pemicu bencana alam tersebut.

Hujan dimulai lebih dini tahun ini — pada pertengahan Juni — dan menyapu seluruh desa, jembatan, dan jalan, menyebabkan ratusan ribu orang kehilangan tempat tinggal. Pada satu titik, sepertiga wilayah negara itu terendam air.

Pihak berwenang mengatakan jumlah korban tewas secara keseluruhan, Selasa mencapai 1.481, dengan 54 orang lainnya meninggal akibat banjir terkait hujan dalam 24 jam terakhir. Sebagian besar kematian tersebut terjadi di provinsi Sindh yang dilanda bencana. Para ahli mengatakan perubahan iklim menjadi penyebab sebagian besar dari banjir terburuk dalam beberapa tahun terakhir.

4 dari 4 halaman

Hujan Terus Terjadi

Tentara membagikan makanan dan barang-barang lainnya kepada orang-orang terlantar di sebuah kamp bantuan di daerah yang dilanda banjir di distrik Jamshoro, di Pakistan selatan, Rabu (24/8/2022). Hujan deras telah memicu banjir bandang dan mendatangkan malapetaka di banyak tempat. (AP Photo/Pervez Masih)

Sherry Rehman, Menteri Perubahan Iklim Pakistan, memperingatkan bahwa hujan, yang mereda akhir bulan lalu kembali melanda minggu ini, dan diperkirakan akan terus melanda sebagian besar negara itu dalam beberapa minggu mendatang.

Rehman juga mengungkapkan kekhawatiran hujan akan menghambat operasi penyelamatan dan bantuan yang sedang berlangsung di daerah yang dilanda banjir, akibat sungai yang meluap, gletser yang mencair dengan cepat, dan banjir. Bencana ini telah mempengaruhi 33 juta orang.

Sejauh ini, tim penyelamat telah mengevakuasi 179.281 orang dari daerah Pakistan yang dilanda banjir. 

Infografis 5 Tips Kuatkan Daya Tahan Mental agar Tubuh Lebih Sehat Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya