Amazon Beli Perusahaan Robot Vacuum iRobot Senilai Rp 25 Triliun

Amazon telah mengakuisisi iRobot, pencipta penyedot debu robot bernama Roomba, senilai Rp 25 triliun.

oleh Iskandar diperbarui 06 Agu 2022, 14:00 WIB
Braava Jet, robot otomatis pembersih kamar mandi dan dapur (sumber: irobot.com)

Liputan6.com, Jakarta - Amazon memperluas lini bisnis perusahaan dengan terjun ke pasar robot rumah tangga. Perusahaan mengumumkan telah mengakuisisi iRobot, pencipta penyedot debu robot bernama Roomba.

Pembelian tersebut bernilai US$ 1,7 miliar atau sekitar Rp 25 triliun dalam bentuk tunai dan akan mempertahankan Colin Angle sebagai CEO iRobot.

Kedua perusahaan belum mengungkap kapan kesepakatan itu akan diselesaikan secara penuh. Namun, hal itu tergantung pada persetujuan pemegang saham dan regulator iRobot.

Dalam mengumumkan kesepakatan itu, Amazon tidak menguraikan rencana ke depannya. Wakil Presiden Senior Amazon Devices, Dave Limp, berfokus pada kemampuan iRobot untuk "menemukan kembali cara orang membersihkan," dan mengatakan berharap perusahaan dapat menciptakan produk baru.

Angle mengatakan Amazon berbagi "gairah" iRobot untuk produk rumah yang inovatif dan merasa bahwa raksasa teknologi itu memiliki visi yang sama.

Untuk diketahui, iRobot didirikan pada tahun 1990 oleh para peneliti MIT, dan awalnya berfokus pada robot militer seperti PackBot.

Ketika meluncurkan Roomba pertama pada tahun 2002, robot vacuum itu dengan cepat menjadi populer dan mengantongi penjualanhingga satu juta unit pada tahun 2004.

Perusahaan memperluas jajarannya untuk memasukkan produk seperti robot pel (Braava), dan kemudian menjual bisnis militernya pada tahun 2016.

Belakangan, iRobot membukukan kerugian pada kuartal terakhir, di mana pendapatan dan cadangan kasnya menyusut.

Penyebabnya adalah pertumbuhan yang lebih lambat karena dampak inflasi dan berkurangnya permintaan pelanggan setelah invasi Rusia ke Ukraina.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 5 halaman

Jeff Bezos Angkat Suara Terkait Inflasi Amerika Serikat

CEO Amazon Jeff Bezos berbicara kepada media tentang upaya keberlanjutan perusahaan di Washington, Amerika Serikat, 19 September 2019. Jeff Bezos mengajak agar staf Amazon tidak takut berinovasi. (ERIC BARADAT/AFP)

Pendiri Amazon, Jeff Bezos angkat bicara soal inflasi yang terjadi di Amerika Serikat (AS). Jeff Bezos menilai kondisi tersebut memiliki dampak paling besar untuk masyarakat miskin.

Ini merupakan kritik kedua Bezos terhadap Presiden Joe Biden dalam sepekan mengenai inflasi. "Faktanya, pemerintah berusaha keras untuk menyuntikkan lebih banyak stimulus ke dalam ekonomi inflasi yang sudah terlalu panas," tulis Bezos di Twitter, dikutip dari laman CNBC, Senin (16/5/2022).

"Inflasi adalah pajak regresif yang paling merugikan orang yang paling tidak kaya. Penyesatan tidak membantu negara,” imbuhnya.

Komentar dari Bezos merupakan tanggapan atas utas di mana Presiden Joe Biden mengklaim AS berada di jalur untuk melihat penurunan defisit tahunan terbesar yang pernah ada, dengan total USD 1,5 triliun.

Pada Jumat pekan lalu Bezos melalui twitter mengomentari pernyataan Biden, pengenaan pajak kepada perusahaan kaya dapat membantu menurunkan inflasi.

Biden tidak secara eksplisit menyebutkan nama Amazon, meskipun ia sebelumnya telah mengomentari catatan pajak raksasa e-commerce itu.

"Menaikkan pajak perusahaan baik-baik saja untuk didiskusikan.Menjinakkan inflasi sangat penting untuk didiskusikan. Menyatukannya hanyalah penyesatan,” tulis Bezos.

Komentar dari Biden dan Bezos datang ketika inflasi di Amerika Serikat mendekati level tertinggi selama 40 tahun. Sementara The Fed berupaya menaikkan suku bunga untuk memerangi masalah tersebut.

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 5 halaman

Amazon Rugi hingga Rp 55 Triliun pada Kuartal I 2022

Jeff Bezos (AP Photo/Ted S. Warren, File)

Sebelumnya, saham Amazon anjlok sekitar 12 persen setelah perusahaan itu mencatat kerugian pada Maret 2022 atau pada kuartal pertama tahun ini. 

Dikutip dari CNN Business, Senin, 2 Mei 2022 raksasa e-commerce yang didirikan orang terkaya kedua di dunia, Jeff Bezos, merugi hingga USD 3,8 miliar atau setara Rp 55,1 triliun (kurs rupiah 14.400 per dolar AS).

Diketahui, kerugian Amazon sebagian besar dari investasinya di perusahaan pembuat mobil listrik Rivian Automotive, sebesar USD 7,6 miliar. 

Pada tahun 2019, Amazon menginvestasikan USD 700 juta atau Rp 10,1 triliun di Rivian dan sahamnya anjlok lebih dari 75 persen sejak IPO yang dilakukan pada November 2021.

Kerugian yang dihadapi Amazon juga terjadi sehari setelah Ford, yang juga investor di Rivian, menarik dana sebelum pajak sebesar USD 5,4 miliar terkait dari investasinya. Ini mengakibatkan Ford mengalami kerugian hingga USD 3,1 miliar Rp 44,64 triliun di kuartal pertama.

Selain sahamnya yang anjlok, dampak pandemi Covid-19 dan konflik Rusia-Ukraina juga menjadi tantangan dalam bisnis Amazon.

"Pandemi dan perang di Ukraina telah membawa pertumbuhan dan tantangan yang tidak biasa," kata CEO Amazon Andy Jassy. 

"Saat ini, karena kami tidak lagi mengejar kapasitas fisik atau staf, tim kami benar-benar fokus pada peningkatan produktivitas dan efisiensi biaya di seluruh jaringan pemenuhan kami, lanjut dia.

"Ini mungkin memakan waktu, terutama karena kami bekerja dengan tekanan inflasi dan rantai pasokan yang sedang berlangsung, tetapi kami melihat kemajuan yang menggembirakan pada sejumlah dimensi pengalaman pelanggan," tambahnya.

4 dari 5 halaman

Amazon Pangkas Cuti Berbayar bagi Karyawan yang Kena COVID-19

Alex Crook mengambil gambar kantor Amazon bernuansa hutan hujan yang baru, The Spheres, di Seattle, Senin (29/1). Di dalamnya dibuat seperti taman besar dengan ruang-ruang terbuka, sehingga tidak ada ruang konferensi yang tertutup. (AP/Ted S. Warren)

Amazon sempat memotong cuti berbayar untuk karyawan front-line AS yang dites positif COVID-19. Hal tersebut efektif Senin, 2 Mei 2022.

Semua karyawan Amazon yang berbasis di Amerika Serikat (AS) yang dites positif COVID-19 sekarang akan mendapatkan cuti dan tidak dibayar hingga lima hari, kata manajemen Amazon kepada para karyawan dalam pemberitahuan yang dikirim pada Sabtu.

Seorang juru bicara mengatakan kepada CNBC pekerja masih dapat menggunakan waktu sakit mereka jika diperlukan.

Dalam pemberitahuan pada Sabtu, Amazon menambahkan, karyawan yang menunggu hasil tes COVID-19 tidak lagi memiliki cuti karena tes cepat sekarang tersedia secara luas.

Raksasa e-commerce tersebut perlahan-lahan menarik kembali kebijakan COVID-19 nya karena vaksin menjadi lebih banyak tersedia dan pusat pengendalian serta pencegahan penyakit mengubah panduannya.

Perusahaan awalnya menawarkan cuti berbayar hingga dua minggu untuk setiap karyawan yang didiagnosis dengan COVID-19 atau ditempatkan di karantina. Pada Januari, perusahaan mengurangi waktu cuti berbayar menjadi satu minggu, atau hingga 40 jam.

5 dari 5 halaman

Infografis Era Teknologi 5G di Indonesia

Infografis Era Teknologi 5G di Indonesia (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya