Misi Damaikan Ukraina dan Rusia, Jokowi Dianggap Layak Dapat Nobel Perdamaian

Misi besar Presiden Jokowi mengupayakan perdamaian antara Ukraina dan Rusia dianggap patut mendapatkan apresiasi tinggi dari dunia internasional. Jokowi bahkan dianggap layak mendapat Nobel Perdamaian.

oleh Liputan6.com diperbarui 03 Jul 2022, 21:03 WIB
Presiden Joko Widodo (kiri) berjabat tangan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) usai menyampaikan pernyataan bersama di Istana Kremlin, Moskow, Rusia, Kamis (30/6/2022). Presiden menyatakan siap menjadi jembatan komunikasi antara Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dan Presiden Rusia Vladimir Putin agar kedua pihak mencapai perdamaian. (FOTO: Biro Pers Sekretariat Presiden)

Liputan6.com, Jakarta - Misi besar Presiden Joko Widodo atau Jokowi dengan berupaya penuh mendamaikan Rusia dan Ukraina patut mendapat apresiasi dari dunia internasional. Jokowi bahkan dianggap layak mendapatkan Nobel Perdamaian.

Aktivis Kepemudaan Nasional, Chrisman Damanik mengapresiasi keputusan Jokowi mengunjungi Rusia dan Ukraina. Menurut dia, upaya yang sudah dilakukan Jokowi dalam menciptakan perdamaian dunia pantas mendapat pengakuan tinggi.

Dia menilai pengakuan yang diberikan dimaksudkan untuk menghargai kerja keras Jokowi dalam membantu meredam konflik Rusia dan Ukraina. dengan tujuan menghapus peperangan dan membawa ketenteraman dunia.

"Tentu harus kita dukung dan kita apresiasi, tentu saja berharap supaya tidak hanya wacana. Pak Jokowi dapat diberikan Nobel Perdamaian atas apa yang telah beliau lakukan," ujar Chrisman dalam keterangan tertulisnya, Minggu (3/7/2022).

Ketua Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) periode 2015-2017 ini mengakui kerja nyata Jokowi begitu terlihat dan dapat dirasakan oleh masyarakat dunia.

Menurut dia, Jokowi benar-benar membawa pesan perdamaian dari dalam hati. Sikap Jokowi mengunjungi Rusia dan Ukraina tidak didasari oleh kepentingan apapun, melainkan tulus untuk mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan dan kebaikan sesama.

"Presiden Jokowi juga telah membawa Indonesia ke mata dunia global yang menunjukkan Indonesia sangat menginginkan perdamaian di atas dunia," tutur Chrisman.

Lebih dari itu, dia menilai langkah Jokowi untuk menciptakan perdamaian dunia ini merupakan bentuk perwujudan mengamalkan amanat konstitusi yang begitu dipegang teguh bangsa Indonesia, yakni UUD 1945.

"Kunjungan Jokowi ke Ukraina dan Rusia untuk bertemu dengan kedua presiden tersebut harus kita apresiasi karena melaksanakan amanat dalam pembukaan UUD 1945," kata Chrisman menandaskan.

2 dari 2 halaman

Jokowi Dianggap Sukses Bawa Misi Perdamaian Rusia-Ukraina

Presiden Joko Widodo atau Jokowi (kanan) disambut oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy (kiri) saat tiba di Istana Maryinsky, Kiev, Ukraina, Rabu (29/6/2022). Turut mendampingi Presiden Jokowi yaitu Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Sekretaris Kabinet Pramono Anung. (Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden)

Sebelumnya diberitakan, misi perdamaian yang dibawa Presiden RI Joko Widodo ke Ukraina dan Rusia disebut sukses. Hal ini disampaikan oleh Pengamat hubungan international sekaligus pendiri Synergy Policies, Dinna Prapto Raharja.

Menurut Dinna Prapto Raharja, sukses saat dilihat dari bagaimana Presiden Jokowi diterima oleh Volodymyr Zelensky dan Vladimir Putin.

"Ya, sukses dilihat dari penerimaan dari Zelensky dan Vladimir Putin yang aman, sangat positif dan penuh gesture hormat pada Presiden Jokowi, kata Dinna saat dihubungi Liputan6.com, Jumat (1/7/2022).

"Pesan damai tersampaikan, permintaan Indonesia soal pangan dan energi diterima. Kemungkinan besar kecuali ada dinamika lain dari G7, Ukraina dan Rusia akan hadir di G20 summit."

Dinna turut menyebut bahwa tugas Indonesia setelah pertemuan dengan pemimpin Ukraina dan Rusia adalah upaya untuk menciptkan kembali perdamaian dengan negara-negara di kawasan.

"Joko Widodo merapatkan barisan pendukung perdamaian dan multilateral approach to war di kawasan dan di tingkat global, termasuk dengan negara-negara nonblok."

Dalam pernyataan pers-nya usai bertemu dengan Zelensky maupun Putin, Jokowi tidak menyebutkan permintaan soal gencatan senjata. Apakah gencatan senjata masih dari kata jauh?

Dinna Prapto Raharja menjawab bahwa tidak disebutnya pada media bukan berarti tidak diangkat.

"Dalam situasi saat ini, penuh ketegangan dan ketidakpastian, Presiden Joko Widodo kemungkinan besar menghindar dari megaphone diplomacy (diplomasi yang mengungkap segala detil ke media demi menekan negara-negara lain) agar hasilnya lebih positif dan dialog damai dibuka dahulu."

"Lagipula sumber masalahnya bukan Rusia vs Ukraina, ada masalah NATO, EU, US-NATO juga."

Infografis Ragam Tanggapan Kunjungan Jokowi ke Ukraina dan Rusia. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya