IPO, Cerestar Indonesia Bidik Dana Maksimal Rp 315 Miliar

PT Cerestar Indonesia Tbk akan melakukan IPO sebanyak-banyaknya 1,5 miliar saham biasa.

oleh Agustina Melani diperbarui 18 Jun 2022, 15:54 WIB
Pengunjung melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (30/12/2020). Pada penutupan akhir tahun, IHSG ditutup melemah 0,95 persen ke level 5.979,07. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - PT Cerestar Indonesia Tbk, perusahaan bergerak di usaha industri tepung dan perdagangan serealia akan menggelar penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO).

Mengutip laman e-ipo.co.id, Sabtu (18/6/2022), PT Cerestar Indonesia Tbk akan melakukan IPO sebanyak-banyaknya 1,5 miliar saham biasa. Jumlah saham yang ditawarkan itu sebanyak-banyaknya 18,87 persen dari jumlah seluruh modal disetor setelah IPO dengan nilai nominal Rp 100 per saham. Perseroan menawarkan harga perdana di kisaran Rp 200-Rp 210 per saham.

Dengan demikian, Cerestar Indonesia akan meraih dana IPO maksimal Rp 315 miliar.Perseroan akan memakai dana IPO antara lain sekitar 46,67 persen akan digunakan sebagai setoran modal kepada perusahaan yaitu PT Harvestar Flour Mills. Setoran modal digunakan untuk pengembangan bisnis yaitu belanja modal untuk pengembangan dan peningkatan kapasitas pabrik.

Kemudian sekitar 20 persen untuk pembelian tanah di kawasan industri Gresik untuk pembangunan fasilitas warehouse.

Sekitar 33,33 persen digunakan untuk setoran modal kepada perusahaan anak PT Agristar Grain Industry yang selanjutnya digunakan untuk pengembangan bisnis yaitu belanja modal untuk pembangunan fasilitas warehouse dan packing facility di Cilegon.

Untuk melaksanakan aksi korporasi ini, perseroan telah menunjuk PT Semesta Indovest Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek.

Setelah IPO, pemegang saham perseroan antara lain PT Sunterra Indonesia sebesar 81,12 persen, Hondro Widjaja sebesar 0,0004 persen dan masyarakat 18,87 persen. Sebelum IPO, pemegang saham perseroan antara lain PT Sunterra Indonesia sebesar 99,99 persen dan Hondro Widjaja sebesar 0,0005 persen.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Jadwal IPO

Karyawan berjalan di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/1/2021). Indeks acuan bursa nasional tersebut turun 96 poin atau 1,5 persen ke 6.317,864. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Adapun perseroan berencana membayarkan dividen kepada pemegang saham perseroan pada 2023 maksimal 20 persen dari laba bersih 2022. Pembagian dividen itu dengan tidak mengabaikan tingkat kesehatan keuangan perseroan.

Berikut jadwal IPO perseroan:

-Masa penawaran awal pada 17-23 Juni 2022

-Perkiraan tanggal efektif pada 29 Juni 2022

-Perkiraan masa penawaran umum pada 1-5 Juli 2022

-Perkiraan tanggal penjatahan pada 5 Juli 2022

-Perkiraan tanggal distribusi saham pada 6 Juli 2022

-Perkiraan tanggal pengembalian uang pemesanan pada 6 Juli 2022

-Perkiraan tanggal pencatatan saham pada 7 Juli 2022

 

3 dari 4 halaman

BEI Kantongi IPO 43 Perusahaan, Mayoritas Sektor Konsumer Nonsiklikal

Seorang pria mengambil gambar layar yang menampilkan informasi pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (8/6/2020). Seiring berjalannya perdangan, penguatan IHSG terus bertambah tebal hingga nyaris mencapai 1,50 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mengantongi 43 perusahaan dalam proses pencatatan saham di BEI hingga 6 Juni 2022. Total dana yang akan dihimpun dari 43 perusahaan itu Rp 14,1 triliun.

“Sampai dengan 6 Juni 2022, terdapat 43 perusahaan yang berada dalam pipeline pencatatan saham BEI dengan total dana yang direncanakan sebesar Rp 14,1 triliun,” ujar Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna, kepada wartawan, Senin (6/6/2022).

Adapun rincian sektor perusahaan yang proses penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) antara lain:

-Tiga perusahaan dari sektor basic materials

-Tiga perusahaan dari sektor industrials

-Empat perusahaan dari sektor transportasi dan logistik

-Sembilan perusahaan dari sektor konsumer non siklikal

-Delapan perusahaan dari sektor konsumer siklikal

-Dua perusahaan dari sektor teknologi

-Dua perusahaan dari sektor healthcare

-Tiga perusahaan dari sektor energi

-Empat perusahaan dari sektor properti dan real estate

-Lima dari sektor infrastruktur

Selain itu, BEI mencatat pipeline rights issue terdapat 33 perusahaan yang akan melakukan aksi korporasi itu hingga 3 Juni 2022. Perkiraan dana yang akan dihimpun dari rights issue mencapai Rp 25,2 triliun.

Kemudian pada pipeline pencatatan efek bersifat utang dan sukuk terdapat 36 emisi yang akan diterbitkan oleh 30 perusahaan dengan perkiraan total dana yang akan dihimpun Rp 44,9 triliun.

 

 

4 dari 4 halaman

Penerbitan Surat Utang

Pekerja melintas di dekat layar digital pergerakan saham di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (14/10/2020). Pada pembukaan perdagangan pukul 09.00 WIB, IHSG masih naik, namun tak lama kemudian, IHSG melemah 2,3 poin atau 0,05 persen ke level 5.130, 18. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Untuk sektor-sektor perusahaan yang berada dalam pipeline pencatatan Efek Bersifat Utang dan Sukuk adalah sebagai berikut :

- 17 Perusahaan dari sektor Financials

- 3 Perusahaan dari sektor Infrastructures

- 1 Perusahaan dari sektor Consumer Non-Cyclicals

- 2 Perusahaan dari sektor Properties & Real Estate

- 3 Perusahaan dari sektor Industrials

- 2 Perusahaan dari sektor Basic Materials

- 1 Perusahaan dari sektor Transportation & Logistic

- 1 Perusahaan dari sektor Energy

Nyoman menilai, minat perusahaan yang berencana menghimpun dana dari pasar modal masih kondusif. Ini ditunjukkan dari data pipeline yang akan dicatatkan di BEI baik saham, efek bersifat utang dan sukuk.

Hingga 3 Juni 2022, jumlah perusahaan maupun nilai fundraising yang berada pada pipeline pencatatan saham, efek bersifat utang dan sukuk meningkat secara rata-rata sekitar 50 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

“Berdasarkan catatan kami pada 3 Juni 2022, jumlah perusahaan yang berada pada pipeline pencatatan saham merupakan yang tertinggi dalam tiga tahun terakhir,” ujar dia.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya