Belajar Al-Quran Bantu Anak Disabilitas Aktif Mengeluarkan Suara dan Melatih Jaga Emosi

Ketua Umum Yayasan Ananda Mutiara Indonesia (Y-AMI) Yenni Darmawanti mengatakan bahwa belajar Al-Quran sangat penting bagi anak-anak penyandang disabilitas.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 18 Apr 2022, 11:01 WIB
Anak penyandang disabilitas belajar membaca Al-Quran. Foto: Y-AMI.

Liputan6.com, Jakarta Ketua Umum Yayasan Ananda Mutiara Indonesia (Y-AMI) Yenni Darmawanti mengatakan bahwa belajar Al-Quran sangat penting bagi anak-anak penyandang disabilitas.

Pasalnya, dengan belajar membaca Al-Quran, anak-anak akan aktif mengeluarkan suara dan juga melatih emosinya dengan menghafal surat-surat pendek.

“(Belajar Al-Quran) sangat membantu ananda aktif mengeluarkan suara dan kontrol emosinya lewat hafalan surat-surat pendek,” kata Yenni kepada Disabilitas Liputan6.com melalui pesan tertulis dikutip Senin (18/4/2022).

Walau belajar Al-Quran sangat penting, tapi belum banyak tempat mengaji khusus bagi anak-anak disabilitas di Sidoarjo.

“Belum banyak tersedia fasilitas mengaji khusus difabel,” katanya.

Namun, berkat bantuan berbagai pihak, yayasan ini resmi membuka Rumah Qur'an An Nabil yang didedikasikan untuk anak-anak penyandang disabilitas.

Menurut Yenni, rumah Quran ini bangunannya sendiri dipinjamkan oleh seorang anggota untuk 15 tahun ke depan. Untuk pengajarnya, Y-AMI bekerja sama dengan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) tepatnya dari Fakultas Psikologi.

Rumah Quran ini kemudian akan rutin mengadakan pengajian dengan anak-anak spesial seminggu 3 kali.

“Kami berharap anak-anak istimewa ini berkesempatan untuk dapat mengenal Robb-nya lebih dekat dan semakin berprestasi dengan hafalan-hafalan Quran yang akan diajarkan.”

Untuk sementara, guru mengajinya ada dua orang dari Umsida dan jumlah peserta didiknya ada 7 anak berkebutuhan khusus. Seperti down syndrome, cerebral palsy, slow learner, disabilitas netra dan autisme.

2 dari 4 halaman

Menciptakan Lingkungan Inklusi

Rumah Quran untuk anak disabilitas Y-AMI

Guna menciptakan lingkungan yang inklusi, rumah Quran ini juga membuka kesempatan bagi anak-anak non disabilitas yang ingin ikut serta belajar Al-Quran.

“Iya (terbuka bagi non disabilitas) khusus untuk warga sekitar supaya terbentuk lingkungan inklusi sehingga bisa mengajarkan anak-anak reguler tentang kepedulian dengan saudara istimewanya yang juga ada ditengah-tengah mereka,” kaya Yenni.

Ia juga menambahkan, pengajaran Al-Quran bagi anak disabilitas dan non disabilitas tentu berbeda. Anak-anak disabilitas membutuhkan waktu lebih lama untuk menghafal. Di sisi lain, pengulangan hafalannya pun harus lebih sering.

“Dan harus kreatif supaya anak tidak bosan.”

Anak-anak akan belajar Al-Quran menggunakan metode wafa yakni menghafal ayat-ayat pendek dan salat 5 waktu. Mengingat ada murid disabilitas netra, maka pihak rumah Quran juga sudah menyediakan Quran braille. Sejauh ini, baru ada dua mushaf juz 1-30 dalam bentuk braille.

3 dari 4 halaman

Antusiasme Orangtua

Rumah Quran untuk anak disabilitas Y-AMI

Dibukanya rumah Quran ini disambut oleh antusiasme para orangtua. Pasalnya, jarak ke Sekolah Luar Biasa (SLB) cukup jauh dan belum ada tempat belajar gratis bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).

“Orangtua sangat antusias karena SLB cukup jauh dan belum ada tempat belajar gratis untuk ABK, sehingga warga sekitar perumahan yang mempunyai anak ABK bisa sangat terbantu dan kembali bisa belajar.”

Lebih lanjut, kegiatan ini tidak hanya dilakukan di Bulan Ramadhan, tapi akan berlangsung seterusnya.

“Jika ada CSR perusahaan atau donatur lebih kami akan buat setiap hari sehingga bisa membayar tenaga pengajar lebih banyak dan berkualitas.”

Yenni pun berharap agar rumah Quran ini semakin berkembang dan bisa memberikan nilai lebih di tengah-tengah warga.

4 dari 4 halaman

Cenderung Terabaikan

Rumah Quran untuk anak disabilitas Y-AMI

Sebelumnya, Yenni mengatakan bahwa selama ini anak-anak istimewa cenderung terabaikan dari pengajaran-pengajaran termasuk pendidikan agama.

Di sisi lain, jika pembelajaran langsung dilakukan di masjid, maka kendalanya adalah belum banyak pengajar yang siap menerima ABK untuk belajar bersama dengan anak lainnya.

Untuk itu, Yenni berharap agar Pemerintah Kabupaten Sidoarjo dan masyarakat dapat ikut membantu melancarkan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan pemberdayaan disabilitas termasuk rumah Quran.

Kabupaten ini disebut sebagai kabupaten ramah disabilitas. Namun, peran pemerintahnya tidak terlalu dirasakan oleh Y-AMI yang sering kali berjalan sendiri.

“Semoga kabupaten Sidoarjo menuju kabupaten inklusi yang sebenar-benarnya dan tidak hanya slogan peduli dari yang paling peduli tapi di lapangan sama sekali tidak ada perhatian pemkab,” katanya.

 

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya