Arif Budimanta: Jerman Bangun Ekonomi Kompetitif Berkat Badan Anti Monopoli

Pasca jatuhnya Nazi pimpinan Adolf Hitler, berbagai cara dilakukan guna mengembalikan kekuatan ekonomi Jerman.

oleh Arief Rahman Hakim diperbarui 21 Mar 2022, 09:40 WIB
Orang-orang melihat Gerbang Brandenburg yang diterangi dengan warna bendera Ukraina di Berlin, Jerman, Rabu (23/2/2022). Salah satu bangunan ikonik itu diterangi warna bendera nasional Ukraina, biru dan kuning untuk menunjukkan solidaritas selama ketegangan dengan Rusia. (AP Photo/Markus Schreiber)

Liputan6.com, Jakarta Pasca jatuhnya Nazi pimpinan Adolf Hitler, berbagai cara dilakukan guna mengembalikan kekuatan ekonomi Jerman. Salah satunya dengan menganut corak ekonomi pasar sosial.

Ini digadang jadi jalan keluar pasca ekonomi Jerman hancur akibat inflasi yang berlebihan. Kemudian, semangat desentralisasi yang dibawa corak ekonomi pasar sosial dipilih guna menutup dampak sentralisasi di bawah pengaruh masa kejayaan Nazi.

“Ekonomi pasar sosial di Jerman adalah adanya kebebasan dalam hal kepemilikan, dia melawan sentralistik. Jerman saat dipimpin Adolf Hitler itu sentralistik, terus didesentralisasi dan ada proses perencanaan dan dimonitor oleh negara,” kata Direktur Eksekutif Megawati Institute Arif Budimanta dalam diskusi virtual, Minggu (20/3/2022).

Melalui corak ekonomi ini pula, Arif menilai bertumpu pada basis kesejahteraan sosial dan ekonomi yang kompetitif. Ini pula ditopang ragam kebijakan yang dikeluarkan, pengecualian pada barang dasar, hingga pendidikan yang dijamin oleh negara.

Dalam konteks menjaga ekonomi yang kompetitif, ia menyebut di Jerman ada satu lembaga yang disebut sebagai badan anti monopoli. Ini fungsinya untuk mengawasi keadaan pasar dan ekonomi di Jerman.

“Ini sama halnya dengan KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha) di kita, fungsinya ini untuk mengawasi gak ada kartel, dan sudah sejak awal disepakati,” katanya.

Ada sejumlah hal yang menurut Arif disebut sebagai ciri khas dari ekonomi pasar sosial pada aspek ekonomi kompetitif. Yakni, adanya kalkulasi pertumbuhan ekonomi, target inflasi rendah, penciptaan lapangan kerja, serta kondisi kerja yang baik.

“Negara mengatur sedemikian rupa sehingga kerja sehat, diberikan upah layak, diberikan karir yang baik, sekaligus juga tentu tidak meninggalkan sebuah kemungkinan ketelantaran ketika bekerja setelah pensiun,” paparnya.

Pada aspek kesejahteraan sosial, ada jaminan sosial yang besar di Jerman. Melalui skema asuransi dan ada jaminan kehilangan pekerjaan yang berlaku.

“Ini yang sekarang kita coba terapkan melalui Undang-undang Cipta Kerja, di Jerman ini sudah berjalan lama dan solid sistemnya, hingga ada jaminan hari tua,” katanya.

 

2 dari 2 halaman

Strategi Ekonomi

Ilustrasi Bendera Jerman (pixabay.com)

Direktur Eksekutif Megawati Institute Arif Budimantara menyampaikan sejumlah reformasi aturan menjadi salah satu titik balik ekonomi Jerman pasca perang. Ini mengacu pada buku berjudul ‘Membangun Kembali Ekonomi Jerman’.

“Ada reformasi mendasar dalam konteks moneter dan ekonomi, dalam konteks moneter itu ada targeted inflation, inflasi harus rendah, gimana caranya itu dicari policy-nya, gimana caranya inflasi ini rendah dan mendorong daya beli masyarakat,” katanya dalam Bincang Akhir Pekan Megawati Institute, Minggu (20/3/2022).

Guna mendukung itu, ada pengecualian dalam aturan-aturan yang dibuat pemerintah saat itu. Diketahui, partai sosialis dan beberapa negara seperti Amerika Serikat, Inggris, hingga Uni Soviet punya peran dalam pembangunan corak ekonomi baru Jerman ini.

“Ada pengecualian dalam menghadapi ekonomi pasar, misanya intervensi negara terhadap produk awal batu bara dan baja,” jelas dia.

“Kita tahu batu bara ini adalah source of energy dan dibutuhkan oleh industri, jadi ini harus dikendalikan oleh negara. Baja juga dibutuhkan oleh industri dasar, mulai dari urusan panci untuk dapur sampai mobil dan kendaraan alat tempur,” terangnya.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya