Siap-Siap, Proyek KRL Bakal Diperluas ke Jawa Timur dan Bandung Raya

Kementerian Perhubungan melalui Direktorat Jenderal Perkeretaapian, berencana akan melakukan ekspansi elektrifikasi jalur kereta api KRL

oleh Tira Santia diperbarui 07 Mar 2022, 15:00 WIB
KRL Yogyakarta-Solo mulai berbayar pada 10 Februari 2021 (dok: KAI Commuter)

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Perhubungan melalui Direktorat Jenderal Perkeretaapian, berencana akan melakukan ekspansi elektrifikasi jalur kereta api KRL di kawasan aglomerasi Gerbangkertasusila (Gresik–Bangkalan–Mojokerto–Surabaya–Sidoarjo–Lamongan) di Jawa Timur dan juga Bandung Raya.

Hal itu disampaikan Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Zulfikri, dalam Diskusi Publik Refleksi dan Eksplorasi Satu Tahun Layanan KRL Yogyakarta-Solo Bersama Komunitas, Senin (7/3/2022).

“Upaya pemerintah untuk menghadirkan transportasi kereta api yang berkelanjutan tidak berhenti dengan hanya hadirnya KRL Jogja Solo saja. Ke depan Kami akan terus melakukan ekspansi elektrifikasi jalur kereta api dengan melanjutkan pekerjaan di kawasan aglomerasi lainnya di Indonesia seperti Gerbangkertasusila dan juga Bandung Raya,” kata Zulfikri.

Menurutnya, penerapan elektrifikasi jalur kereta api berguna untuk menekan penggunaan BBM dan mengakomodasi pertumbuhan mobilitas masyarakat. Atas dasar itulah Pemerintah merasa perlu untuk menghadirkan moda transportasi kereta api yang jauh lebih ramah lingkungan seperti kereta rel listrik.

Selain itu, dengan melakukan elektrifikasi jalur-jalur kereta api dan menghadirkan KRL, Kementerian Perhubungan berharap hal itu dapat meningkatkan keandalan moda transportasi.

Sehingga dengan adanya KRL dapat mendorong peningkatan kapasitas angkut, serta mempersingkat waktu tempuh perjalanan yang berujung pada peningkatan kehidupan masyarakat dan pengembangan perekonomian wilayah.

 

2 dari 2 halaman

Rute KRL Yogyakarta-Solo Diperpanjang

KRL Yogyakarta-Solo mulai berbayar pada 10 Februari 2021 (dok: KAI Commuter)

Adapun dalam waktu dekat tahun ini, pihaknya optimis elektrifikasi yang ada di wilayah aglomerasi Jogja-Solo dapat diselesaikan atau diperpanjang, yang nantinya dapat diikuti dengan pelayanan KRL sampai ke Stasiun Palur.

“Disamping itu kami juga mendorong integrasi Inter dan antar moda di stasiun Stasiun Kereta Api, khususnya stasiun yang melayani KRL Jogja Solo,” ujarnya.

Integrasi Inter dan antar moda ini dilakukan guna meningkatkan konektivitas dan aksesibilitas pelayanan KRL Jogja-Solo, sehingga dapat menjangkau masyarakat yang lebih luas. Salah satunya adalah dengan melakukan integrasi layanan di bandara internasional Adi Soemarmo dengan kereta lokal Wonogiri Purwosari yang direncanakan akan dimulai tahun ini juga.

Upaya integrasi juga menghadirkan Pembangunan Stasiun yang berorientasi Transit Oriented Development (TOD) di kawasan aglomerasi Jogja-Solo. Pembangunan Stasiun berorientasi TOD dilakukan untuk mewujudkan keterpaduan transportasi perkotaan sekaligus menyelaraskan pembangunan stasiun dengan rencana tata ruang kota.

“Dalam hal ini Pemerintah membuka ruang seluas-luasnya bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam wujud pembangunan Stasiun berorientasi TOD. Kami mungkin bisa memberikan contoh juga di kawasan Jabodetabek sudah banyak mulai dilakukan pengembangan pengembangan Stasiun TOD dengan partisipasi Para pengembang atau swasta yang ada di stasiun,” pungkasnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya