Kadin Cium Peluang Kerja Sama Mobil Listrik dan Kesehatan dengan Korea Selatan

Kadin Indonesia telah mengidentifikasi beberapa peluang kerjasama yang bisa dikembangkan lebih jauh dengan Korea Selatan, salah satunya industri mobil listrik

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 22 Feb 2022, 15:47 WIB
Teknologi fast charging pada mobil listrik BMW i8 Roadster dipamerkan dalam GIIAS 2019 di ICE BSD, Tangerang, Jumat (19/7/2019). Konsumsi bahan bakar gabungan dalam siklus pengujian kendaraan plug in hybrid adalah 47,6 km/liter, ditambah 14.5 kWh energi listrik per 100 km. (Liputan6.com/FeryPradolo)

Liputan6.com, Jakarta Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri atau Kadin Indonesia, Shinta W Kamdani, telah mengidentifikasi beberapa peluang kerjasama yang bisa dikembangkan lebih jauh dengan Korea Selatan. Salah satunya, kerjasama supply chain baterai produk elektronik dan mobil listrik (electric vehicle).

Shinta menyebut, Indonesia merupakan pemiliki deposit nikel terbesar di dunia. Sementara Korea merupakan salah satu negara pemanufaktur baterai terbesar di dunia.

"Ini menciptakan peluang bagi Indonesia dan Korea untuk bekerjasama mengembangkan industri baterai, khususnya baterai kendaraan elektrik (electric vehicle) yang terus tumbuh permintaannya di dunia seiring dengan transisi ekonomi hijau," ujarnya Forum Bisnis Indonesia-Korea Selatan, Selasa (22/2/2022).

Masih sehubungan dengan kendaraan elektrik, ia juga melihat adanya potensi kerjasama supply chain manufaktur kendaraan bermotor yang lebih luas antara Indonesia-Korea Selatan. Termasuk untuk produk permesinan dan produk elektronik beserta dengan komponen dan suku cadangnya.

Dalam hal ini, Shinta mengacu pada beberapa perusahaan Korea Selatan ternama seperti Posco dan Lotte, telah menjadi investor besar di Indonesia di sektor besi/baja dan industri kimia.

 

2 dari 3 halaman

Ekspor Komponen

Toyota patenkan transmisi manual untuk mobil listrik (CarBuzz)

Pada saat bersamaan, ekspor produk dan komponen kendaraan bermotor, permesinan dan produk elektronik terbilang sangat kompetitif. Namun, belum memiliki diversifikasi supply chain yang memadai di dalam negeri untuk menjaga stabilitas kinerja ekspor.

"Hal ini menciptakan peluang bagi pelaku usaha Indonesia dan Korea untukmenciptakan industri intermediary goods untuk produk-produk tersebut dari industri hulu baja dan petrokimia yang sudah diinvestasikan oleh pelaku usaha Korea di Indonesia," bebernya.

Di sisi lain, Shinta pun menilai potensi kerjasama besar juga terbuka di industri kesehatan. Momentum pandemi memberikan dorongan yang serius pada Indonesia untuk mempercepat reformasi sistem kesehatan nasional, baik dari segi fasilitas kesehatan publik maupun dari segi industri.

"Reformasi sistem kesehatan publik dan industri kesehatan yang dicanangkan oleh Pemerintah RI akan jadi ladang potensi yang dapat dimanfaatkan oleh pelaku bisnis Korea Selatan guna meningkatkan business presence-nya pada Industri ini," ungkap dia.

 

3 dari 3 halaman

Kerja Sama yang Sudah Terjalin

Mobil BMW i8 Roadster, i8 Coupe dan BMW i3s mengawal konvoi mobil listrik jelang jadwal pelaksanaan balap mobil listrik atau Formula E 2020 di kawasan Sudirman, Jakarta, Jumat (20/9/2019). Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memimpin konvoi kendaraan listrik. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Selama pandemi Covid-19, pelaku usaha Indonesia dan Korea Selatan juga telah melakukan kerja sama untuk menanggulangi wabah virus.

Antara lain, kerjasama pembuatan vaksin Kalbe Farma-the National Institute of Health Research and Development and Daewoong Infion dan Genexine (GX-17).

"Kerja sama ini perlu dikembangkan ke ranah lain seperti industri farmasi, alat kesehatan hingga e-health di Indonesia," imbuh Shinta.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya