WHO: Dunia Butuh Rp 443 Triliun per Tahun Cegah Pandemi Baru

Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) terus meminta kepada negara di dunia untuk mengantisipasi setiap adanya pandemi

oleh Liputan6.com diperbarui 17 Feb 2022, 21:50 WIB
Seorang perawat (tengah) berjalan melewati pusat perawatan pasien sementara yang didirikan di luar Caritas Medical Centre, Hong Kong, Rabu (16/2/2022). Hong Kong menghadapi gelombang virus corona COVID-19 terburuk hingga saat ini. (Peter PARKS/AFP)

Liputan6.com, Jakarta Di masa depan, Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) memperkirakan setiap tahunnya, dunia membutuhkan dana sekitar USD 31 miliar atau setara Rp 443 triliun untuk menghindari terjadinya pandemi.

Dana tersebut dibutuhkan untuk mendanai semua elemen investasi yang jumlahnya tidak sedikit sesuai dengan yang diperkirakan dalam Presidensi G20.

"Kami perkirakan (kebutuhan dana) sekitar USD 31 miliar setiap tahun," kata Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam High Level Seminar on Mobilising Financing for Global Public Goods, Presidensi G20 di Jakarta Convention Center, Jakarta, Kamis (17/2/2022).

Dari kebutuhan per tahun tersebut, Tedros mengatakan sebagian bisa terpenuhi oleh sumber daya domestik. Sedangkan sisanya bisa terpenuhi melalui pembiayaan.

"Kami memperkirakan USD 20 miliar berasal dari sumber daya domestik, sehingga masih ada kekurangannya USD 10 miliar per tahun," kata Tedros.

Tedros mengatakan dana tersebut akan digunakan untuk memperkuat sistem kesehatan yang terdiri dari lima elemen. Antara lain pertama pengawasan, kolaborasi dan peringatan dini. Kedua, pendanaan untuk riset prioritas dan akses ke kesehatan yang bersifat adil untuk berbagai negara di dunia.

Ketiga, membangun komunitas yang tangguh melalui peningkatan akses kesehatan dan jaminan sosial. Keempat, investasi kesehatan yang aman, terukur dan sistem kesehatan yang tangguh untuk menyelamatkan nyawa. Kelima, pendanaan kesiapsiagaan, koordinasi strategi dan respon serta operasi darurat.

 

2 dari 2 halaman

Hapus Kesenjangan Pembiayaan Negara Kaya dan Miskin Di Dunia

Sejumlah pasien Covid-19 saat menjalani karantina di RSDC Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Kamis (16/12/2021). Menkes Budi Gunadi Sadikin mengumumkan temuan kasus Covid-19 varian Omicron dari pekerja kebersihan di RSDC Wisma Atlet Kemayoran. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Menurut hitungannya, saat ini terdapat kesenjangan pembiayaan antara negara kaya dan negara miskin di dunia. Gapnya mencapai USD 16 miliar atau sekitar Rp 228,2 miliar yang digunakan untuk penyediaan vaksin dan biaya perawatan pasien yang terpapar Covid-19.

Tedron menekankan pandemi yang saat ini terjadi harus segera diselesaikan. Sebelum setiap negara membahas cara menghindari pandemi yang mungkin terjadi di masa depan.

"Saat ini kita tidak bisa membiarkan perhatian dari masa sekarang. Kita tidak bsia mencegah pandemi masa depan bila tidak mengakhiri yang ada saat ini," kata dia.

Untuk itu, dia meminta setiap negara harus mengatasi kesenjangan akibat pandemi dengan serius. Ketersediaan dana untuk vaksinasi, pengobatan hingga alat pelindung diri (APD) harus dapat diakses ke semua wilayah.

"Kepada menteri-menteri keuangan, tolong tutup kesenjangan ini dan mari kita akhrii pandemi ini yang (semoga) fase akutnya kita akhiri tahun ini," kata dia mengakhiri.

 

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya