Bank Indonesia Prediksi Ekspor Indonesia Tetap Kuat di 2022

Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2022 akan lebih baik dari 2021.

oleh Liputan6.com diperbarui 26 Jan 2022, 10:45 WIB
Suasana bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (29/10/2021). Surplus ini didapatkan dari ekspor September 2021 yang mencapai US$20,60 miliar dan impor September 2021 yang tercatat senilai US$16,23 miliar. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2022 akan lebih baik dari 2021. 

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memproyeksikan pertumbuhan ekonomi tahun ini mencapai 4,7 persen sampai 5,5 persen, dari 3,2 persen hingga 4,0 persen pada tahun 2021.

"Optimisme kami di tahun 2022 pertumbuhan ekonomi InsyaAllah akan lebih baik dari 2021 dikisaran 4,7 sampai 5,5 persen," ujarnya dalam acara Laporan Transparansi dan Akuntabilitas BI 2021 di Jakarta, Rabu (26/1/2022).

Perry menyampaikan, proyeksi tersebut didorong oleh berlanjutnya perbaikan ekonomi global yang berdampak pada kinerja ekspor yang tetap kuat, serta meningkatnya permintaan domestik dari kenaikan konsumsi dan investasi.

Selain itu, kian kencangnya laju vaksinasi Covid-19 di berbagai wilayah Indonesia akan turut menjaga tren pemulihan ekonomi nasional. Hal ini lantaran mulai normal aktivitas ekonomi sosial di berbagai sektor publik setelah terbentuknya kekebalan komunal atau herd immunity.

Kemudian, berlanjutnya berbagai stimulus baik bersifat fiskal maupun moneter dan program pembiayan juga mampu memperkuat ketahanan ekonomi nasional dari dampak pandemi Covid-19.

"Sinergi kebijakan yang erat, inovasi, dan reformasi di sektor riil maupun sektor keuangan juga menjadi modal untuk semakin bangkit dan optimis akan pemulihan ekonomi Indonesia yang lebih baik pada tahun 2022," tutupnya.

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

2 dari 2 halaman

Menko Airlangga Jabarkan Kunci Sukses Capai Pertumbuhan Ekonomi 5,2 Persen di 2022

Suasana gedung perkantoran di Jakarta, Sabtu (17/10/2020). International Monetary Fund (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2020 menjadi minus 1,5 persen pada Oktober, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya pada Juni sebesar minus 0,3 persen. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto, memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 2022 berada pada kisaran 5,2 persen. Namun, penanganan dan pemulihan ekonomi akan menjadi juru kunci untuk mencapai target tersebut.

Hal itu disampaikan Menko Airlangga dalam Webinar HIPMI "Momentum Presidensi G20 untuk Akselerasi Pemulihan Ekonomi", Selasa (25/1/2022).

“Pertumbuhan ekonomi di Tahun 2022 ditargetkan dapat tumbuh hingga 5,2 persen dan penanganan covid19 dan pemulihan ekonomi akan menentukan pencapaian target tersebut,” kata Menko Airlangga.

Oleh karena itu, adanya kerja sama para stakeholder sangat diperlukan dan ini menjadi kunci bagi pemulihan dan mendorong pembangunan ke depan.

Sementara, Pemerintah terus berupaya melakukan perbaikan dan peningkatan efektivitas dalam penanganan covid-19 melalui strategi hulu-hilir. Dimana kasus aktif di Indonesia terus dijaga dengan tingkat kesembuhan 96,4 persen.

Tegas Airlangga, kita semua tetap harus waspada dan disiplin menerapkan protokol kesehatan mengingat kenaikan kasus Omicron secara global telah melanda berbagai negara di dunia. Pengendalian pandemi efektif terbukti menjadi kunci bagi pemulihan ekonomi.

“Pandemi yang terkendali mendorong confidence atau keyakinan dan mobilitas penduduk yang kemudian membuat ekonomi tetap tumbuh di kuartal ketiga (2021) sebesar 3,51 persen dan kuartal keempat (2021) diproyeksikan tumbuh antara 4,5 persen sampai 5 persen,” ujarnya.

Di sisi lain, ekonomi global masih menghadapi berbagai tantangan seperti varian-varian baru covid 19, distribusi vaksin Global yang belum merata, kelemahan ekonomi akibat kebijakan terutama di China yang mendorong pertumbuhan tinggi ke arah pemerataan.

Tantangan global lainnya, yaitu terjadi krisis energi, krisis properti Evergrande, serta resiko yang mempengaruhi Capital outflow seperti kenaikkan suku bunga di Amerika. Terkait dengan situasi-situasi tersebut Pemerintah Indonesia perlu merespon secara fleksibel dan adaptif.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya