Cara Pilih Saham untuk Investasi

Chief Investment Officer PT Sinarmas Asset Management Genta Wira Anjalu menuturkan, rata-rata return saham pada 2010-2019 sekitar 11,7 persen.

oleh Liputan6.com diperbarui 24 Jan 2022, 19:45 WIB
Pialang memeriksa kacamata saat tengah mengecek Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta, Kamis (9/9/2021). IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore ditutup menguat 42,2 poin atau 0,7 persen ke posisi 6.068,22 dipicu aksi beli oleh investor asing. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta -- Saat ini beragam pilihan investasi untuk masyarakat baik dari sektor keuangan dan riil. Salah satu yang menjadi perhatian saat ini adalah investasi saham. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah investor pasar saham yang meningkat.

Berdasarkan data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), jumlah investor C-Best tercatat 3,45 juta pada 2021, naik 103,60 persen dari periode 2020 sebesar 1,69 juta. Selain investor meningkat, imbal hasil dari saham juga dinilai menarik.

Chief Investment Officer PT Sinarmas Asset Management Genta Wira Anjalu menuturkan, rata-rata return saham pada 2010-2019 sekitar 11,7 persen. Sementara itu, imbal hasil obligasi sekitar 9,8 persen, deposito 5 persen. Namun, dari 600 lebih saham, 224 saham yang berperforma baik bahkan lebih tinggi dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

"30 persen dari total saham, salah pilih saham risiko beri return kurang baik,” kata dia saat acara webinar Investasi Digital Rang Mudo, Senin (24/1/2022).

Saat ditanya memilih saham termasuk untuk investor perempuan, Genta menuturkan, ada sejumlah hal yang dapat diperhatikan. Pertama, melihat perusahaan dan cek profitabilitas. "Lihat perusahaannya untung tidak?," kata dia.

Kedua, Genta menuturkan, investor juga perlu melihat sehat tidak perusahaan tersebut dan kas positif. Jadi tidak hanya melihat keuntungan perusahaan itu, tetapi apakah kas perusahaan tersebut positif. Ketiga, valuasi saham.

"Apakah saham itu murah dan mahal, tak asing lagi dengan price earning (PE) dan price book value (PBV),” kata dia.

Keempat, melihat kinerja perusahaan pada masa lalu. Kelima, melihat prospek perusahaan dan rencana ke depan, apakah dapat direalisasikan. Keenam, rekam jejak manajemen perusahaan.

“Bagaimana pun juga GCG penting. Jangan tidur, cek laporan keuangan, bagaimana perkembangan perusahaan itu,” tutur dia.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Melihat Risiko hingga Tujuan Investasi

(Foto: Ilustrasi investasi saham. Dok Unsplash/Austin Distel)

Genta juga menjelaskan mengenai konsep dasar investasi adalah return (imbal hasil) dan risk (risiko). Dia mengingatkan tidak ada investasi yang memberikan return tanpa risiko. Semakin kecil risiko dari instrumen investasi, semakin kecil imbal hasil yang akan diterima oleh investor. Secara berurutan risk dan return tertinggi yaitu saham, obligasi dan deposito.

Saat hendak investasi, investor harus mawas diri untuk mengkategorikan profil risikonya. Karena profil risko Anda akan mempengaruhi penempatan penanaman modal.

Untuk investor yang masih berstatus lajang, Genta menyarankan mengalokasikan 50-60 persen di saham, 20-30 persen di obligasi korporasi, 15-25 persen obligasi negara, dan 5-10 persen untuk aset deposito.

Sedangkan untuk pasangan muda, Genta menuturkan, bisa kurangi sedikit saham dan menaikkan porsi obligasi.

"Sementara untuk pasangan menikah dan punya anak, saham dikurangi, ditambah obligasi. Kalau pensiunan saham kecil saja," kata dia.

Ia pun mengingatkan untuk tujuan investasi jangka pendek, menengah dan panjang. “Kalau investasi jangka panjang bisa ke saham, tengah-tengah obligasi. Kalau risk appetite lihat pergerakan saham sudah mual, jangan masuk ke saham. Terima dad, dig, dug bisa masuk ke saham dengan risiko lebih tinggi,” kata dia.

 

Reporter: Ayesha Puri

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya