Harga Minyak Tergelincir Usai Dekati Rekor Tertinggi sejak 2014

Harga minyak juga didukung oleh kekurangan pasokan dari kelompok produsen OPEC+ yang terdiri dari OPEC dan sekutu yang dipimpin oleh Rusia.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 21 Jan 2022, 08:00 WIB
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak turun pada perdagangan hari Kamis. Penekan harga minyak karena investor melakukan aksi ambil untung setelah reli harga beberapa waktu terakhir.

Sebelumnya, permintaan yang kuat dan gangguan pasokan jangka pendek akan terus mendukung harga minyak sehingga bisa mendekati level tertinggi sejak 2014.

Mengutip CNBC, Jumat (21/1/2022), harga minyak mentah berjangka Brent turun 6 sen menjadi USD 88,38 per barel setelah turun lebih dari USD 1 pada perdagangan sebelumnya. Patokan harga minyak global ini naik menjadi USD 89,17 pada perdagangan Rabu, tertinggi sejak Oktober 2014.

Sedangkan harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Februari turun 6 sen menjadi USD 86,90 per barel. Kontrak yang berakhir pada hari Kamis ini naik ke USD 87,91 per barel pada perdagangan Rabu.

Untuk kontrak WTI Maret turun 15 sen atau 0,1 persen menjadi USD 85,65 per barel.

“Suara yang memperkirakan harg aminyak sentuh USD 100 per barel semakin keras dari hari ke hari,” kata pialang minyak PVM Tamas Varga.

Kekhawatiran pasokan telah meningkat minggu ini setelah kebakaran menghentikan sementara aliran melalui pipa minyak yang mengalir dari Kirkuk Irak ke pelabuhan Ceyhan di Turki pada hari Selasa.

Serangan oleh Houthi Yaman di Uni Emirat Arab, produsen terbesar ketiga di Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), meningkatkan risiko geopolitik.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

OPEC+

Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Pasar juga didukung oleh kekurangan pasokan dari kelompok produsen OPEC+ yang terdiri dari OPEC dan sekutu yang dipimpin oleh Rusia.

Badan Energi Internasional (IEA) pada Rabu mengatakan bahwa kelompok itu memproduksi sekitar 800.000 barel per hari (bph) di bawah target produksinya pada Desember.

IEA mengatakan bahwa sementara pasar minyak bisa mengalami surplus yang signifikan pada kuartal pertama tahun ini, persediaan kemungkinan akan jauh di bawah tingkat pra-pandemi.

Kenaikan persediaan minyak AS pekan lalu membebani harga.

Stok minyak mentah naik 1,4 juta barel pekan lalu sementara persediaan bensin naik 3,5 juta barel dan stok sulingan turun 1,2 juta barel, menurut sumber pasar yang mengutip angka American Petroleum Institute.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya