Mengapa Serangan Jantung Dapat Menyebabkan Kematian?

Serangan jantung sebenarnya bukan sesuatu yang terjadi secara mendadak.

oleh Diviya Agatha diperbarui 11 Des 2021, 15:52 WIB
Ilustrasi Kesehatan Jantung Credit: pexels.com/Gerald

Liputan6.com, Jakarta Wali Kota Bandung Oded M Danial meninggal dunia pada Jumat, 10 Desember 2021. Dokter yang memeriksa menyebut pria 59 tahun itu meninggal terindikasi serangan jantung. 

Selain Oded, banyak kasus juga orang yang mengalami serangan jantung lalu meninggal.

Kondisi medis seperti serangan jantung kerap kali dianggap sebagai sesuatu yang terjadi secara mendadak. Tak jarang, kejadiannya pun langsung menyebabkan kematian dengan begitu cepat.

Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah konsultan dari Siloam Hospitals Lippo Village, Vito A. Damay mengungkapkan bahwa serangan jantung sebenarnya tidak terjadi secara mendadak.

Ada tanda-tanda yang kerap kali tidak disadari oleh pasien atau orang-orang terdekat pasien. Itulah mengapa seringkali seseorang kebingungan apa yang jadi pemicunya dibaliknya.

"Seringkali itu karena memang orang yang pertama kali kena serangan jantung enggak nyangka kalau dia akan kena serangan jantung. Keluarganya pun enggak nyangka, makanya tanda-tandanya mungkin terlewatkan," ujar Vito dalam kanal YouTube DRV CHANNEL ditulis Sabtu (11/12/2021).

Vito menjelaskan, serangan jantung bisa terjadi karena adanya pembuluh darah yang menyempit. Serta, adanya plak atau kerusakan dalam arteri koroner, pembuluh darah yang memberikan dukungan pada otot jantung.

"Seringkali orang yang terkena serangan jantung itu memang punya tanda karena pembuluh darah yang menyempit, itulah yang menjadi dasarnya. Jadi orang serangan jantung tiba-tiba tanpa ada apa-apa sama sekali itu hampir gak mungkin," kata Vito.

Hal yang terjadi setelahnya adalah oksigen dan juga nutrisi pada jantung akan terhenti lewat penyumbatan yang terjadi. Sehingga, lama kelamaan terjadi penyumbatan pada pembuluh darah arteri.

Kondisi tersebutlah yang dapat memicu terjadinya serangan jantung hingga kematian.

Bahkan meskipun orang tersebut memiliki faktor keturunan penyakit genetik dari orangtua, dengan pola hidup yang sehat, maka sebenarnya penyakit jantung sendiri merupakan sesuatu yang dapat dicegah.

"Kita kontrol semua faktor risiko (kolesterol, darah tinggi, gula darah, tidak diabetes, rutin check up), itu kecil sekali kemungkinan orang itu serangan jantung," ujar Vito dalam video di akun YouTube-nya itu.

2 dari 3 halaman

Tanda yang Terlewatkan

Vito mengungkapkan bahwa serangan jantung memang seringkali mendadak, apalagi pada serangan yang pertama. Para pasien dengan penyakit jantung pun mempertanyakan, mengingat sebelumnya belum ada riwayat terkait jantung.

"Mungkin saja ada tanda-tandanya, tapi terlewatkan. Jadi ada tanda-tandanya kalau, wah, ini kayaknya sudah mau serangan jantung. Jadi harus tahu," kata Vito.

Tanda-tanda yang kerap kali terlewatkan pada pasien yang terkena serangan jantung seperti mudah lelah, sakit dada atau sesak nafas yang tiba-tiba kemudian hilang dan muncul kembali, pingsan tiba-tiba, dan Angina pectoris (angin duduk).

Apalagi jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat, Vito menyebutkan bahwa kemungkinan pasien selamat akan berkurang 10 persen setiap menitnya saat telah mengalami henti jantung.

Itulah mengapa seringkali pasien yang mengalami serangan jantung dapat tidak tertolong. Mengingat kejadian henti jantung harus ditangani dengan begitu cepat.

Penanganan awal dapat dilakukan lewat langkah-langkah dalam Bantuan Hidup Dasar (BHD), yang mana sebuah langkah-langkah untuk mengembalikan fungsi pernapasan pada orang yang mengalami henti jantung atau serangan jantung.

BHD dapat dilakukan sembari menunggu pertolongan medis datang.

3 dari 3 halaman

Infografis

Infografis Yuk Pantau Tingkat Kepatuhan Protokol Kesehatan via Situs Satgas Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya