Membedah Laju Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal III-2021

Pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III-2021 tercatat 3,51 persen (YoY).

oleh Tira Santia diperbarui 20 Nov 2021, 17:00 WIB
Deretan gedung perkantoran di Jakarta, Senin (27/7/2020). Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan pertumbuhan ekonomi di DKI Jakarta mengalami penurunan sekitar 5,6 persen akibat wabah Covid-19. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta Pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III-2021 tercatat 3,51 persen (YoY). Angka ini lebih rendah dari capaian kuartal II-2021 sebesar 7,07 persen. Namun, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih lebih tinggi dibanding negara peers.

“Dibanding negara-negara peers itu pertumbuhan kita relatif tinggi, meskipun di kuartal ke-III tumbuh sekitar 3,51 persen, tetapi secara akumulatif kita tumbuh dalam 9 bulan di 2021 tumbuh 3,24 persen,” kata Ekonom Senior di The Indonesia Economic Intelligence Sunarsip, dalam Diskusi Bank Indonesia di Surabaya, Sabtu (20/11/2021).

Dia menjelaskan, sebagaimana pada tahun 2020 Indonesia hanya mengalami kontraksi sebesar 2,07 persen, tidak terlalu rendah jika dibandingkan dengan negara lain yang sampai 8-9 persen kontraksinya.

“Kenapa relatif lebih baik. Karena kita lihat minusnya kita tidak terlalu drop, negara-negara lain pasca covid-19 minusnya ada yang 8-9 persen, kita minusnya hanya 2 persen lebih,” ujarnya,

Menurutnya walaupun pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III-2021 diangka 3,51 persen, Dia menegaskan, lebih baik dibanding negara lain dan dia optimis hal tersebut dapat terus didorong agar lebih tinggi lagi.

Satu hal yang harus dipahami, capaian pertumbuhan ekonomi ke arah yang terus positif diantaranya dipengaruhi oleh hasil kontribusi dari kemampuan Pemerintah dalam menjaga stabilitas makro ekonomi. Yang ditandai oleh stabilnya nilai tukar rupiah dan terjaganya laju inflasi di level yang rendah.

Kemudian pengaruh lainnya karena ekspor, dimana seiring dengan membaiknya pertumbuhan ekonomi negara mitra utama dagang Indonesia, sehingga mendorong permintaan dari luar negeri, yang juga didukung oleh kenaikan harga komoditas yang meningkatkan nilai ekspor.

“Salah satu driver utama itu dari ekspor, artinya kalau kita lihat domestik demand konsumsi rumah tangga, Pemerintah, baik investasi Pemerintah dan swasta itu pertumbuhannya rendah sekali. jadi memang game chargernya dalam pertumbuhan ekonomi itu ekspor. Dan ekspor itu karena faktor membaik negara-negara mitra dagang kita,” jelasnya.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Kebijakan BI dan OJK

Ilustrasi pertumbuhan Ekonomi

Selanjutnya, kebijakan yang dikeluarkan Pemerintah, Bank Indonesia, dan OJK memberikan kotibusi terhadap pertumbuhan ekonomi saat ini. Namun demikian, daya dorongnya masih terbatas seiring dengan terbatasnya kemampuan sektoral dalam memanfaatkan dari berbagai kebijakan tersebut.

Hal ini antara lain terlihat dari rendahnya pertumbuhan kredit perbankan, terutama kredit produktif.

“Pemerintah dengan program PEN nya, seberapa besar biayanya dianggarkan.  Kemudian Bank Indonesia menerbitkan tingkat suku bunga level yang rendah, dan banyak menerbitkan kebijakan prudensial, melonggarkan kebijakan LTV, itu adalah upaya-upaya untuk menjaga stabilitas dan menurut saya itu cukup berhasil,” ujar Sunarsip.

Demikian, dia menegaskan, bisa dibayangkan jika Pemerintah gagal menjaga stabilitas makro ekonomi, maka pertumbuhan ekonomi akan tetap rendah. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya