Sejarah Singkat dan Makna Hari Pahlawan 10 November

Hari Pahlawan yang jatuh pada 10 November merupakan peristiwa penting dalam sejarah negara Republik Indonesia.

oleh Liputan6.com diperbarui 10 Nov 2021, 09:13 WIB
Ilustrasi hari pahlawan 10 November, puisi pahlawan. (Photo on Freepik)

Liputan6.com, Jakarta - Hari Pahlawan yang jatuh pada 10 November merupakan peristiwa penting dalam sejarah negara Republik Indonesia. Hal ini dikarenakan pada 10 November 1945, terjadi pertempuran besar setelah kemerdekaan yang juga disebut sebagai pertempuran Surabaya. 

Untuk itu, setiap tanggal 10 November setiap tahunnya, masyarakat Tanah Air akan memperingati Hari Pahlawan Nasional. Peringatan Hari Pahlawan bertujuan untuk mengenang pertempuran Surabaya yang terjadi pada 1945.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 3 halaman

Sejarah Hari Pahlawan

Ilustrasi hari pahlawan 10 November, pantun tentang pahlawan. (Photo on Freepik)

Awal dari pertempuran Surabaya adalah insiden perobekan Bendera Merah Putih Biru di atas Hotel Yamato pada 19 September 1945. Setelah itu, pada 29 Oktober 1945, Presiden Soekarno memerintahkan untuk gencatan senjata dan kembali terjadi pertempuran pada 30 Oktober 1945 di mana rakyat Surabaya bersatu untuk bertempur melawan Inggris. 

Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, keadaan Indonesia masih belum stabil di mana Indonesia masih bergejolak dengan tentara asing. Pemerintah menetapkan mulai 1 September 1945 bendera nasional Sang Saka Merah Putih dikibar di seluruh wilayah Indonesia. 

Tentara Inggris tergabung dalam AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies) mendarat di Jakarta datang bersama dengan tentara NICA (Netherlands Indies Civil Administration) dan mereka berada di Surabaya pada 25 September 1945.

Mereka bertugas untuk melucuti dan memulangkan tentara Jepang ke negaranya, membebaskan tawanan perang yang ditahan oleh Jepang dan mengembalikan Indonesia ke pemerintahan Belanda sebagai negara jajahan.

Tentunya hal ini membuat warga Surabaya marah karena menganggap Belanda menghina kemerdekaan Indonesia dan melecehkan Bendera Merah Putih. Karena itu, mereka berkumpul di depan Hotel Yamato untuk protes dan meminta bendera Belanda diturunkan lalu kibarkan bendera Indonesia.

Kemudian pada 27 Oktober 1945, perwakilan Indonesia berunding dengan pihak Belanda dan berakhir meruncing karena Ploegman mengeluarkan pistol, sehingga terjadilah perkelahian dalam ruang perundingan tersebut. Ploegman dicekik oleh Sidik di Hotel Yamato yang mengakibatkan Ploegman tewas. 

Beberapa warga ingin masuk ke dalam hotel, tetapi Hariyono dan Koesno berhasil merobek bagian biru bendera Belanda sehingga bendera menjadi Merah Putih. Setalah itu, pada 29 Oktober, pihak Indonesia dan Inggris sepakat menandatangani gencatan senjata. Namun, keesokan harinya, terjadi bentrok pada kedua pihak dan menyebabkan pimpinan tentara Inggris, Brigadir Jenderal Mallaby tewas tertembak. 

Tak hanya itu, penjajah meminta orang Indonesia untuk menyerahkan diri sampai pukul 06.00 pada tanggal 10 November, yang mana menjadi hari peperangan rakyat Surabaya dengan kubu tersebut. 

Pertempuran antara rakyat Surabaya melawan Inggris terjadi selama tiga minggu dan sebanyak 6000 rakyat Indonesia gugur dalam pertempuran tersebut. Kemudian, pada 16 Desember 1959, Presiden Soekarno menetapkan pertempuran Surabaya 10 November 1945 sebagai Hari Pahlawan melalui Keppres Nomor 316 tahun 1959.

[ Baca Juga: Artis Indonesia Berdarah Pahlawan ]

3 dari 3 halaman

Makna Hari Pahlawan

Ilustrasi hari pahlawan 10 November, puisi pahlawan. (Photo on Freepik)

Kisah perjuangan rakyat Indonesia sebelum dan pasca kemerdekaan memiliki makna yang mendalam bagi Indonesia. Dengan memperingati Hari Pahlawan, kita mengenang dan menghormati jasa para pahlawan yang telah berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia. 

Peringatan Hari Pahlawan mengajarkan keteladanan bagi rakyat Indonesia dengan meneladani nilai kepahlawanan seperti pantang menyerah, kejujuran, kegigihan dan semangat perjuangan. Masyarakat juga bisa mempertahankan kemerdekaan dengan belajar yang tekun atau meraih prestasi di bidang yang mereka minati.

Penulis:

Stephanie

Universitas Multimedia Nusantara

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya