BEI Sebut Aturan Market Maker Bakal Rampung pada Semester II 2022

Bursa Efek Indonesia (BEI) masih meramu aturan soal market maker atau penyedia likuiditas.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 27 Sep 2021, 21:26 WIB
Suasana pergerakan perdagangan saham perdana tahun 2018 di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (2/1). Perdagangan bursa saham 2018 dibuka pada level 6.366 poin, angka tersebut naik 11 poin. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) masih terus menggodok aturan  soal market maker atau penyedia likuiditas. Diperkirakan, aturan ini rampung pada semester II 2022.

"Saat ini masih dalam pembahasan. Rencana semester 2 tahun depan bisa selesai,” kata Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Laksono W. Widodo kepada awak media, Senin (27/9/2021).

Market maker adalah pihak yang mendapatkan izin dari bursa untuk selalu menyediakan kuotasi bid dan offer saham dengan kategori tertentu dalam jumlah yang memadai. Dengan aturan ini, BEI berharap dapat menambah likuiditas di pasar.

“Adanya aturan ini, harapannya bisa menambah likuid pasar dan mempermudah produk-produk baru yang akan dikembangkan oleh regulator dan SRO,” kata Laksono.

Ia menambahkan, saat ini Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Self Regulatory Organizations (SRO) tengah memiliki prioritas lain. Namun, ia enggan menjelaskan prioritas apa yang tengah digarap OJK dan SRO hingga menunda penyelesaian aturan ini.

"Karena ada prioritas-prioritas lain, baik dari OJK dan SRO. Jadi jadwalnya bergeser,” tandasnya.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

BEI Bidik Transaksi Harian Saham Rp 13,5 Triliun pada 2022

Layar sekuritas menunjukkan data-data saat kompetisi Trading Challenge 2017 di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (7/12). Kompetisi Trading Challenge 2017 ini sebagai sarana untuk menciptakan investor pasar modal berkualitas. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan rata-rata nilai transaksi harian saham (RNTH) tahun depan sebesar Rp 13,5 triliun. Angka ini naik signifikan dibandingkan target RNTH tahun ini sebesar Rp 8,5 triliun.

"Tahun depan target (RNTH) Rp 13,5 triliun,"ujar Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI, Laksono Widodo kepada awak media, Selasa, 14 September 2021.

Laksono menambahkan, target tersebut salah satunya merujuk pada situasi ekonomi yang diperkirakan membaik, usai dihantam pandemi COVID-19 sejak awal tahun lalu. Kemudian maraknya transaksi ritel serta IPO perusahaan besar, disebut akan mendongkrak target RNTH tahun depan.

"Faktor-faktor yang dipertimbangkan, antara lain, economic recovery post covid in 2022. Kemudian semakin maraknya transaksi ritel, dan IPO saham-saham besar di 2022,” kata dia.

Sayangnya, untuk faktor terakhir yang disebutkan, yakni sinyal IPO perusahaan besar, Laksono enggan memberi tanggapan.

Hingga kini, RNTH terpantau telah melampaui target, yakni mencapai Rp 13,06 triliun. Meski begitu, Laksono mengatakan Bursa tidak ada rencana untuk merevisi target tersebut.

Ia menambahkan, capaian tersebut tak lepas dari partisipasi investor ritel yang mendominasi sepanjang tahun ini. “Tidak ada revisi target. Terima kasih buat partisipasi investor retail yang kuat di 2021 ini yang menyumbang 60 persen dari nilai transaksi BEI di Januari hingga Agustus 2021," kata dia.

Berdasarkan data KSEI per Agustus 2021, jumlah investor pasar modal telah mencapai 6,1 juta SID, naik 57,20 persen dibandingkan posisi per akhir 2020. Angka itu didominasi oleh investor dengan usia di bawah 30 tahun sebesar 58,82 persen. Kelompok ini mampu mencatatkan aset sebesar Rp 37 triliun.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya