Lepas dari Resesi, Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 7,07 Persen di Kuartal II 2021

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia secara kumulatif pada kuartal II 2021 tumbuh positif sebesar 7,07 persen

oleh Maulandy Rizki Bayu Kencana diperbarui 05 Agu 2021, 11:55 WIB
Pemandangan deretan gedung dan permukiman di Jakarta, Rabu (1/10/2020). Meski membaik, namun pertumbuhan ekonomi kuartal III 2020 masih tetap minus. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia secara kumulatif pada kuartal II 2021 tumbuh positif sebesar 7,07 persen secara tahunan atau year on year (YoY) dibanding periode sama tahun sebelumnya.

Dengan pencapaian tersebut, Indonesia resmi keluar dari lubang resesi setelah pada kuartal I 2021 pertumbuhan ekonomi masih terkontraksi minus 0,74 persen.

"Secara tahunan atau YoY, pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh 7,07 persen," kata Kepala BPS Margo Yuwono dalam sesi teleconference, Kamis (5/8/2021).

Secara kuartal to kuartal atau qtq, Margo melanjutkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia juga tumbuh 3,31 persen, meski belum sebaik dalam kondisi normal.

Margo menjelaskan, capaian pertumbuhan ekonomi 7,07 persen secara tahunan ini diukur dari bedaran produk domestik bruto (PDB) pada harga berlaku yang mencapai Rp 2.772,8 triliun.

Adapun secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada semester I 2021 juga naik 3,10 persen dibanding periode sama tahun sebelumnya, atau pada Januari-Juni 2020.

Sebelumnya, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira memperkirakan pertumbuhan ekonomi di kuartal II 2021 bisa mencapai 4 persen. 

"Proyeksinya dikisaran 4 persen positif, ini wajar karena di kuartal ke II 2020 lalu kan anjlok sekali minus 5,3 persen. Jadi ada sedikit pemulihan saja langsung positif tinggi," kata dia kepada Liputan6.com, Kamis (5/8/2021).

Menurut Bhima, ada sejumlah faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di kuartal II 2021 ini. Pada kuartal ini, masih belum ada PPKM darurat sehingga mobilitasnya lebih bagus dari kuartal III 2021 saat ini.

"Pada kuartal ke II juga harus diakui ada pemulihan yang semu, misalnya Indeks Keyakinan Konsumen naik menjadi 107,4 menunjukkan masyarakat mulai optimis berbelanja. Waktu itu mobilitas sudah mulai tinggi, meski belum seperti pra pandemi," jelas dia.

 

2 dari 2 halaman

Daya Beli

Deretan gedung perkantoran di Jakarta, Senin (27/7/2020). Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan pertumbuhan ekonomi di DKI Jakarta mengalami penurunan sekitar 5,6 persen akibat wabah Covid-19. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Selain itu, daya beli masyarakat juga terbantu dengan adanya THR yang dibayar penuh. Hal ini berbeda dengan tahun sebelumnya di mana THR hari raya Idul Fitri diperbolehkan untuk dicicil.

"THR berperan penting mendorong masyarakat belanja. Daya beli sempat pulih," ungkapnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya