Indonesia Bakal Jadi Presiden G20 di 2022, Apa Peluangnya?

Wamendag Jerry Sambuaga berharap Presidensi Indonesia dalam kelompok G20 bisa menjadi momentum kebangkitan ekonomi dan perdagangan Indonesia

oleh Tira Santia diperbarui 27 Jul 2021, 14:54 WIB
Presiden Jokowi dalam pelaksanaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Osaka, Jepang. (Biro Pers Istana)

Liputan6.com, Jakarta Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Jerry Sambuaga berharap Presidensi Indonesia dalam kelompok G20 bisa menjadi momentum kebangkitan ekonomi dan perdagangan Indonesia. Hal ini dikatakan Jerry saat menjawab wartawan seputar persiapan Indonesia dalam presidensi G20.

Seperti diketahui Indonesia akan menjadi tuan rumah sekaligus Presiden G20 pada tahun 2022. Ini sesuai dengan keputusan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 ke-15 di Riyadh, Arab Saudi tahun 2020.

"Ini adalah kepercayaan yang luar biasa dari negara-negara G20 dan harus dimanfaatkan sebagai salah satu momentum kebangkitan ekonomi dan perdagangan," kata Jerry, Selasa (27/7/2021).

Dengan presidensi Indonesia di G20 diharapkan Indonesia bisa memasukkan agenda-agenda khususnya berkaitan dan menjadi fokus keepentingan nasional saat ini. Indonesia sendiri mengusung tema `Recover Together Recover Stronger`.

Menurut Wamendag, tema tersebut mencerminkan semangat bersama untuk pulih secara ekonomi dan kesehatan di antara negara-negara G20. Tahun ini ditargetkan menjadi tahun awal bagi berjalannya ekonomi nasional maupun ekonomi dunia yang terdampak Covid-19. Sedangkan tahun 2022 diharapkan proses recovery akan berlangsung lebih cepat.

Menurut Wamendag bukan hanya pulih, ekonomi dunia diharapkan juga menjadi lebih kuat dan lebih cepat tumbuhnya.

Adaptasi yang dilakukan baik dalam konteks kesehatan masyarakat maupun adaptas dalam konteks hubungan ekonomi diharapkan bisa meletakkan dasar bagi proses ekonomi dan perdagangan yang lebih baik.

Jerry sendiri mengatakan bahwa pada masa pandemi, Indonesia melakukan langkah-langkah yang sangat baik khususnya dalam ekonomi dan perdagangan. Secara makro, ekonomi Indonesia relatif bisa melakukan mitigasi dampak covid-19.

Sedangkan dalam proses perdagangan Indonesia bisa mengelola pemenuhan kebutuhan dasar dan kebutuhan kesehatan relatif baik. Kelangkaan dalam alat kesehatan dan kebutuhan penanganan covid tidak berlangsung berlarut-larut dan bisa segera diatasi.

Kedua, menurut Wamendag Indonesia melakukan langkah yang baik pula dalam perdagangan luar negeri. Indikatornya ada dua menurut Jerry, yaitu surplus neraca perdagangan yang berlangsung terus menerus sejak awal 2020.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Perjanjian Dagang

Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga keluar ruang sidang paripurna DPR di Jakarta, Selasa (23/3/2021). DPR menunda Pembicaraan Tingkat II/Pengambilan Keputusan RUU Pengesahan Persetujuan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Antara Republik Indonesia dan Negara-Negara EFTA. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Indikator kedua adalah banyaknya perjanjian perdagangan yang bisa diselesaikan dan diratifikasi. Penyelesaian perjanjian perdagangan ini diharapkan bisa berdampak jangka panjang dalam meningkatkan pasar ekspor Indonesia, bukan hanya di negara-negara tradisional tetapi juga di pasar potensial lainnya.

“Kita berharap dengan penyelesaian banyak perjanjian perdagangan kontribusi ekspor Indonesia bagi PDB bisa meningkat terus,” kata Wamendag.

Presidensi Indonesia dengan tema di atas serta tekad dalam mewujudkan banyak perjanjian perdagangan menurut Jerry adalah wujud nyata dari arahan dan visi presiden mengenai pentingnya kolaborasi secara internasional.

Seperti diketahui, Indonesia melalui Presiden Jokowi terus menyuarakan pentingnya sinergi dan kolaborasi untuk menghadapi dan menyelesaikan berbagai macam masalah dunia. Dalam berbagai forum Presiden menyuarakan hal tersebut, termasuk dalam upaya penanganan Covid-19.

Beberapa waktu yang lalu, Presiden Jokowi telah membentuk panitia nasional Presidensi Indonesia dalam G20. Tim ini terus melakukan rapat-rapat persiapan baik dalam persiapan konten maupun tempat penyelenggaraan. Belum diketahui daerah mana yang akan ditunjuk menjadi tempat penyelenggaraan tapi diprediksi di daerah-daerah pusat wisata seperti di Bali, Labuan Bajo atau Yogyakarta.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya