Pasien COVID-19 yang Isoman Melonjak, Pemerintah Siapkan Konsentrator Oksigen

Menkes juga mengungkapkan kemungkinan konsentrator oksigen untuk dipinjamkan bagi pasien COVID-19 yang melakukan isolasi mandiri di rumah

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 15 Jul 2021, 11:00 WIB
Menkes Budi Gunadi Sadikin (Foto: Liputan6com/AdityaEkaPrawira)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan bahwa demi memenuhi lonjakan kebutuhan oksigen untuk pasien COVID-19, pemerintah akan mempersiapkan skema penggunaan konsentrator oksigen.

"Dulu semua oksigen ini dipenuhi dengan tabung atau jaringan oksigen, tapi dengan melihat kebutuhannya yang berbeda, kita melihat tempat tidur isolasi bisa dipenuhi oleh oxygen consentrator," kata Menkes, Senin (13/7/2021).

Dalam Rapat Kerja dengan Komisi IX DPR RI, Budi Gunadi mengatakan bahwa konsentrator oksigen tidak bergantung pada logistik, produksi, serta tak harus memakai truk besar yang harus diangkut setiap hari.

"Karena asalkan ada colokan listrik kita bisa pasang dan menghasilkan oksigen," kata Budi Gunadi.

Menkes menjelaskan, kapasitas konsentrator oksigen ada yang 5 liter per menit, serta 10 liter per menit. "Ini bisa dipakai untuk meng-address kebutuhan oksigen di ruang isolasi."

Namun, konsentrator oksigen tidak bisa digunakan bagi pasien COVID-19 yang sudah masuk ICU yang membutuhkan ventilator atau HFNC, karena kebutuhannya jauh lebih tinggi daripada kapasitas alat tersebut.

Simak Juga Video Menarik Berikut Ini

2 dari 4 halaman

Berpotensi Dipakai Pasien Isolasi Mandiri

Menurut Menkes, apabila ada sumbangan konsentrator oksigen dalam jumlah besar, selain ditaruh di rumah sakit, peralatan tersebut juga kemungkinan dapat digunakan di rumah-rumah untuk pasien isolasi mandiri.

"Kalau saya dapat 10 ribu-20 ribu ada yang menyumbang, kita nanti pakai ada relawan yang mengurus. Ini bisa dipakai di Jakarta dulu," kata Budi Gunadi.

"Jadi orang yang sakit, butuh, tidak ada akses oksigen, sudah susah, sudah sesak. Bisa pinjam dari sini," ujarnya.

Menkes mengatakan, alat itu bisa dikirim dengan ojek daring atau layanan telemedicine, lalu digunakan pasien. "Mudah-mudahan 10 hari sembuh, oxygen concentrator-nya ditarik kembali, kemudian bisa kita kasih yang lain."

Dengan metode ini, menurut Menkes, apabila ada ledakan kasus COVID-19 di daerah lain, peralatan tersebut juga dapat dikirim ke daerah tersebut bagi pasien virus corona selain di rumah sakit.

"Kalau harganya antara 600 sampai 800 USD, nanti kita raising fund (galang dana). Kita call for donors. Agar kita energinya positif, jangan berantem terus, berpikirnya jelek terus."

3 dari 4 halaman

Sumbangan dari Luar Negeri

Lebih lanjut, Menkes mengungkapkan bahwa pemerintah Singapura serta beberapa pengusaha Indonesia sudah mau menyumbangkan dua sampai tiga ribu oxygen concentrator.

Selain itu, ia juga menyebut perusahaan Philips di Amerika Serikat juga akan membantu 3.500 konsentrator oksigen.

"Kita juga sedang menggalang raise fund, dari beberapa pengusaha-pengusaha yang berniat membantu kami, untuk bisa mendatangkan concentrator ini dari luar negeri."

Menurut Menkes, penggunaan oxygen concentrator saat ini sudah mulai meningkat di beberapa negara seperti Inggris, Israel, Australia, dan Amerika Serikat. "Jadi mumpung yang lain belum naik jadi kita tarik dulu."

Budi Gunadi juga menegaskan bahwa konsentrator oksigen juga sudah valid secara medis. Menurutnya India telah menggunakannya ketika terjadi ledakan kasus COVID-19.

4 dari 4 halaman

Infografis Krisis Pasokan Oksigen saat Lonjakan Kasus Covid-19

Infografis Krisis Pasokan Oksigen saat Lonjakan Kasus Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya