Tanamkan Kemandirian, Ibu Ini Ajarkan Bertani pada Anaknya yang Menyandang Down Syndrome

Sejak kecil, Imansyah Aditya Fitri, penyandang down syndrome asal Sumatera Barat sering diajak ke kebun untuk sekadar bermain oleh ibunya, Emsyarfi (54).

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 13 Jul 2021, 18:00 WIB
Imansyah Aditya Fitri, penyandang down syndrome asal Sumatera Barat. Foto: Dokumen pribadi Emsyarfi.

Liputan6.com, Jakarta Sejak kecil, Imansyah Aditya Fitri, penyandang down syndrome asal Sumatera Barat sering diajak ke kebun untuk sekadar bermain oleh ibunya, Emsyarfi (54).

Kegiatan ini semakin sering dilakukan terutama sejak pandemi COVID-19 menyerang. Menurut Emsyarfi, berkebun menjadi salah satu kegiatan positif dan sehat bagi buah hatinya.

Tak hanya mengisi waktu di masa pandemi, Emsyarfi juga memiliki harapan besar di kemudian hari. Ia ingin sang anak dapat mandiri dan menghasilkan uang dari hasil kebunnya untuk bekal di masa yang akan datang.

“Ide awal berkebun untuk mengisi waktu di masa pandemi dan persiapan untuk masa depan mandiri nya,” kata Emsyarfi kepada kanal Disabilitas Liputan6.com melalui pesan teks, Senin 12 Juli 2021.

Ia menyadari, tidak banyak lapangan kerja yang terbuka untuk anak berkebutuhan khusus. Salah satu yang menerima anak berkebutuhan khusus dengan tangan terbuka adalah dunia usaha tani.

“Sehingga jalur ini menjadi salah satu pilihan Adit untuk masa depan mandiri nya,” katanya.

Simak Video Berikut Ini

2 dari 4 halaman

Berkebun Sebagai Terapi

Imansyah Aditya Fitri penyandang down syndrome saat memanen cabai. Foto: Dokumen pribadi Imansyah Aditya Fitri.

Setelah rutin berkebun, Emsyarfi melihat kemajuan pada diri Adit. Remaja usia 18 itu kini Jadi lebih sehat, lebih cepat respons jika berkomunikasi dengan lawan bicara, dan lebih cepat tanggap.

Hal ini dikarenakan selama di kebun, Adit tidak hanya memanen dan mengemas sayuran, tapi juga biasa melayani pembeli yang beli sayuran langsung ke kebun.

Maka dari itu, ibu yang memiliki cita-cita sebagai motivator disabilitas tingkat dunia itu tak memungkiri bahwa berkebun menjadi salah satu terapi bagi buah hatinya.

“Berkebun adalah latihan dengan keteraturan. Pekerjaan berulang yang bisa melatih konsentrasi, ketelitian, kesabaran, melatih fisik dan daya tahan,” katanya.

“Berkebun, banyak manfaat positifnya untuk anak berkebutuhan khusus yang fisiknya mendukung. seperti Adit. Keterbatasannya lebih di intelektual. Secara fisik Adit cukup kuat untuk berbagai kegiatan, sehingga bisa melakukan kegiatan seperti memanen, mengangkat hasil panen, dan lain-lain.

3 dari 4 halaman

Menghasilkan Rupiah

Selain memiliki dampak yang baik bagi perkembangan Adit, berkebun juga dapat menghasilkan rupiah. Hal tersebut semakin membuat Emsyarfi semangat untuk mengajarkan Adit untuk berkebun.

Kebun milik keluarga yang terletak di kaki gunung Bungsu, Jorong Api-Api Nagari Simalanggang, Kecamatan Payakumbuh Kabupaten Limapuluh Kota itu ditanami berbagai jenis sayur seperti cabai, buncis, hingga jagung.

Harganya pun bervariasi, untuk cabai mulai Rp 7 ribu hingga 50 ribu, tergantung harga pasar. Selain berkebun, Emsyarfi juga mengajarkan Adit untuk berjualan kue dan berbagai jenis makanan ringan sebagai bekal keterampilan dan mata pencaharian yang bisa dilakukan Adit dalam jangka panjang. 

 

4 dari 4 halaman

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya