BI: Indonesia Jangan Sampai Jadi Korban Kapitalisasi Ekonomi Syariah

Jika berbicara mengenai ekonomi syariah, maka pembanding untuk Indonesia adalah negara-negara Organisasi Kerja Sama Islam (Organisation of Islamic Cooperation/OIC).

oleh Andina Librianty diperbarui 21 Jun 2021, 15:10 WIB
Pemandangan deretan gedung dan permukiman di Jakarta, Rabu (1/10/2020). Meski membaik, namun pertumbuhan ekonomi kuartal III 2020 masih tetap minus. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah berambisi menjadikan Indonesia sebagai negara dengan ekonomi syariah terbesar. Indonesia dengan populasi muslim terbesar jangan sampai justru menjadi korban kapitalisasi dari pertumbuhan ekonomi syariah dunia.

Selain populasi muslim yang besar, Indonesia memiliki sejumlah sektor usaha yang bisa dikembangkan dalam industri halal, seperti makanan, fashion hingga farmasi.

"Tapi kalau kita tidak punya strategi yang bagus, sementara negara lain sudah mengembangkan produksinya. Kalau kita hanya konsumsi, ujungnya satu yakni tidak akan memberikan manfaat kepada kita tapi justru kita akan menjadi korban kapitalisasi dari pertumbuhan ekonomi syariah dunia," Kepala Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah Bank Indonesia (BI), M. Anwar Bashori, dalam Opening Ceremony Road to ISEF 8th 2021: "Halal Products, Beyond Halal Compliance" pada Senin (21/6/2021).

Dijelaskan Bashori, ekonomi syariah telah menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru. Hal ini tidak hanya dilirik oleh negara-negara dengan penduduk muslim yang besar.

Misalnya, Thailand yang telah memiliki visi menjadi Dapur Halal Dunia, dan Korea Selatan dengan Destinasi Utama Pariwisata Halal.

"Jadi ekonomi syariah bukan hanya kepada muslim, tapi juga menjadi bagian kue besar yang akan kita kembangkan. Indonesia pun sudah harus menjadi pusat ekonomi dan keuangan syariah dunia," tuturnya.

Jika berbicara mengenai ekonomi syariah, maka pembanding untuk Indonesia adalah negara-negara Organisasi Kerja Sama Islam (Organisation of Islamic Cooperation/OIC). Negara-negara ini juga memfokuskan pada pengembangan pasar produk halal.

Bashori mengatakan bahwa beberapa indikator makro ekonomi menunjukkan Indonesia sebagai pemimpin di dalam ekonomi dan keuangan syariah di OIC. Selain itu, Indonesia juga disebut sebagai negara paling kompetitif menarik investasi asing langsung (FDI) di antara anggota OIC.

"Kalau kita ukur PDB-nya data 2020, kita kuenya adalah ekonominya paling besar dibandingkan dengan Turki, UEA maupun Malaysia, kita paling besar. Sehingga tentunya ini adalah kue besar ekonomi , kita bisa mendorong Indonesia menjadi pusat ekonomi syariah dunia, karena kita juga negara paling besar di OIC," ungkapnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 3 halaman

Sri Mulyani Jabarkan Torehan Industri Keuangan Syariah dalam 5 Tahun Terakhir

Menkeu Sri Mulyani bersiap mengikuti rapat kerja dengan Komisi XI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (15/3/2021). Rapat membahas konsultasi terkait usulan perubahan pengelompokan/skema barang kena pajak berupa kendaraan bermotor yang dikenai PPnBM. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menjelaskan, industri keuangan syariah di Indonesia tumbuh sangat baik dalam lima tahun terakhir. Hal tersebut terlihat dari Perkembangan aturan di pasar modal syariah hingga peningkatan jumlah investor syariah.

Dalam lima tahun terakhir, saham syariah meningkat 28,62 persen dan sukuk korporasi naik 206,5 persen. Reksa dana syariah meningkat lebih tinggi lagi sebesar 574,8 persen dan sukuk pemerintah juga meningkat 226 persen.

"Jadi kami melanjutkan, meningkatkan instrumen dan basis investor, terutama dengan berkembangnya kelas menengah di Indonesia, yang ingin berinvestasi pada instrumen investasi yang sesuai dengan syariah,” katanya dalam keynote speechnya secara daring pada Brunei Darussalam Islamic Capital Market Conference 2021 dengan topik Stimulating the Development of Islamic Capital Market Sector: A Story from Indonesia, ditulis Kamis (3/6/2021).

Pemerintah telah melakukan berbagai strategi pengembangan pasar modal syariah sebab industri pasar modal syariah memiliki kontribusi signifikan terhadap pendalaman keuangan dan inklusi keuangan, serta memainkan peran penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan mengurangi kemiskinan dan ketimpangan di Indonesia. Strategi komprehensif telah dikembangkan untuk meningkatkan Pasar Modal Syariah di Indonesia dalam lima tahun ke depan.

“Yang pertama adalah mengembangkan produk Pasar Modal Syariah, yang kedua memperkuat dan mengembangkan infrastruktur Pasar Modal Syariah dan yang ketiga meningkatkan literasi dan inklusi Pasar Modal Syariah dan keempat memperkuat sinergi dengan banyak pemangku kepentingan,” ungkap Menkeu.

3 dari 3 halaman

Perkembangan Produk

Selain itu, pengembangan produk Pasar Modal Syariah telah dilakukan untuk meningkatkan supply dan demand dari industri instrumen syariah dan untuk memenuhi kebutuhan semua level produk pasar modal syariah, baik yang berasal dari produk formula biasa hingga produk struktur kompleks seperti sukuk, reksa dana saham syariah.

“Pengembangan produk dilaksanakan sejalan dengan perkembangan teknologi keuangan, filantropi Islam, dan juga produk investasi yang berwawasan lingkungan, juga implementasi sukuk korporasi ritel untuk memperluas investor dan juga pemanfaatan instrumen Pasar Modal Syariah sebagai sumber pendanaan untuk infrastruktur dan industri Halal, tambahnya.

Strategi untuk meningkatkan literasi dan inklusi Pasar Modal Syariah akan dilaksanakan melalui peningkatan kualitas kapasitas pelaku pasar Modal Syariah. Pemerintah juga akan memperkuat sinergi antar pelaku pasar dalam meningkatkan literasi dan inklusi pasar modal syariah serta berkolaborasi dengan pemangku kepentingan untuk mempromosikan pasar modal syariah.

“Dalam hal ini, kami Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, serta OJK bekerjasama dengan banyak civitas akademika agar kita dapat terus mengedukasi dan membangun serta meningkatkan literasi keuangan,” pungkas Menkeu.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya