Kim Jong-un Ingatkan Korut untuk Bersiap Konfrontasi dengan Amerika Serikat

Korea Utara sebelumnya telah menolak upaya pemerintahan Presiden Joe Biden untuk menjalin komunikasi diplomatik.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 18 Jun 2021, 12:34 WIB
Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un saat memantau pasukan jelang upacara untuk peringatan 85 tahun pembentukan Tentara Rakyat Korea (KPA) di Korea Utara (26/4). (AFP FOTO / KCNA / STR)

Liputan6.com, Pyongyang - Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mengatakan negaranya perlu bersiap untuk "dialog dan konfrontasi" dengan Amerika Serikat.

Korea Utara sebelumnya telah menolak upaya pemerintahan Presiden Joe Biden untuk menjalin komunikasi diplomatik, demikian dikutip dari laman BBC, Jumat (18/6/2021).

Ini menandai pertama kalinya Kim Jong-un secara langsung mengomentari pemerintahan Biden. Kala itu, ia berbicara pada pertemuan para pemimpin senior di Pyongyang, Korea Utara.

Rapat komite pusat Partai Buruh yang berkuasa dimulai minggu ini di ibukota Pyongyang juga memperlihatkan bahwa Kim Jong-un mengakui negara itu menghadapi kekurangan pangan.

Kim mengatakan, "warga perlu siap menghadapi konfrontasi untuk melindungi martabat negara kita dan kepentingannya untuk pembangunan independensi", serta untuk menjamin lingkungan yang damai dan keamanan Korea Utara, menurut outlet media pemerintah KCNA.

Dia juga mengatakan, Korea Utara akan "dengan tajam dan segera" bereaksi terhadap setiap perkembangan dan "berkonsentrasi pada upaya untuk mengambil kendali yang stabil atas situasi di semenanjung Korea".

 

2 dari 2 halaman

Hubungan penuh ketegangan

Kim Jong-un menangis terharu dalam parade militer yang menampilkan rudal baru Korea Utara pada 10 Oktober 2020 (AFP)

Hubungan Kim dengan pemerintahan Biden sejauh ini penuh dengan ketegangan.

Sebelum pemilihan AS, Biden menyebut Kim sebagai "preman", dan beberapa hari sebelum pelantikan Biden, Korea Utara memamerkan kekuatan dengan parade militer besar-besaran, pamer rudal baru.

Pada April 2021, Biden menyebut Korea Utara sebagai "ancaman serius" bagi keamanan global, yang memicu respons marah dari Korut.

Negara itu mengatakan bahwa pernyataan Biden mencerminkan niat AS untuk "terus menegakkan kebijakan bermusuhan" terhadap Korea Utara.

Washington juga baru-baru ini menyelesaikan tinjauan kebijakan Korea Utara dan mengatakan bahwa AS akan terus mendesak denuklirisasi lengkap di semenanjung Korea.

Joe Biden telah menjanjikan pendekatan yang ditandai dengan diplomasi dan "pencegahan keras".

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Jen Psaki mengatakan bahwa "kebijakan kami tidak akan fokus pada pencapaian kesepakatan besar, juga tidak akan bergantung pada kesabaran strategis".

Kim sebelumnya telah bertemu dengan pendahulu Biden, Donald Trump pada tiga kesempatan, tetapi pembicaraan tentang denuklirisasi akhirnya terhenti.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya