Mengenal Body Shaming dan Penyebab Orang Melakukannya

Body shaming terjadi jika seseorang melecehkan, menghina, atau meledek terkait dengan tubuh. Tindakan body shaming bertujuan untuk mempermalukan orang lain.

oleh Liputan6.com diperbarui 12 Jun 2021, 21:02 WIB
Ilustrasi body shaming (Unsplash.com/Komarudin)

Liputan6.com, Jakarta Body shaming menjadi istilah yang akrab di telinga akhir-akhir ini. Dan, tahukah Anda bahwa mungkin tanpa disadari kita adalah pelakunya. Memang apa itu body shaming?

Psikolog Tara de Thouars mengatakan bahwa body shaming terjadi jika seseorang melecehkan, menghina, atau meledek terkait dengan tubuh. Tindakan body shaming bertujuan untuk mempermalukan orang lain.

Body shaming ada pelaku dan korban. Walaupun berniat bercanda namun tetap saja sengaja dilakukan,” papar Tara dalam gelaran Fimela Fest di Jakarta beberapa waktu lalu.

Ada beberapa hal yang membuat seseorang melakukan body shaming yakni melihat fisik dan insecure terhadap dirinya. Berikut pemaparannya:

1. Melihat fisik

Saat pertama kali bertemu orang yang pertama dilihat adalah fisik. Tara menjelaskan, inilah mengapa seseorang melontarkan kata-kata seperti “Kamu sekarang gendutan ya”, atau “Eh kok kamu sekarang jerawatan”.

“Seharusnya kata-kata negatif tersebut tidak terucap karena kita tidak tahu hal apa yang telah dilakukan oleh orang tersebut. Jadi sebaiknya saat bertemu hal-hal positif saja yang dilontarkan,” tambah psikolog yang praktik di Klinik Lighthouse ini.

Simak Juga Video Berikut

2 dari 3 halaman

2. Insecure pada Diri Sendiri

Ilustrasi akibat body shaming | unsplash.com/@cristian_newman

Tara mengatakan pelaku dan korban merasa insecure. Untuk pelaku body shaming biasanya menutupi kekurangan tubuhnya. Cara melampiaskan dengan mengomentari tubuh orang lain.

“Karena insecure pada tubuhnya, jadi komentarin tubuh orang lain seperti komentar 'Kamu gendutan ya'. Pelaku senang melakukan hal itu, namun kesenangan tersebut hanya bersifat sementara,” tuturnya.

Sedangkan pada korban, sudah memiliki pemikiran negatif pada tubuhnya. Alhasil jadi lebih sensitif dan merasakan body shaming.

“Korban sudah tahu tentang tubuhnya tanpa perlu dikomentarin kekurangannya. Dan korban jadi self shaming. Ini bahaya karena akan memicu depresi pada dirinya,” tutup psikolog yang praktik di RSJ Sanatorium Dharmawangsa.

 

Penulis: Anisha Saktian Putri/Fimela.com

3 dari 3 halaman

Infografis 4 Tips Jaga Kesehatan Mental Saat Pandemi Covid-19.

Infografis 4 Tips Jaga Kesehatan Mental Saat Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya