Pakai Vaksin COVID-19 Sinopharm yang Tak Disetujui Filipina, Presiden Duterte Minta Maaf

Presiden Filipina Rodrigo Duterte memohon maaf karena telah menerima vaksin COVID-19 yang belum disetujui.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 06 Mei 2021, 17:35 WIB
Presiden Rodrigo Duterte memegang vaksin COVID-19 Sinovac gelombang pertama yang tiba di negaranya, 28 Februari 2021 (AP Photo)

Liputan6.com, Manila - Presiden Filipina Rodrigo Duterte meminta Kedutaan Besar China untuk menarik kembali 1.000 vaksin Sinopharm yang disumbangkan, setelah dia dikritik karena menggunakan vaksin yang tidak disetujui. Duterte mengatakan, untuk selanjutnya, China hanya harus mengirimkan vaksin Sinovac - vaksin China terpisah yang digunakan di Filipina.

Hingga saat ini, Sinopharm belum disetujui di Filipina. Baik Sinopharm dan Sinovac diharapkan menerima persetujuan WHO pada pekan ini.

Duterte mengatakan, dia hanya mendapat suntikan vaksin Sinopharm di bawah klausul penggunaan belas kasih, dan bahwa dokter telah menyarankan dia untuk mendapatkan vaksinasi. "Jangan ikuti jejak saya," kata Duterte, menurut laporan media lokal. 

"Ini berbahaya karena tidak ada studi, mungkin tidak baik untuk tubuh. Biarkan aku menjadi satu-satunya orang yang menerimanya."  

Ia menjelaskan, Sinopharm belum disetujui dan mungkin memiliki banyak efek samping, dia menambahkan, "mari kita cabut saja, sehingga tidak ada masalah".

Dia juga menerima kritik bahwa penggunaan vaksin yang tidak disetujui berisiko, lalu mengatakan, "Kami minta maaf. Anda benar."

2 dari 2 halaman

Kasus COVID-19 di Filipina

Departemen kesehatan Filipina menangguhkan penggunaan vaksin COVID-19 AstraZeneca pada 8 April 2021 untuk orang di bawah 60 tahun setelah adanya laporan pembekuan darah di luar negeri. (Foto: AFP / Jam Sta Rosa)

Filipina adalah salah satu negara yang paling parah terkena dampak di Asia Tenggara dengan lebih dari 1 juta kasus dan hampir 18.000 kematian terkait dengan COVID-19.

Menurut penelitian yang dikutip di media lokal, lebih dari setengah orang Filipina tidak mau divaksinasi COVID-19 karena khawatir suntikan itu tidak aman.

Keraguan vaksin sebagian besar disebabkan oleh skandal seputar vaksin demam berdarah yang diberikan kepada anak-anak pada tahun 2016.

Pemerintahan Duterte tahun lalu mendapat kecaman ketika personel keamanan presiden disuntik dengan vaksin China jauh sebelum suntikan secara resmi tiba di negara itu.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya