Larangan Mudik Tak Berdampak Ke Sektor Pariwisata

Potensi bergeraknya uang di sektor pariwisata lebih besar dari kedatangan wisatawan mancanegara (wisman).

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Apr 2021, 20:10 WIB
Wisatawan mengunjungi Pulau Kelor, Kepulauan Seribu, Jakarta, Minggu (11/4/2021). Pariwisata Kepulauan Seribu mulai ramai dikunjungi wisatawan setelah beberapa waktu lalu Pemprov DKI membuka kembali dengan harapan menggerakkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Larangan mudik Lebaran 2021 tidak banyak memengaruhi pergerakan ekonomi industri pariwisata. Alasannya, perputaran ekonomi tetap lebih banyak bergerak di kota ketimbang desa.

"Industri pariwisata ini tidak bergerak di desa, uang bergerak di kota," kata Ketua Asosiasi UMKM Indonesia (Akumindo) Ikhsan Ingratubun, dalam talk show bertajuk 'Saatnya Bangkitkan Pariwisata dan UMKM Indonesia', Jakarta, Senin (19/4/2021).

Secara umum, Ikhsan mengatakan potensi bergeraknya uang di sektor pariwisata lebih besar dari kedatangan wisatawan mancanegara (wisman).

Kebijakan larangan masuk wisman nyatanya membuat negara kehilangan pemasukan hingga Rp 60 triliun per tahun. Sedangkan potensi dari wisatawan domestik hanya mampu menghasilkan Rp 30 triliun dalam setahun.

"Pariwisata ini dari wisman negara kehilangan Rp 60 triliun," kaya dia.

Untuk itu, Pemerintah memilih menggerakkan pariwisata yang dilakukan masyarakat lokal yang bisa menghasilkan Rp 30 triliun. Hal ini dilakukan sambil menunggu kebijakan dibukanya kembali wisatawan mancanegara yang mengunjungi destinasi wisata di Indonesia.

"Sambil menunggu kebijakan untum wisman kita ambil dulu potensi yang Rp 30 triliun," kata dia .

Dengan begitu lanjut Ikhsan, maka sektor pariwisata mulai kembali bergerak. Setidaknya 1,3 juta pekerja sektor ini bisa kembali bekerja.

Sisi lain, UMKM sektor pariwisata yang menyerap tenaga kerja hingga 300 ribu orang ini juga bisa bangkit. Terlebih kesadaran masyarakat untuk menjalankan protokol kesehatan saat ini sudah meningkat dibandingkan sebelumnya.

"Orang mulai sadar (terapkan protokol kesehatan) kok," katanya.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Doni Monardo: Pemudik Adalah Pembunuh Potensial

Sejumlah kendaraan melintasi ruas Tol Jagorawi, Jakarta, Rabu (22/4/2020). Mulai 24 April 2020, pemerintah akan memberikan sanksi bagi warga yang nekat keluar masuk wilayah Jabodetabek dan wilayah zona merah virus corona COVID-19. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Sebelumnya, Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19, Doni Monardo kembali mengingatkan masyarakat agar tidak mudik atau pulang ke kampung halaman untuk merayakan Lebaran Idul Fitri 2021. Dia menegaskan, mudik berisiko menularkan virus Covid-19.

Doni mengatakan, Covid-19 bisa mengakibatkan fatalitas bagi kelompok lansia di atas 60 tahun. Dia mengambil contoh kasus yang terjadi di Sumatera Utara, lansia meninggal dunia karena terpapar Covid-19 dari anaknya yang mudik.

"Artinya apa? Mereka yang pulang kampung bisa jadi adalah pembawa virus, pembawa Covid-19. Berarti secara tidak langsung mereka yang membawa Covid-19 ini. Mohon maaf, kata-kata saya kasar dan keras sekali, sebagai pembunuh potensial," katanya, Senin (19/4/2021).

Doni menekankan, Indonesia masih menghadapi pandemi Covid-19. Meski laju peningkatan kasus positif Covid-19 di Tanah Air melambat, bukan berarti pandemi Covid-19 telah berakhir.

"Covid-19 saat ini semakin terkendali namun sifatnya sementara. Kalau kita tidak lakukan upaya maksimal dalam pencegahan maka tidak menutup kemungkinan Covid-19 meningkat kembali," ujarnya.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya